Minggu, 05 September 2010

Efek Domino Pemanasan Global

BELAKANGAN ini telah terjadi beberapa bencana yang oleh para ilmuwan dikaitkan dengan pemanasan global, berupa perubahan ekstrem cuaca yang antara lain menimbulkan gelombang panas dan kebakaran hutan di Rusia serta bencana banjir dahsyat di beberapa negara Asia. Bencana banjir bandang di Pakistan telah memakan korban tewas lebih dari 1.500 orang, di Cina 2000 orang kehilangan tempat tinggal, 130 orang tewas.
Sebuah penelitian terbaru dari Universitas Colorado (UC) Boulder menunjukkan iklim yang makin panas yang memicu naiknya permukaan laut secara regional adalah ancaman bagi para penduduk di daerah pesisir. Permukaan laut di wilayah Samudera Hindia mengalami kenaikan signifikan -- sebagai akibat dari makin banyaknya gas rumah kaca -- sebagai hasil dari aktivitas manusia -- yang dilepaskan ke atmosfer.
Hasil studi tim peneliti dari UC itu menunjukkan efek pemanasan antropogenik di kolam hangat Indo-Pasifik bisa mengakibatkan pulau-pulau seperti Kepulauan Mascarenhas, pantai Indonesia, Sumatera dan Samudera Hindia bagian utara berpotensi mengalami kenaikan permukaan laut secara signifikan, dari rata-rata global.
Kabar terbaru yang dilansir Associated Press dan dikutip vivanews Rabu (11/8), sebuah bongkahan es berukuran hampir setengahnya Jakarta mengapung di Laut Arktik di Kutub Utara setelah memisahkan diri dari sebuah gletser di Greenland. Dua fasilitas yang kemungkinan berada di jalur yang akan dilewati bongkahan es raksasa ini adalah kilang minyak dan jalur pelayaran.
Kerusakan yang bisa ditimbulkan belum bisa diperkirakan. Dalam skenario terburuk, bongkahan es ini akan mencapai kawasan perairan padat lalu lintas di mana bongkahan es lain dari Greenland pernah menenggelamkan kapal Titanic pada 1912. Beberapa gambar menampilkan bongkahan es berukuran 260 kilometer persegi tersebut. Bongkahan itu terlepas dari dataran es Greenland, sumber air segar yang apabila mencair akan menaikkan level permukaan air laut global sebesar enam meter.
Pemanasan global yang menimbulkan gelombang panas di Rusia utara sampai ibukota negara Rusia, Moskow mencapai sekitar 40 derajat celcius telah menimbulkan kebakaran hebat hutan dan ladang gandum. Wilayah Rusia utara yang selama ini lebih dikenal sebagai daerah dingin dan lebih banyak tertutup oleh salju itu pun tiba-tiba kini berubah menjadi daerah panas.
Dampak dari gelombang panas itu bukan hanya dirasakan oleh rakyat Rusia, tetapi penduduk belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia. Sebab buruknya cuaca tersebut telah mengakibatkan gagal panen gandum di Rusia yang merupakan produsen gandum terbesar ketiga dunia setelah Amerika Serikat dan Kanada. Sehingga Rusia mengambil sikap melarang ekspor gandum mulai 15 Agustus sampai akhir 2010.
Krisis gandum di Rusia melahirkan efek domino bagi kenaikan harga pangan. Di Indonesia, harga terigu diprediksi naik sekitar 10 persen Kenaikan harga gandum ini pantas diwaspadai. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Adi Lukman memprediksi kenaikan harga gandum juga akan memicu naiknya harga komoditas subsitusinya, seperti jagung dan kedelai (Kontan, 11/8).
Jika ini terjadi maka bukan hanya produk makanan berbagai bahan terigu, seperti mie instan dan biskuit yang akan naik, tapi juga harga daging dan telur. Sebab industri pakan ternak juga pakai gandum sebagai bahan baku. Karena itu bersiap-siaplah menghadapi melonjaknya harga berbagai bahan pangan, serta perubahan cuaca yang tak menentu. (*)

corner, 12 Agustus 2010

Tidak ada komentar: