SETELAH menghilang sejak Jumat pekan lalu, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri (BHD) Senin kemarin hadir di Mabes Polri dan dalam sidang bersama DPR dan DPD di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta untuk mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kemunculan kapolri di DPR kemarin, hanya sedikit menjawab 'misteri' keberadaannya. Sebab, Jenderal BHD sedikitpun tidak menjelaskan mengapa dia 'menghilang'. Tentu saja ini masih menyisakan misteri kapolri di tengah-tengah skandal rekaman pembicaraan antara Ade Raharja dan Ary Muladi, dan di tengah klaim-klaim sukses kepolisian membasmi dan menggagalkan terorisme.
Seperti diketahui, Kapolri Jenderal BHD pernah mengatakan di depan Komisi III DPR, bahwa Polri memiliki rekaman percakapan Deputi Direktur Penindakan KPK Ade Raharja dengan Ary Muladi. Begitu juga Jaksa Agung Hendarman Supandji dalam raker di DPR November 2009 juga mengaku memiliki bukti rekaman itu. Rekaman itu penting karena menjadi bukti menguak dugaan penyuapan pada pimpinan KPK.
Namun hingga tiga kali Pengadilan Tipikor yang menyidangkan perkara Anggodo Widjojo meminta kepada Polri, Polri tidak juga memberikan. Terbaru, Polri menyebutkan bahwa rekaman itu tidak ada, yang ada hanya call data record (CDR) Ade Raharja dan Ary Muladi. Lagi-lagi klaim pihak Polri itu dimentahkan oleh KPK. Sebab dari hasil pemeriksaan bagian pengawasan internal KPK terhadap CDR tersebut tidak ditemukan pembicaraan antara Ade dan Ari. Begitu juga dari pemeriksaan CDR Ari Muladi juga menunjukkan tidak ada kontak ke ponsel Ade.
Tak heran DPR pun merasa dilecehkan oleh Kapolri. Bahkan berbagai pihak, antara lain Ray Rangkuti dari Lingkar Madani Indonesia berpendapat tidak adanya rekaman antara Ade dan Ary membuat kapolri dapat dituding terlibat dalam kriminalisasi pimpinan KPK, khususnya ikut dugaan merekayasa kasus Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Tak adanya rekaman itu semakin menguatkan dugaan adanya rekayasa kasus Bibit-Chandra.
Belum lagi kapolri bisa memberikan penjelasan langsung seputar tidak adanya rekaman Ade-Ary yang pernah diklaimnya ada itu, Jenderal BHD kembali membuat misteri dengan menghilang pada Jumat (13/8) lalu. Hari itu seharusnya kapolri hadir melantik empat perwira tinggi di lingkungan kepolisian. Namun ditunggu-tunggu sampai siang Dia tak datang dan acara pun batal.
Dari sinilah kesimpangsiuaran tentang keberadaan Kapolri dimulai. Semula Wakadiv Humas Mabes Polri Kombes Pol I Ketut Untung Yoga mengatakan Kapolri dipanggil ke Istana. Tapi, Jubir Istana dan Menko Polkam membantah. Menurut penasihat ahli kapolri, Kastorius Sinaga, kapolri Jumat beristirahat seharian di rumah dinasnya, karena sakit muntah-muntah dan kelelahan. Kesimpangsiuran isu memaksa Edward Aritonang angkat suara. Dia membantah seluruh informasi yang berkembang terkait kapolri. "Nggak. Nggak. kapolri baik-baik saja. Beliau sehat," jelas jenderal bintang dua itu.
Pertanyaannya, ada apa dengan Kapolri Jenderal BHD? Untuk mencegah rumor liar terkait menghilangnya kapolri, maka Kapolri BHD harus bicara langsung dan terbuka kepada publik, apa yang sebenarnya terjadi sejak Jumat lalu. Sebab tidak ada seorang pun yang tahu selain Kapolri Bambang Hendarso Danuri dan Tuhan YME. Mengapa dia menghilang, sempat dikatakan sakit tapi dibantah. Pasti ada sesuatu. Bila tidak Kapolri BHD tetap membisu, dia bisa dianggap sembunyi dari publik dan karenanya bisa dicap pengecut.
Mungkinkah, Kepala Polri mengalami tekanan psikis akibat kontroversi rekaman percakapan Ade Raharja dengan Ary Muladi dalam kasus Wakil Ketua KPK Bibit-Chandra, sehingga jatuh sakit, wallahu a'lam. Hanya Kapolri yang bisa memberi penjelasan, bukan anak buahnya yang jawabannya simpang siur, sehingga malah membingungkan publik. (*)
corner, 17 Agustus 2010
Minggu, 05 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar