Senin, 31 Desember 2007

Sesatkah kita!?.. refleksi akhir tahun (2-Habis)

Lalu mengapakah sekarang kita tahu banyak kitab-kitab hadits yang beredar ?
Bukankah itu bid’ah ?
Bukankah itu sesuatu yang baru ?
Bahkan melihat sejarah,
Bukankah pembukuan hadits-hadits Nabi itu seolah menentang Nabi Muhammad yang melarang pembukuan hadits-hadits ?
Tetapi,
Apakah masuk pada bid’ah yang baik yang hasanah ?
Ataukah bid’ah dholalah ?
Kalau sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah dan RosulNya,
Wajib kita tidak menambahi ataupun menguranginya.
Sholat wajib lima sehari semalam, maka bid’ah sesat, bid’ah dholalah jika kita menambahi atau menguranginya. Mutlak tidak boleh ditambahi dan dikurangi.
Kalau Qur’an mengatakan “Qulhu Allohu Ahad”, mutlak, tidak boleh ditambahi maupun dikurangi. Jikalau ditambahi atau dikurangi, itu bid’ah yang dholalah, itu bid’ah yang sesat.

Bukankah diajarkan oleh Rosululloh untuk berijtihad ?
Bagaimana cara supaya sabar ?
Bagaimana cara supaya tawakal ?
Bagaimana cara dzikir ?
Jika perintah ada, tapi tuntunan resminya tidak ada ?
Bolehkan berijtihad ?
Tiap-tiap orang memiliki keyakinan sendiri-sendiri, pun meski Islam sebagai agamanya.

Bagaimana seandainya ditanya,
Apakah sabar itu ?
Bagaimanakah sabar itu ?
Caranya supaya sabar bagaimana ?

Apakah dzikir itu ?
Bagaimanakah caranya dzikir itu ?
Bagaimana cara supaya kita dzikir kepada Alloh ?
Bukankah perintahnya adalah “Dzikron Katsiron ?”

Apakah engkau sudah tahu cara bersyahadat ?
Apakah cukup dibaca saja syahadat itu ?
Apakah iman itu ?
Apakah taqwa itu ?

Maka janganlah heran jika banyak sekali pendapat-pendapat akan masalah-masalah itu.

Maka cukuplah, “Lana a’maluna wa lakum a’malukum”
“Apa-apa yang aku kerjakan adalah untuk aku sendiri dan apa- apa yang kamu kerjakan adalah untuk kamu sendiri”.

Saling hormat menghormati diantara sesama pemeluk agama Islam.
Saling berhubungan dengan kasih sayang, silaturrahmi.

Tanpa perlu menjelek-njelekkan pendapat lain,
Tanpa perlu menuduh sesat orang yang berbeda faham,
Tanpa perlu menuduh Zindiq orang-orang yang berjalan menujuNya,
Dan…..
Tanpa perlu mengkafir-kafirkan saudara-saudara kita yang seagama.

“Qu anfusakum wa ahlikum naroo”
“Selamatkanlah dirimu, dan keluargamu, dari api neraka”.
Marilah fastabihul khoirot ! Berlomba-lomba dalam kebaikan.

Terima kasih untuk Huttaqi, sohib saya seperguruan ruhani, yang melalui tulisan-tulisannya telah memicu tumbuhnya inspirasi untuk menuliskan hikmah di setiap kejadian, dan firmanNya.
(Ahmad Suroso)

Sesatkah kita? catatan akhir tahun

Sesat? Tergantung siapa yang ngomong!


PERGANTIAN tahun merupakan saat yang paling pas untuk melakukan evaluasi, refleksi, instropeksi atas segala sepakterjang kita selama setahun terakhir. Begitu juga dalam melewati pergantian tahun 2007 menuju tahun 2008 menjadi moment yang selayaknya kita manfaatkan untuk merenungkan kembali perjalanan hidup kita sebagai hamba Allah, yang mengemban anaman sebagai kalifatullah fil ardh.
Dari aspek agama, saya tergelitik untuk menyoroti kejadian menonjol selama tahun 2007, yakni banyaknya muncul aliran atau faham keagamaan yang menimbulkan kontroversi, menimbulkan benturan fisik dan ketegangan, keresahan di kalangan umat, khususnya umat Islam sendiri. Aliran tersebut antara lain Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Alquran Suci, Al Haq, yang mendapat stigma sesat dari MUI, sampai-sampai aliran Wahidiyah yang sebenarnya hanya kumpulan umat islam yang tergabung dalam shalawatan Wahidiyah di Tasikmalaya pun dicap sesat.
Tak pelak mantan Ketua Pengurus Besar NU KH Abdurrahman Wahid pun menjadi geram. Sehingga di refleksi catatan akhir tahun 2007 di Jakarta kemarin, Gus Dur menuding melalui fatwa sesatnya, MUI memberi andil atas terjadinya berbagai tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.. "MUI bukan satu-satunya ormas Islam.Karena itu jangan gegabah mengeluarkan pendapat yang bisa memicu kesalahpahaman. Saya minta MUI tidak memakai kata sesat," cetusnya dalam orasi catatan akhir tahun di Hotel Santika Jakarta, Minggu (30/12).
Hal senada disampaikan anggota Wantimpres yang juga pengacara senior Adnan Buyung Nasution ini yang menilai MUI dianggap harus bertanggung jawab atas maraknya tindak kekerasaan keagamaan. Fatwa aliran sesat yang mereka keluarkan kerap berbuah aksi penyerangan atas kelompok keyakinan tertentu.
Di sisi lain ada yang menuding, dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah karena dinilai tidak lagi memberikan sentuhan yang mendalam tentang kebenaran agama Islam juga dituding sebagai salah satu pemicu maraknya aliran sesat. "Muhammadiyah dan NU tidak lagi memberikan sentuhan yang dalam tentang kebenaran agama Islam sehingga mereka mencari di luar mainstream yang ada," ungkap cendekiawan muslim Muslim Abdurrachman pada dialog di 'Trijaya FM' Jakarta Pusat, Sabtu (3/11/2007).
Saya tidak bermaksud menyalahkan MUI yang dengan gampangnya mengeluarkan fatwa-fatwa sesat, tetapi bukan berarti mendukung terhadap fatwa sesat yang direkomendasikan MUI. Saya ingin mengajak para pembaca untuk merenungkan kembali pemahaman kita terhadap stigma aliran sesat. Mengapa dianggap sesat? Karena dianggap bid'ah. Apa itu bid'ah? Inilah yang hendak kita renungkan bersama dengan hati yang dingin, sabar, ikhlas, tawakal.
Anda boleh setuju atau tidak setuju terhadap wacana yang saya uraian berikut ini hasil dari tholabul ilmu dengan guru ruhani saya dan buku-buku agama yang banyak mengupas masalah-masalah ruhaniyah. .

Ada beberapa pendapat tentang Bid’ah.
Yang satu menganggap bahwa “Semua yang baru adalah bid’ah dan semua bid’ah itu adalah sesat”
Sebagian yang lain menganggap bahwa agama dan teknologi itu pisah, kemudian mereka memahami bid’ah seperti ini :“Semua yang baru di dalam masalah agama adalah bid’ah dan itu sesat, sedangkan bid’ah atau sesuatu yang baru di dalam masalah teknologi itu ndak papa, sebab teknologi itu tidak termasuk wilayah agama”
Sebagian yang lain berpendapat bahwa seluruhnya itu tidak ada yang lepas dari masalah agama, baikpun itu masalah teknologi.
Mereka menganggap bahwa bid’ah itu ada 2 macam:.
“Yaitu bid’ah hasanah, atau sesuatu yang baru, sesuatu yang baru adanya tapi baik,
Dan yang satu adalah bid’ah dholalah, yaitu sesuatu yang baru, mengada-adakan tapi tidak baik.”
Tidakkah zaman Nabi belum ada perintah untuk pembuatan buku atau kitab al-Qur’an ?
Dan baru ada perintah pencatatan saja ?
Bukankah jaman Nabi belum ada pembagian seperti ini Fiqih, ini Ushuludin, ini Aqoid, ini tasawuf?
Benarkah Fiqih itu sesuatu yang baru atau bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dholalah ?
Benarkah Ushuludin itu istilah yang baru atau bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dholalah ?
Benarkah Tasawuf itu istilah baru yang juga bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah atau dholalah ?
Ingatkah engkau ketika Nabi melarang pencatatan apalagi pembukuan hadits-hadits beliau ?
Bacalah sejarah-sejarah di jaman Nabi ?
Abu Bakarpun tak berani menuliskan hadits ataupun membukukannya.
Umarpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
Usmanpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
Ali pun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
(ahmad suroso/bersambung)

Minggu, 30 Desember 2007

Maya KDI Goyang Tribun dan Batam







PENAMPILAN penyanyi cantik Maya KDI akan melengkapi serangkaian pesta menyambut pergantian tahun dari 2007 ke 2008 di Batam. Maya berjanji tampil total menghibur warga Batam di dataran Engku Putri, mulai pukul 21.00 WIB, Senin (31/12).
"Minimal tujuh lagu akan saya lantunkan. Saya berjanji menyanyi hingga capek untuk menghibur warga Batam. Bila melihat antusias penonton, rasa capek langsung hilang. Saya jadi semangat kembali, " ujar Maya ketika berkunjung ke kantor Tribun Batam, Minggu (30/12).
Mantan siswi SMA Negeri 3 Sibolga, Sumatera Utara, tersebut mengaku sudah sering tampil di Batam. Tak heran Pemerintahan Kota Batam kembali mengundang Maya untuk tampil di perayaan malam pergantian tahun. "Maya sudah punya banyak penggemar di Batam," ujar Kabag Humas Pemko Batam, Yusfa Hendri, yang mendampingi Maya.
Acara itu merupakan rangkaian peringatan HUT ke-24 Pemko Batam. Tak pelak, ketika Maya dan Ysfa datang ke kantor Tribun, langsung didaulat untuk meniup serta memotong kue tart. "Silakan ditiup lilinya Pak Yusfa. Ini kue tart yang kami sediakan khusus untuk memperingati HUT ke-24 Pemko Batam," ujar Pemimpin Redaksi Tribun Batam, Febby Mahendra kepada Yusfa Hendri.
Potongan kue tart selanjutnya diserahkan Yusfa kepada Maya KDI dan Febby, diikuti dengan menyanyikann bersama happy birthday. "Saya merasa surprise. Saya tak menyangka kunjungan Maya ini sekaligus untuk merayakan HUT Pemko Batam di sini," ujar Yusfa.
Pada hari itu, Maya KDI masih terlihat segar meski mengaku kurang tidur setelah Sabtu malam tampil di Tanjungbalai Asahan, Sumatera Utara. Putri pasangan Irfan Syah Tanjung dan Ny Nurhabibah Br .Pardede tersebut mengaku punya jadwal show cukup padat.
"Sebelum sampai di Batam pada hari ini (Minggu), saya hanya sempat tidur selama dua jam. Tak heran, selama dalam mobil saya manfaatkan untuk memejamkan mata barang sebentar," ujar Maya kepada Febby Mahendra, yang didampingi Koordinator Liputan Ahmad Suroso.
"Bulan Februari 2008 saya akan tampil di tiga kota Malaysia atas undangan KBRI," ujar gadis yang telah menelurkan sebuah album bertajuk Persembahan Maya, pada pertengahan 2007 lalu itu.
Maya kemudian didaulat untuk menyanyikan sebuah lagu yang menjadi tembang jagoan di album perdananya.Satu bait syair lagu dilantunkan Maya. Suaranya mendayu pelan. Tak hanya itu, Maya juga sempat berduet dengan Febby menyanyikan satu bait lagu berjudul Malam Terakhir karya H Rhoma Irama.
"Wah tadinya saya mau Jaim (jaga image), tapi sekarang tak bisa lagi setelah ketemu mas Febby," tuturnya sembari tertawa setelah beberapa kali 'dikerjai' bos Tribun itu untuk menyanyikan beberapa lagu. Tak pelak suasana bertambah hangat, penuh gelak tawa.
"Gimana mas Dirigen kalo saya duet sama mas Febby," celetuk Maya sembari melihat Korlip Ahmad Suroso sembari tersenyum. Dirigen adalah sebutan lain Korlip yang dipopulerkan Febby Mahendra. Ibarat orchestra, korlip adalah dirigennya wartawan.
Kini gadis kelahiran 22 Januari 1987 itu memang sudah menjadi penyanyi profesional. Hidupnya langsung berubah. "Saya tidak bisa lagi hidup seperti para remaja lain, karena harus memenuhi jadwal show dan memenuhi tuntutan karier. Boleh dibilang saya kehilangan masa remaja," katanya.
Apakah sempat syok? "Saya sempat syok karena tak bisa lagi main dengan teman-teman sebaya di kampung. Tak bisa lagi bermain di sungai," katanya sambil tertawa.

Tribun Batam, Senin, 31 Desember 2007

Sabtu, 29 Desember 2007

Bersama Allah

Sendirian

Beginilah nasib jadi 'bulok' alias bujang lokal. Sementara saya bekerja di Batam, anak istri tinggal terpisah dengan saya nun jauh ribuan kilometer di Yogyakarta. Idealnya saat-saat ada acara rekreasi bersama atau family gathering yang rutin diadakan setahun sekali setiap tanggal 24 Desember di Batam View Hotel and Resort, bisa mengajak anak istri ikut serta. Tapi keinginan tinggal keinginan, saya hanya bisa membayangkan dan berandai-andai.
Sementara temen-temen kantor yang sudah berkeluarga mengajak serta anak istri atau suaminya ke acara Family Day 24 Desember 2007 lalu saya berangkat sendiri. Ketika melihat teman-teman saya asyik bercengkerama dengan anaknya-anaknya di pantai berpasir putih hotel Batam View, pikiran pun melayang, coba saya bisa mengajak istri, dan dua anak saya, Rian yang kini sudah duduk kuliah, dan Faisal yang masih duduk di kelas 5 SD, tentu kebahagiaan saya akan lebih lengkap.

Karena itu ketika istriku menelepon kalau pada tanggal 28-29-30 Desember akan rekreasi ke obyek wisata Bandungan, Ambarawa, Jateng, dan Baturaden di lereng Gunung Slamet, Purwokerto dan menanyakan bisa nggak pulang ke Yogya biar bisa ikut rekreasi, saya langsung iseng-iseng bilang ke bos bisa tidak saya pulang ke Yogya 28 Desember. Tapi seperti sudah saya duga, kecil sekali kemungkinann diizinkan karena redpel dan manajer produksi sedang cuti. "Wah ndak bisa, kacau nanti," jawab si bos singkat sambil berlalu keluar dari ruang kerjanya.

Dengan besar hati, akupun menerima keputusan itu, karena memang faktanya crew redaksi lagi banyak yang cuti natal dan tahun baru, termasuk lima reporter kota. Pada tgl 28 Desember kemarin istri saya kerja di sebuah perguruan tinggi Yogya rekreasi bersama teman-temannya se kantor, ke obyek wisata Bandungan, Ambarawa, Jateng. Mereka berangkat pagi, pulang malam.

Hari ini Sabtu setelah mengambil raport Faisal, sekitar pukul 12.00 istri saya berangkat bersama keluarga besar kantornya ke Baturaden. Bila saat ke Bandungan hanya dikhususkan untuk karyawan, rekreasi ke Baturaden sampai Minggu (30/12/07) mengajak serta keluarga. Jadilah istri saya mengajak Faisal, dan Lala, keponakan anak kakak ipar saya. "Coba kalau bapak bisa pulang, dan ikut tentu lebih asyik, doakan ya segalanya lancar," tutur istri saya via telepon saat hendak berangkat. Amin.

Sendirian di rantau memang ndak enak. Siapa sih yang mau hidup terpisah dengan anak istri. Tapi karena Tuhan menentukan jalan hidup saat ini harus begini, apa boleh buat. Ya jalani saja...enjoy aja gitu loh. Untung aku dapat jatah pulang menengok keluarga plus tiketnya dari perusahaan sebulan sekali, jadi tidak terlalu kesepian lah. Apalagi kini setiap saat kita bisa komunikasi lewat Hp.
Tetapi setelah saya pikir-pikir, batin saya bertanya, benarkah saya sendirian?. Setelah aku menyadari bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari jasmani dan ruhani, artinya agama Alloh mengandung perintah untuk mengatur jasmani manusia dan ruhani manusia. Secara jasmani kita diperintah untuk beribadah sebagaimana diatur dalam syariat, dan secara ruhani antara lain mengandung perintah agar batin kita dihidupkan dengan selalu mengingat Allah (zikir) antara lain melalui sholat, "Aqimish sholata li dzikri (tegakkan sholat untuk dzikir)", saya pun menjadi sadar bahwa saya tidak sendirian.
Bukankah selama ini aku 'selalu bersamaNYA'? Ya, melalui sholat, zikir secara lisan maupun siri (hati mengucap Allah..Allah tiada putus) pada setiap kesempatan, aku dapat merasakan bahwa aku tidak sendirian, tetapi 'bersama' Allah. Karena hakekatnya Allah memang Maha Dekat, lebih dekat dengan apapun, sebagaimana firmannya," Wa nahnu aqrobu ilaihi min qoblil warit. (Sesungguhnya Allah itu lebih dekat dari urat leher kita). 
Manusia diciptakan Allah terdiri atas tujuh unsur: bulu, kulit, daging, darah, otot, tulang, sumsum. Ya Allah lebih dekat dari tujuh unsur kejadian manusia itu. Bayangkan... kekuatan dan daya Allah itu lebih dekat dari tujuh unsur jasmani manusia itu.
Jadi mengapa mesti merasa sendirian?

Kamis, 27 Desember 2007

Haruskah Perbedaan Keyakinan Disatukan? (3-Habis)

Berkiblat ke Rasul dan Umar r.a.

PERBEDAAN adalah rahmat. Begitu sabda Rasulullah. Karena itu didalam menyikapi perbedaan keyakinan kita pun dianjurkan untuk mengedepankan ukhuwah. Selama ini kita hanya terpaku pada ukhuwah Islamiyah yang mungkin sudah kita pahami secara tertentu atau secara umum. Umumnya dipahami bahwa Ukhuwah Islamiyah adalah Persaudaraan diantara umat Islam, yang tidak terpecah belah, yang seperti badan sekujur, satu sakit yang lain juga merasakan sakit juga.
Dibawah ini saya paparkan apa yang dimaksud ukhuwah Islamiyah, Persaudaraan menurut cara Islam dalam arti luas. Persaudaraan dibagi menjadi beberapa macam:

1. Persaudaraan antara umat Islam dengan Umat non Islam.

Ini sudah diatur oleh al Quran di dalam surat al Kafirun.
"Lakum dinukum waliyadin" "Agama kamu untuk kamu agama saya untuk saya". Jelas terpisah dan tidak ada campur aduk diantara agama-agama tersebut.

2. Persaudaraan diantara umat Islam
Ini juga sudah diatur oleh al Quran dan oleh hadits."Fastabihul khoirot" "berlomba-lomba menuju kebaikan" dan "Fastabihul Maghfiroh" "berlomba-lomba menuju ampunan Allah". Jadi bagi sesama umat Islam, fokusnya adalah berlomba-lomba di dalam urusan kebaikan dan berlomba-lomba di dalam menuju ampunan Allah.
Di hadits disebutkan bahwa "Persaudaraan itu seperti badan sekujur". satu sakit yang lain juga merasakan sakit. Persaudaraan sesama umat Islam sebagaimana badan sekujur. Kaki yang terantuk duri, maka mulut otomatis mengaduh dan tangan otomatis mengusap2 ke yang sakit.
tanpa diperintahpun otak akan berpikir bagaimana supaya yang kena duri tidak sakit lagi dan bisa sembuh.

3. Persaudaraan dengan seluruh umat manusia


Persaudaran jenis ini kadang ada yang nyebut ukhuwah insaniyah, yang dirangkum oleh ayat al Quran dengan satu istilah saja "Rohmatan lil 'alamin"...Umat Islam dididik untuk merahmati alam. Maka kita tahu petunjuk Rosulullah seperti "Khoiru nassi anfauhum linnas" "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain". Tidak peduli siapa saja, lintas suku, lintas agama lintas bangsa, yang paling bermanfaat bagi manusia lain adalah sebaik2 manusia.
Juga hadits Rosul yang menyampaikan bahwa "Jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah pada tetanggamu" Tidak peduli tetangga kita itu beragama hindu, buddha, kristen, apapun juga, wajib kita berbuat baik kepada tetangga kita.
"Memuliakan tamu", tidak peduli agama apa saja, suku apa saja, wajiblah kita memuliakan tamu.
"Santuni anak yatim dan fakir miskin", tidak peduli agama apa saja, asalkan seseorang itu yatim atau fakir miskin, maka wajiblah kita memberikan santunan dan perlindungan.
Dan masih banyak lagi wujud-wujud dari Rohmatan lil 'alamin ini. Bukankah Allah sudah berfirman "..Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal..." (QS Al hujurot 13)

Alangkah indahnya seandainya Ukhuwah Islamiyah ini, seandainya Persaudaraan yang telah diajarkan Islam ini kita praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari..Saling tolong menolong, hormat menghormati, lindung melindungi sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw di Madinah, dan para sahabat Rasul yang mulia. Yang Kristen hidup tenang dan tentram.

Mengenai contoh perilaku para sahabat Rasul, Adi Adian, Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI Pusat menulis (26 Januari 2007 di www.hidayatullah.com),  sejak awal mula, Islam sadar akan makna kerukunan umat beragama. Islam hadir dengan mengakui hak hidup dan beragama bagi umat beragama lain. Ini juga diakui oleh Karen Arsmtrong, didalam bukunya A History of Jerusalem: One City, Three Faiths, (London: Harper Collins Publishers, 1997). Karen Armstrong memuji tindakan Umar bin Khatab dalam memberikan perlindungan dan kebebasan beragama kepada kaum Kristen dan Yahudi di Jerusalem.
Umar r.a. adalah penguasa pertama yang menaklukkan Jerusalem tanpa pengrusakan dan pembantaian manusia, bahkan menandatangani perjanjian 'Iliya' dengan pemimpin Kristen Jerusalem. Secara tegas Armstrong memuji sikap Umar bin Khatab dan ketinggian sikap Islam dalam menaklukkan Jerusalem, yang belum pernah dilakukan para penguasa sebelumnya.
Amstrong mencatat:
“Umar juga mengekspresikan sikap ideal kasih sayang dari penganut (agama) monoteistik, dibandingkan dengan semua penakluk Jerusalem lainnya, dengan kemungkinan perkecualian pada Raja Daud. Ia memimpin satu penaklukan yang sangat damai dan tanpa tetesan darah, yang Kota itu belum pernah menyaksikannya sepanjang sejarahnya yang panjang dan sering tragis. Saat ketika kaum Kristen menyerah, tidak ada pembunuhan di sana, tidak ada penghancuran properti, tidak ada pembakaran simbol-simbol agama lain, tidak ada pengusiran atyau pengambialihan, dan tidak ada usaha untuk memaksa penduduk Jerusalem memeluk Islam.

Alangkah indahnya jika jiwa besar ada di dalam dada kita masing-masing..Perbedaan pendapat dipahami sebagai sebuah kewajaran. Yang mengkritik memang berniat untuk memperbaiki tanpa memaksakan kehendaknya, yang dikritik menerima dengan lapang dada dan berintrospeksi.
Tak ada lagi hinaan dan cacian
Tak ada lagi celaan dan makian
Tak ada lagi pengrusakan
Tak ada lagi serbuan membabi buta
Yang ada kedamaian, ketenangan, ketentraman... sebagaimana Allah berfirman," Ya ayyuhannafsu muthmainah.. (hai jiwa yang tenang...)."
 Ya, jiwa yang tenang yang dipanggil Allah, 
bukan yang ditunggangi hawa nafsu. (Ahmad Suroso)

Rabu, 26 Desember 2007

Rehat di Family Day Tribun Batam





"YA YA  YA...YA YA YAAA!"pekik lantang crew redaksi mengakhiri yel-yel kelompok redaksi pada pada acara Family Day keluarga besar Tribun Batam di Hotel Batam View yang memiliki panorama pantai indah, Senin (24/12). Kegiatan yang rutin diadakan setahun sekali pada sehari menjelang libur natal itu menjadi ajang rehat, refreshing karyawan Tribun lepas dari rutinitas kerja. Karyawan pun dapat memanfaatkan sarana rekreasi secara gratis, mulai dari naik banana boat, perahu sampan, pukul bantal, volley dan main sepakbola di pantai yang berpasir putih.
 

Selasa, 25 Desember 2007

Haruskah Perbedaan Keyakinan Disatukan? (2)

Ahmadiyah korban Birokrasi Agama!?

AKSI anarkisme sekelompok massa yang terus menerus menebar teror, menghancurkan tempat ibadah dan harta benda milik anggota Ahmadiyah dan kelompok lain yang dituduh sesat di beberapa kota di Jabar belakangan ini menuai kecaman. Tak kurang dari Wapres Yusuf Kalla mengutuk aksi tersebut dan meminta aparat keamanan untuk menindak kelompok yang melakukan perusakan.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Ormas Islam terbesar di Indonesia juga mengecam keras aksi main hakim sendiri itu. "Aksi perusakan atas milik orang lain apalagi masjid atas dalih apapun tidak dapat dibenarkan, pelakunya harus ditindak sesuai hukum yang berlaku," tegas Ketua PBNU Masdar Farid Masudi, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (26/12/2007).
Masdar mengatakan, kalau atas dasar tuduhan sesat yang digunakan untuk pembenaran tindakah tersebut, hal itu tidak berdasar. NU, juga pernah dituduh sesat. Bahkan, umat Islam di Indonesia yang pertama-tama dituduh sesat oleh sesama umat Islam adalah kaum nahdliyin, misalnya karena menjalani maulidan, tahlilan, slametan, ziyarah kubur, kunut, dan lain-lain.
"Bahwa masjid-masjid NU tidak mereka serang atau hancurkan, ya karena mereka takut saja sama warga NU yang banyak, terutama banser-nya. Coba kalau kita kecil seperti Ahmadiyah, masjid kita pun akan diserang," cetusnya geram.
Pertanyaannya, mengapa mereka seperti bernafsu sekali untuk melibas kelompok yang keyakinannya dalam memahami agama berbeda? Menjawab pertanyaan ini, menarik disimak jawaban kritis dan cerdas yang diungkapkan Ahmad Suaedy, Direktur Eksekutif The Wahid Institute satu lembaga yang didirikan oleh KH. Abdurrahman Wahid mantan presiden kita, saat diwawancarai Perspektif Baru edisi 15 Desember 2007.
Alumnus IAIN (kini Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, berpendapat, munculnya aksi-aksi kekerasan pada masyarakat karena nampaknya sejak reformasi agama menjadi sentral isu dalam proses berperan masyarakat sekarang ini. Salah satu yang terpenting adalah proses birokratisasi agama dalam banyak bentuk. Birokrasi tidak hanya dalam pemerintah, tapi juga di partai politik, perundang-undangan, dan seterusnya. Itu dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingannya.
Kemudian juga persepsi para pejabat, seperti ditunjukkan Presiden SBY di depan pembukaan rapat kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa tahun lalu menyatakan akan mengikuti semua fatwa MUI. Belakangan Fatwa MUI melahirkan antara lain 10 kriteria untuk menunjuk seseorang dianggap sesat.
Dalam konteks ini, para pejabat sudah kehilangan kepemimpinan di dalam negara RI. Itu memberi peluang hukum rimba, siapa yang kuat bisa membuat hukum, bisa dilaksanakan, dan pemerintah akan mengikutinya. MUI, misalnya yang merasa kuat, membuat hukum dengan 10 kriteria tersebut kemudian disebarkan ke masyarakat. Silakan masyarakat menindak sendiri kalau ada orang yang melanggar dari 10 kriteria tadi karena presiden sudah menyatakan akan mengikutinya. Kapolri juga menyatakan itu.
Jadi kalau menurut saya, mereka seperti memicu lahirnya kekerasan yang bisa timbul dengan sendirinya di masyarakat. Bagaimana seandainya saya mengikuti fatwa MUI mengenai 10 kriteria itu harus saya jalankan, lalu ada tetangga yang saya anggap sesat. Apa yang harus saya lakukan? Di situ tidak ada petunjuknya. Mungkin saya boleh menggebuknya atau lainnya. Jadi itu mengintroduksi semacam hukum rimba.
Anehnya, pejabat mengikuti alur ini. Akibatnya, muncullah kecenderungan masyarakat berkembang tanpa norma, mengedepankan kekerasan untuk menyelesaikan perbedaan, dengan main serbu, main libas. Seakan ada pembenaran, kalau ada orang berbeda dengan saya, maka saya boleh menggebuknya. Polisi akan melindungi orang yang menggebuk atau akan mengevakuasi orang yang digebuk.
Dua modal sosial, saling percaya, dan norma sosial tidak terbentuk..Semestinya pemerintah membangun itu, mendorong masyarakat agar membangun norma. Tidak berlagak arogan dan mutlak-mutlakan.sampai tega mengorbankan anak bangsa. Itu jelas tanggung jawab pemerintah tapi pemerintah tidak melakukannya. Misalnya, ada orang yang mau melakukan kekerasan, maka yang harus dicegah adalah orang yang hendak melakukan kekerasan, bukan mengusir korban lalu membiarkan mereka para penyerang leluasa. Pemerintah dan aparat negara harus menunjukkan itikadnya untuk mengarahkan ini. Kalau tidak maka benar-benar akan menjadi hukum rimba.

Agar azab itu tidak menimpa kita, marilah kita lebih mengedepankah ukhuwah daripada mencari- cari kesalahan kelompok yang berbeda keyakinan dengan cara mungkar. Perbedaan akan menjadi rohmat, akan menjadi kekayaan intelektual dan mental yang luarbiasa jika Perbedaan itu tidak sampai ditanggapi / ditunggangi oleh HAWA NAFSU. Perbedaan itu akan menjadi Konflik jika kemudian ditanggapi/ditunggangi oleh HAWA NAFSU.
Akibatnya sungguh sangat fatal, perselisihan, pertentangan, perpecahan akan terjadi. Putusnya tali persaudaraan, putusnya tali kerukunan, putusnya tali kebersamaan akan terjadi. Bahkan kadang terjadi sampai luka melukai sesama manusia, hajar menghajar, pukul memukul dan sampai bunuh membunuhpun bisa terjadi hanya disebabkan karena PERBEDAAN sudah ditunggangi oleh HAWA NAFSU. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan tidak mengazab kita akibat sikap perilaku kita sendiri.
Bagaimana kita seharusnya mengembangkan ukhuwah? (Ahmad Suroso/bersambung)

Minggu, 23 Desember 2007

Haruskah Perbedaan Keyakinan Disatukan?

Jamaah Ahmadiyah Juga Manusia Man!
SUDAH sepekan terakhir ini pikiranku terusik oleh aksi massa sekitar seribu orang dari Gerakan Anti Ahmadiyah (Gerah) yang menentang kelompok Ahmadiyah di Kuningan, Jawa Barat, yang berakhir rusuh, Selasa 18 Desember. 8 Rumah dan 1 buah musala hangus dibakar oleh massa Gerah. Beberapa hari sebelumnya, penyerangan terhadap pengikut dan masjid Ahmadiyah juga terjadi di Tasikmalaya. April 2007 lalu, sebuah masjid bernama Al-Istiqomah milik Ahmadiyah di Majalengka, Jawa Barat juga dirusak ratusan massa dengan menggunakan batu, kayu dan pentungan.
Penyerahan terhadap jamaah Ahmadiyah yang berpusat di Pakistan itu juga terjadi di beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Sepengetahuan saya, kejadian penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah di beberapa wilayah di Indonesia itu tidak pernah terjadi semasa Orde Baru dulu.
Mungkinkah ini buntut dari fatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dialamatkan kepada Ahmadiyah.
MUI mengeluarkan fatwa sesaat, karena Ahmadiyah menganggap pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad dari Pakistan sebagai Nabi, Imam Mahdi yang dijanjikan didalam kitab-kitab agama samawi. Sepengetahuan saya dari bacaan-bacaan tentang Ahmadiyah yang pernah saya pelajari, Ahmadiyah itu terbagi dua, yakni Ahmadiyah Qodian yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, dan Ahmadiyah Lahore yang menganggap pendiri Ahmadiyah itu hanya sebagai Mujadid, pembaharu Islam. Mungkinkah fatwa tersebut telah disalah tafsirkan sebagai pembenaran oleh sekelompok umat untuk 'melenyapkan' Ahmadiyah dari Indonesia, dan memaksa pengikutnya untuk meninggalkan apa yang telah diyakininya?
Saya tidak bermaksud untuk membela Ahmadiyah, karena memang saya bukan jamaah Ahmadiyah dan saya juga tidak sependapat dengan faham Ahmadiyah. Yang ingin saya soroti yaitu perilaku mereka yang ingin menegakkan amar ma'ruf tapi dengan cara-cara yang mungkar, merusak, meneror, mengintimidasi, memaksakan kehendak, main hakim sendiri, karena ada perbedaan (faham).
Kalau kita memang mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sebagai uswatun hasanah,
mengapa kita tidak meniru cara Nabi saja. Di dalam urusan perbedaan, Nabi bersabda,"Perbedaan adalah rohmat". Artinya di Islam dihargai adanya perbedaan. Meski sebagian orang tidak meyakini akan hadits ini. Tetapi hal yang lumrah adanya perbedaan. Baik perbedaan di dalam memahami ayat-ayat al Quran maupun hadits dan juga perbedaan di dalam mempraktekkan agama Islam.
Kalau dianggap bahwa yang benar itu dalam pemahaman ayat al Quran adalah satu faham saja, tentulah ini bertentangan dengan ayat al Quran yang kurang lebih menyatakan bahwa "jika lautan jadi tinta dan pohon-pohon jadi pena untuk menulis ayat-ayat Allah, tentulah setelah habis semua itu, ayat-ayat Allah belum akan selesai untuk ditulis".
Perbedaan itu adalah hal yang wajar. Perbedaan tidaklah perlu dipahami sebagai sebuah pertentangan yang harus disatukan, apalagi dianggap sebagai sebuah perselisihan yang akan membawa kepada perpecahan. Sudah sejak masa Rosulullah saw pun, perbedaan itu ada dan ada.
Untuk mensikapi adanya perbedaan itu al Quran mengatakan "lana a'maluna walakum a'malukum". "apa yang aku kerjakan ya untuk aku, dan apa yang kamu kerjakan adalah untuk kamu". Inilah yang banyak diceritakan di hadits-hadits bahwa tanggung jawab dihadapan Allah tiap-tiap orang adalah tanggung jawab masing-masingnya.
Yang penting kita saling hormat menghormati pendapat yang berbeda dan perbedaan itu janganlah kemudian ditungganggi hawa nafsu merasa benar sendiri. Akar dari konflik adalah ketika perbedaan yang ada itu ditunggangi oleh hawa nafsu, maka pastilah timbul konflik yang bisa berakibat fatal. Tergantung kemampuan masing-masing di dalam pengendalian hawa nafsunya.

Jangankan terhadap sesama umat yang sama-sama menjunjung tinggi syahadat, terhadap umat agama lain pun al Quran membimbing untuk menghormatinya. Saya jadi teringat ucapan seorang guru/mursid/sufi di Jawa Timur, tempat saya sering bertowabul ilmi mengatakan, "Di dalam al Quran ada perintah bagi umat Islam, untuk tidak membuat kerusakan dimuka bumi. Untuk tidak menghancurkan tempat-tempat ibadah agama lain, baik itu vihara, Gereja, Klenteng, dll. (QS. Haji)"
Seandainya ada umat Islam yang melakukan tindakan itu, bukanlah karena diperintah oleh agama, melainkan karena si orang Islam itu mengikuti HAWA NAFSU-nya sendiri" Sebab itulah ISLAM TIDAK IDENTIK DENGAN MUSLIM". Ingatlah,"Lakum dinukum waliyadin", dan marilah saling hormat menghormati diantara UMAT beragama.
Pertanyaannya, mengapa mereka yang menamakan gerakan anti Ahmadiyah menjadi brutal, siapa dan faktor-faktor apa yang membuat mereka menjadi terinspirasi untuk melakukan tindakan kekerasan, memaksakan kehendak? (ahmad suroso/bersambung)

Sabtu, 22 Desember 2007

Intan Nuraini Buka-bukaan di Tribun


BUKA-BUKAAN -
Mantan pacar artis ganteng Sahrul Gunawan, Intan Nuraini yang juga artis sinetron, bintang iklan Sunsilk, dan penyanyi Sabtu sore (22/12) mengunjungi kantor Tribun Batam, sebelum malamnya menghibur para clubbers di NoNama Cafe & Pub Hotel Harmoni.. Gambar atas Intan menunjukkan cinderamata khas Tribun, berupa koran mini berisi seluruhnya artikel dia dan foto-fotonya termasuk foto kunjungannya ke Tribun tersebut. Bawah, Intan menunjukkan video clip album terbarunya.

Cipta Lagu dari Pengalaman Pribadi

Semua ini memang salah diriku, tak percaya pada teman-temanku
Yang selalu bilang dia selingkuh
Aduh...
Kini aku membuktikan dia dengan yang lain

LANTUNAN suara merdu dipadu kelembutan dipamerkan Intan Nuraini saat berkunjung ke kantor redaksi Tribun Batam, Sabtu (22/12) sore, bersama Manajemen D'Astro dan Clas Mild.
Sosok Intan yang cantik ternyata menyimpan banyak rahasia. Di hadapan sejumlah awak redaksi Tribun, Intan berani buka-bukaan tentang rahasianya.
Apa tuh? Ternyata, di balik keceriaannya, Intan pernah dikecewakan pria. Dia pun menumpahkan perasaannya itu dalam lagu-lagu yang diciptakannya dalam album perdananya, Penguasa Lelaki.
Lagu Aduh yang bercerita tentang seorang cewek yang diselingkuhi pacarnya, ternyata bukan rekaan semata. Meski sambil tertawa-tawa, Intan mengaku lagu-lagu ciptaan dalam album pertama berasal dari pengalaman pribadi. Termasuk diselingkuhi? "Tetep ngaku juga nih...," jawabnya sambil memamerkan lesung pipit di antara kedua pipinya.
Kesedihan jelas tak nampak dalam guratan cewek yang pernah berpacaran dengan Sahrul Gunawan ini. Dia bahkan tampak segar dan penuh keceriaan.
Rombongan Intan dan manajemennya kemarin diterima Pemimpin Redaksi Tribun Batam, Febby Mahendra Putra, Koordinator Liputan, Ahmad Suroso, dan beberapa wartawan.
Dalam perbincangan santai tersebut, terungkap bahwa dunia tarik suara tampaknya lebih menarik bagi gadis kelahiran 23 Maret 1985 ini, daripada sekedar ngurusin masalah percintaan.
Hobi keluarga
Intan pun bercerita panjang lebar tentang jalur yang baru saja dirambahnya. "Sejak kecil saya memang sudah suka nyanyi, hobi dari keluarga," cerita Intan.
Melihat sang mama yang sering melantunkan Alquran dalam lagu, membuat gadis ini dekat dengan dunia tarik suara.
Tak pernah ada dalam rencana menjadi seorang penyanyi. Makanya gadis ini juga tak pernah les vokal. "Paling juga menang lomba karaoke di kelurahan," ujarnya bercanda.
Hingga suatu ketika, di tahun 2006, Intan yang sudah terkenal lewat beberapa sinetron didaulat menyanyi oleh temannya yang berulang tahun. "Dari situlah, mulai rekaman. Seperti dapat gift dari Allah, ternyata saya juga menciptakan lagu sendiri," ceritanya.
Gadis inipun mulai bekerja keras dengan berlatih menyanyi hingga les vokal. Bahkan urusan storyboard untuk videoklip pun mulai dirambah Intan.
"Aku kalau sudah coba hal baru, komitmennya serius dengan melakukannya secara maksimal," tutur Intan.
Mulai dari launching album, tur ke beberapa kota dilakoninya. Meski begitu, dunia akting yang membesarkan namanya tak pernah ditinggalkan. "Pilih dua-duanya,"katanya jujur saat diminta memilih.
Dalam waktu dekat, sinetron yang dibintangi Intan akan tayang di 5 negara melalui Astro TV. Soundtrack sinetron tersebut pun Intan yang didaulat mengisi. "Awalnya sih bukan, tapi saat ditunjukkan lagunya dan cocok akhirnya kepakai deh," kata Intan yang semalam manggung di NoName Cafe, Hotel Harmoni.
Meski telah memiliki penghasilan sendiri dan makin bertambah setelah merambah jalur tarik suara, mantan gadis sampul 2001 ini tetaplah anak mama. "Uangnya cukuplah untuk jajan. Paling ditabung...yang pegang mama, saya belum bisa pegang uang," jelas Intan mengenai pengelolaan penghasilannya.
Untuk tipe pria idaman, Intan mengakui bahwa ia tidak memiliki kriteria muluk-muluk. "Jujur saja, aku suka sama cowok yang tidak terlalu putih. Tapi, ga tau juga yah, dapatnya selalu yang putih. Tapi fisik bukan yang utama," tukasnya seraya tersenyum.
Pria idaman, tambah Intan, haruslah orang yang baik, smart, dan taat beragama. Nah, siapa yah pria beruntung itu?
Usai berbincang santai sekitar 40 menit, Pemred Tribun memberikan cinderamata berupa koran mini kepada Intan. Seluruh isi koran mini itu bercerita mengenai Intan, termasuk kunjungannya ke Tribun. "Wah... lho...kok bisa semua ada di sini? Lho... ini kan foto barusan...cepat sekali," ujarnya takjub.

Tribun Batam, Minggu, 23 Desember 2007

Jumat, 21 Desember 2007

Idul Adha kok Berbeda-beda?



IDUL ADHA DI PARANGTRITIS -
Umat Islam melaksanakan salat Idul Adha 1428 H di pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, Kamis (20/12).

Sikapi Perbedaan dengan Hawa Nafsu, No Way


SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, hampir selalu ada perbedaan di dalam menetapkan jatuhnya waktu 10 Zulhijjah sebagai tanda waktunya salat Idul Adha, begitu juga dengan 1 Syawal saat waktunya melaksanakan salat Idul Fitri di tanah air Indonesia. Begitu juga dengan tahun ini. Hari ini (21/12/07) diberitakan, ribuan jemaah Islam Syatariah di sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Barat, dan jemaah thoriqoh Naqshobandiyah Jombang, Jawa Timur baru melaksanakan Shalat Idul Adha 1428 Hijriah pada Jumat pagi (21/12).
Beberapa ormas Islam, antara lain Hizbut Thahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melakukannya pada Rabu (19/12), mengikuti penetapan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi. Sementara pemerintah Indonesia sendiri bersama dua ormas Islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menetapkan salat Idul Adha 1428 H jatuh pada hari Kamis (20/12).
Munculnya perbedaan itu karena adanya perbedaan metode didalam cara menentukan, yang satu memakai metode hisab/perhitungan untuk menentukan/melihat posisi hilal/ bulan, satunya dengan metode rukyat/ melihat langsung dengan indera mata. Mungkin sebagian umat Islam menjadi bingung dengan adanya perbedaan tersebut. Bahkan tak sedikit yang kemudian mempertentangkannya, sehingga memicu perpecahan di kalangan umat Islam sendiri..
Bagaimana kita seharusnya menyikapi perbedaan ini?
Bagi umat Islam, tidak usah jauh-jauh, cukuplah kita mencontoh kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah. Di dalam urusan perbedaan, Nabi bersabda,"Perbedaan adalah rohmat". Artinya di Islam dihargai adanya perbedaan. Meski sebagian orang tidak meyakini akan hadits ini. Tetapi hal yang lumrah adanya perbedaan, baik perbedaan di dalam memahami ayat-ayat al Quran maupun hadits dan juga perbedaan di dalam mempraktekkan agama Islam.
Perbedaan tidak perlu dipahami sebagai sebuah pertentangan yang harus disatukan, apalagi dianggap sebagai sebuah perselisihan yang akan membawa kepada perpecahan. Sudah sejak masa Rosulullah saw pun, perbedaan itu ada dan ada.
Untuk mensikapi adanya perbedaan itu al Quran mengatakan "Lana a'maluna walakum a'malukum"."Apa yang aku kerjakan ya untuk aku, dan apa yang kamu kerjakan adalah untuk kamu". Inilah yang banyak diceritakan di hadits-hadits bahwa tanggung jawab di hadapan Allah tiap-tiap orang adalah tanggung jawab masing-masingnya.
Yang penting kita saling hormat menghormati pendapat yang berbeda dan perbedaan itu janganlah kemudian ditungganggi hawa nafsu merasa benar sendiri. Akar dari konflik adalah ketika perbedaan yang ada itu ditunggangi oleh hawa nafsu, maka pastilah timbul konflik yang bisa berakibat fatal. Tergantung kemampuan masing-masing di dalam pengendalian hawa nafsunya.
Rosulullah bersabda: "Khoiru nassi anfauhum linnas" "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain". Tidak peduli siapa saja, lintas suku, lintas agama lintas bangsa, yang paling bermanfaat bagi manusia lain adalah sebaik2 manusia. Juga hadits Rosul yang menyampaikan bahwa "Jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah pada tetanggamu" Tidak peduli tetangga kita itu beragama hindu, budha, kristen, apapun juga".
Alangkah indahnya seandainya perbedaan diantara sesama umat islam tidak ditunggangi oleh hawa nafsu yang mengakibatkan perpecahan, pertengkaran dan perselisihan. Yang ada adalah saling menghormati perbedaan pemahaman dan keyakinan masing-masing faham. Perbedaan pendapat dipahami sebagai sebuah kewajaran.
Alangkah indahnya bila kehidupan ini diatur dengan dasar pengertian, dengan dasar tolong menolong dalam kebaikan dengan cara berkomunikasi yang lebih dewasa secara sopan dan secara santun. Yang mengkritik memang berniat untuk memperbaiki tanpa memaksakan kehendaknya, yang dikritik menerima dengan lapang dada dan berintrospeksi. Tak ada lagi hinaan dan cacian, tak ada lagi celaan dan makian. Tak ada lagi jalan kekerasan yang ditempuh untuk menyelesaikan perbedaan, apalagi sampai mengedepankan hukum rimba dengan melakukan penyerbuan, pembakaran, pembunuhan. Islam sebagai rahmatan lil alamin harus benar-benar diwujudkan, jangan hanya menjadi jargon di lisan. Semoga. (Ahmad Suroso)

Kamis, 20 Desember 2007

Relevansi Semangat Haji dan Kurban



SUARA gema takbir mulai Rabu kemarin dan Kamis hari ini berkumandang
menandai datangnya hari raya Idul Adha 1428 H. Pelaksanaan salat Idul Adha 1428 H ada perbedaan. Sebagian umat Islam melakukannya Rabu kemarin karena mengikuti ketetapan pemerintah Arab Saudi yang menetapkan wukuf terjadi Selasa (18/12) dan Idul Adha Rabu (19/12). Sedangkan pemerintah Indonesia termasuk dua ormas Islam terbesar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menetapkan Idul Adha Kamis pagi ini.
Tetapi yang pasti di seluruh dunia, kaum muslimin juga merayakan hari pengorbanan ini. Bersama para jamaah haji lainnya, mereka berharap sepenuh hati agar dengan ibadah haji dan berkurban dengan menyembelih hewan kurban itu, kecintaan pada dunia, kecintaan kepada diri, anak, isteri,suami, dan harta jangan sampai melebihi dengan kecintaannya kepada Allah.
Inilah hakekat Idul Adha, yakni sebagai hari raya penghambaan. Idul Kurban yang di Indonesia juga dikenal sebagai lebaran haji adalah hari raya bagi siapa saja yang menganggap dirinya hanyalah seorang hamba yang harus mengorbankan hal yang paling dicintainya kepada Allah.
Apa yang dilakukan para jamaah haji mulai dari mengenakan pakaian ihram,, thawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah, serta amalan ibadah haji lainnya adalah merupakan pengulangan atas sebuah peristiwa sangat agung yang pernah terjadi terhadap Ibrahim dan putranya Ismail yang tercantum dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102 dan 102.
Berkata Ibrahim As, "Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?' Ismail lalu menjawab, "Wahai ayahku, kerjakanlah apapun yang telah diperintahkan. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar".
Percakapan yang pendek ini merekam sebuah gambaran dunia yang bersih serta penuh dengan kerelaan dan cinta. Dua manusia mulia ini, yaitu Ibrahim dan Ismail, telah menunjukkan sebuah konsep penghambaan yang paling agung. Pengorbanan tiada tara yang dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail itu menyebabkan turunnya rahmat dan keridhoan dari Allah yang Maha Pengasih yang kemudian mengganti Ismail dengan seekor domba. Ismail sendiri selamat karena yang kemudian disembelih adalah domba yang diturunkan Allah itu.

Haji juga melambangkan persamaan (egalitarianisme). Mulai dari mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat, yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Ajaran egaliterianisme inilah yang sudah berabad timbul tenggelam dalam sejarah. Ajaran ihram tanpa jahitan yang dipakai jamaah laki-laki adalah bukti ajaran tentang persamaan berakar sangat kuat dalam tradisi asli Islam meski sering dinodai dengan berbagai alasan.
Ibadah haji dan kurban juga menunjukkan semangat ketundukan secara mutlak terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah. Keterpisahan dan hal-hal duniawi yang mengikat dan dari berbagai bentuk hawa nafsu adalah pelajaran terpenting yang harus diserap oleh siapa saja yang menjalankan ibadah haji ini. Dengan semangat persamaan ini tentu kita tidak akan diam melihat ketimpangan sosial di sekitar kita, melihat fakta jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai sekitar 37 juta dari 240 juta dari total jumlah penduduk Indonesia.
Perintah berkurban menjadi masih sangat relevan dengan situasi kita saat ini. Memberikan hewan kurban bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji, maupun bagi umat islam yang mampu hanyalah sebagian dari bentuk kesalehan sosial yang harus terus ditumbuhkan dalam jiwa kita. Penting ditanamkan kesediaan hati yang tulus untuk berbagi suka terhadap mereka yang kurang beruntung, mereka yang berada di bawah
Haji juga merupakan manifestasi sesungguhnya dari semua prinsip moral dan semua langkah islam yang digabung menjadi satu. Haji adalah transformasi tertinggi ari keseluruhan fitrah manusia, ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial untuk menjalani tugas sebagai rahmatan lil alamin. Akhirnya selamat merayakan Idul Adha 1428 H, semoga kita dapat mengambil hikmah yang tersirat dari pelaksanaan ibadah haji yang puncaknya ditandai shalat Idul Adha. (ahmad suroso)

Tribun Batam, Rabu, 19 Desember 2007

Kamis, 13 Desember 2007

*Matta Band Kunjungi Tribun Batam


KUNJUNGI TRIBUN -
  Personel band Matta  menyanyikan lagu ciptaannyaberjudul Playboy, bersama Pemred Tribun Febby MP dan aku, saat mengunjungi Tribun Kamis (13/12/07). 

Sempat Diragukan Stasiun TV

"Woo..'o Kamu Ketahuan pacaran lagi dengan dirinya teman baikku".

SIAPA yang hafal dan kenal dengan lirik potongan lagu berjudul Ketahuantersebut? Siapa tak kenal Matta Band, grup band asal Bandung yang namanya melejit lewat lagu Ketahuan dan Playboy. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu kalau grup band beranggotakan enam personil ini pernah mengalami kesulitan diawal meniti karir.
Sebab, kemampuan grup yang digawangi Sunu (vokal), Yudi (keyboard), Yogi (gitar), Setia (bass), Dicky (gitar), dan Uwok (drum) itu ternyata sempat diragukan sebuah stasiun televisi swasta. Penyebabnya adalah karena lagu Ketahuan dinilai memiliki image dangdut.
Seperti diketahui, lagu ini sempat dinyanyikan pedangdut Uut Permatasari tanpa seizin dan tanpa sepengetahuan Matta Band sebagai pemilik lagu. Bahkan, mereka baru tahu kalau lagu tersebut dinyanyikan Uut dari radio. Uniknya lagi, sampai sekarang mereka belum pernah sekalipun ketemu langsung dengan pedangdut yang terkenal dengan goyang ngecor ini.
Ketika disinggung asal muasal kenapa lagu Ketahuan bisa dinyanyikan Uut yang notabene tidak mereka kenal, ternyata lagu tersebut diberikan pada Uut lewat produser mereka yang bernaung di satu label yang sama dengan Uut.
"Produser menganggap lagu ini akan lebih menjual jika dinyanyikan Uut. Padahal, mereka belum mencoba menjualnya lewat Matta Band. Dan dalam hal ini kami "dikorbankan" dengan memberikan lagu Ketahuan pada oranglain tanpa kompensasi apapun,"terang Sunu, vokalis Matta Band saat mengunjungi Tribun Batam sebelum konser di NoName Cafe Harmoni Hotel Batam.
Namun kini polemik terkait siapa pemilik sah lagu Ketahuan itu sudah berakhir. Karena semua orang tahu kalau Matta Band adalah pencipta sekaligus pemilik lagu yang bercerita tentang perselingkuhan tersebut. Meski sebelumnya masalah pengambilan lagu tanpa izin ini sempat diadukan lewat jalur hukum.
Selanjutnya, menyinggung kualitas lagu Matta Band yang berhasil memikat penikmat musik, Sunu, sebagai pencipta lagu mengaku mendapatkan inspirasinya dari berbagai hal yang dia lihat. Tapi biasanya lagu-lagu itu tercipta saat mood-nya sedang bagus.
Lagu Penantian misalnya. Lagu tersebut terinspirasi oleh penumpang bis yang tetap setia menunggu bis yang tak kunjung datang. Dan untuk membuat cerita menjadi lebih indah saat menjadi lagu, Sunu menerjemahkannya dalam cerita percintaan. Yakni kisah seseorang yang setia menunggu kekasihnya meski sudah menikah.
Untuk menyelesaikan lagu-lagu hasil karyanya, cowok yang sudah mulai merekam suaranya sendiri sejak umur lima tahun ini dibantu Uwok. Bantuan itu khususnya dalam hal pemenggalan kata. Sebab, drummer yang pernah mengenyam pendidikan musik di Elfa's dan Purwacaraka tersebut dinilai paling jago dalam hal pemenggalan kata.
Ketika ditanya tips menjaga suara agar selalu tampil prima, Sunu mengaku justru kesulitan menjaga suaranya. Sebab, cowok yang digosipkan dekat dengan pesinetron Dhini Aminarti dan pedangdut Dewi Persik ini memiliki kebiasaan sulit tidur.
"Sejak kecil saya memiliki kebiasaan sulit tidur. Padahal, kunci utama kualitas vokal yang prima terletak pada tidur yang cukup,"pungkasnya.

Rabu, 12 Desember 2007

Bensin Rp 1.500/liter Diperkenalkan di Yogya

Bensin Rp 1.500/liter Diperkenalkan di Yogya

* Kadar Oktan Lebih Tinggi dari Pertamax
* Siap membuat minyak tanah dan avtur murah

HARGA minyak dunia terus menggila dan nyaris menyentuh level 100 dolar AS per barel. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat konsumen bahan bakar minyak (BBM), terutama di perkotaan.
Di tengah situasi sulit saat ini, ada sebuah hasil penelitian yang jika diaplikasikan bisa membawa angin segar bagi kemaslahatan bangsa. Yakni penemuan jenis bahan bakar baru oleh Tim Indonesia Bangkit yang dipimpin oleh BSW Adjikusumo.
Produk BBM pengganti itu diperkenalkan oleh BSW Adjikusumo atau akrab dipanggil Bung AK, di Gedung DPRD Provinsi DI Yogyakarta Kamis pekan lalu.
Produk BBM pengganti itu diberi nama Bahan Bakar Nusantara (BBN) yang dibuat dari bahan baku biota laut Nusantara yang diklaim tidak akan habis sepanjang masa, karena akan selalu terbarui.
Harganya? Mungkin ini yang sulit untuk dipercaya, karena satu liternya hanya Rp 1.500. Bandingkan dengan harga bensin yang beredar sekarang, Rp 4.500 per liter. Bahkan masih lebih rendah dari harga minyak tanah untuk rumah tangga yang di tingkat pangkalan mencapai Rp 2.400-Rp 2.500 per liter.
"Solusi krisis energi bukan melalui konversi minyak tanah ke gas, tetapi menggunakan bahan murah non tambang yang dapat diperbarui," ujar Bung AK saat pemaparan pengenalan BBN yang dihadiri Ketua DPRD DIY Djuwarto, kalangan aktivis dari Yogya dan sekitarnya, perkumpulan bikers, dan lainnya.
Wartawan Tribun Batam, Ahmad Suroso yang sedang cuti menengok keluarga di Yogya, melaporkan, pada kesempatan itu, tim peneliti dari Indonesia Bangkit pimpinan Adji membagi-bagikan 100 liter BBN produk mereka kepada perwakilan yang hadir organisasi dan perhimpunan dari berbagai daerah. Selain itu juga didemonstrasikan keampuhan BBN yang beroktan tinggi itu ke dua sepeda motor tua yang sudah dikosongkan bensinnya dan diganti dengan BBN.
Ketika digas, tarikan gas motor lebih ringan dan laju lebih kencang. Dan bila sebelumnya nampak asap agak kehitaman dari knalpot, setelah pakai BBN tak terlihat lagi asap keluar.
Pada acara sosialisasi yang nuansanya lebih mirip aksi demo dan dimeriahkan alunan musik grup Serikat Pengamen Indonesia (SPI)yang lirik-lirik lagunya sarat dengan kritik dan satire kehidupan sosial itu, Bung AK menegaskan, ongkos produksi BBN relatif murah.
JIka dijual Rp 1.500/liter maka masih menyisakan keuntungan 50 persen. Dengan keuntungan yang besar tersebut nantinya bisa dipakai untuk mensubsidi pendidikan dan kesehatan masyarakat.
"Maka ke depan tidak ada alasan masyarakat Indonesia tidak bisa sekolah sampai tinggi, juga tak ada alasan lagi bagi orang sakit di negeri ini tidak bisa berobat ke rumah sakit," ujar Adji yang juga dikenal sebagai penemu beras merah putih, seraya menambahkan, penemuan bahan kabar ini harus diikuti penyiapan infrastruktur produksi sampai distribusi oleh negara, sehingga rakyat dapat secepatnya menikmati.
Ketika dimintai keterangan soal proses produksi bahan baku biota laut sampai bisa berubah menjadi bensin yang diklaim kandungan oktannya sangat tinggi, bahkan kualitasnya lebih tinggi dari bahan bakar Pertamax, Adji dengan tegas mengatakan tak akan membocorkannya.
Karena, demikian Adji, penemuan bahan bakar strategis tersebut tak boleh dikuasai oleh sebuah pribadi, termasuk dia dan tim peneliti BBN, kelompok, ataupun golongan tertentu. Tetapi harus seluas-luasnya untuk rakyat Indonesia dan dikelola oleh pengelola negara yang berpihak para rakyat, serta tak berpihak pada pemilik modal besar yang akan memonopoli demi kepentingan modalnya dengan mengorbankan rakyat kecil. Untuk itu, di depan beberapa wakil rakyat termasuk ketua DPRD DIY yang berdiri disampingnya, Adji mendeadline, paling lambat 41 hari setelah pernyataan tersebut, legislatif dan eksekutif sudah harus bisa menyiapkan policy yang tegas dan jelas untuk rakyat kecil.
"Bila paling lambat 41 hari mendatang tidak muncul polecy yang jelas, maka kami semakin tegas untuk mengambil sikap bahwa 2009 saatnya yang muda ambil kendali dan potong satu generasi," ujarnya tanpa mau menjelaskan maksud potong satu generasi. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, Adji mengingatkan jika dalam 41 hari tidak muncul dari legislatif dan eksekutif maka pihaknya siap menjalin kerjasama strategus dengan pemerintah Republik Islam Iran untuk kesejahteraan bangsa Indonesia mewujudkan Indonesia makmur raya dan masyarakat dunia pada umumnya.
"Saya dua malam lalu sudah telepon-teleponan dengan Dubes Iran untuk Indonesia soal ini,"ujar mantan aktivis mahasiswa UGM yang sering turun ke jalan pada awal 1990-an itu kepada Tribun.
Ketua DPRD DIY Djuwarto yang didaulat untuk memberi sambutan menyambut baik diluncurkannya BBM murah tersebut. "Usulan dari Mas Adji ini akan segera kami bawa bahas dalam sidang di Dewan," ujarnya.
Lebih jauh Adji mengatakan, selain siap memproduksi bensin yang kadar oktannya tinggi, timnya juga siap memproduksi minyak tanah, bahkan bahan bakar khusus untuk pesawat, avtur, yang harga jauh lebih murah dari yang ada sekarang.
Tapi, sekali lagi Adji menegaskan, pihaknya tidak akan memproduksi BBM tersebut, kecuali negara yang memproduksi. Tapi negara baru boleh memproduksi, jika policy-nya betul-betul berpihak pada rakyat, akan saya berikan," tegasnya.(ahmad suroso)

Tribun Batam, 3 November 2007

Senin, 10 Desember 2007

Dompetku Hilang, Pikiranku Melayang


SEHARI setelah aku tiba di mes Tribun di Batam dari Yogyakarta membawa dagangan batik satu karung ditambah dua tas ransel, Kamis pagi itu, 6 Desember 2007 aku masih bisa tersenyum setelah sahabat saya, Uly datang ke mes membayar kontan pesanan batik dan sarung bantal senilai Rp 1.100.000. Sejam kemudian, sekitar pukul 10 aku ke Pasar Raya Batam Center belanja sayur, Maklum jadi bulok alias bujang lokal, harus masak sendiri.
Siangnya pukul 13.00, Ompung, panggilan akrab Redpel Tribun Richard Nainggolan datang naik mobil Suzuki APV hitam inventaris kantor Tribun Batam ke mes nyamperin aku pergi ke kantor. Namun, sebelum ke kantor, Ompung aku ajak mampir ke rumah Yuni, mantan kasir Tribun yang juga pesan dagangan batik senilai Rp 2,5 jutaan. Dari rumah Yuni baru kami meluncur ke kantor.
Setelah beberapa menit sampai di kantor, betapa terkejutnya aku menyadari dompetku berisi uang Rp 1,2 juta dan surat-surat penting milikku tidak ada lagi di kantong celana maupun jaket dan baju yang kupakai. Surat-surat penting itu mulai KTP, SIM C, Kartu ATM Bank Danamon, dan ID Card karyawan Harian Tribun Batam, semua atas namaku, serta STNK sepeda motor Honda Supra Fit Nomor Polisi: BP 3004 DI atas nama PT Tribun Media Grafika, Batam (penerbit Harian Tribun Batam).
Saat itu aku menduga, dompetku kalau tidak tercecer di pasar ya di rumah. Sehingga sekitar pukul 18.00 aku pulang ke mes mengecek. Namun setelah aku obok-obok sudut-sudut mes, terutama kamarku, dompetku tetap tidak kutemukan, badanku langsung lemas, pikiran kalut. Selain memikirkan uangku Rp 1,2 juta yang tersimpan di dalam dompet, aku membayangkan kesulitan yang akan aku alami harus mengurus kembali surat-surat tersebut, bila dompet itu benar-benar hilang.
Jumat pagi aku diberitahu teman kantor tentang adanya "orangtua" di Perumahan Tiban Ayu, bernama Pak Endang yang bisa menolong menemukan dompet yang hilang. Aku segera meluncur ke alamat dimaksud, tetapi tidak ketemu, karena yang bersangkutan ternyata sedang berada di Jakarta dan, baru Sabtu berencana pulang.
Setelah tiga hari pikiran tak bisa tenang, Sabtu sore (7/12) aku pergi ke rumah Pak Endang, yang dikenal sebagai orang tua atau pintar' yang memiliki kemampuan batin dapat menerawang hal-hal gaib, di Perumahan Tiban Ayu, Batam. Dari Pak Endang ini, aku mendapat keterangan kalau dompet milikku terjatuh di Pasar dan dipungut seorang wanita.
"Ya saya akan bantu bapak, supaya wanita itu tergerak mengembalikan surat-surat penting milik bapak. Kalau besok (Senin,10/12) dia ngeposkan, berarti tiga atau empat hari lagi akan nyampe ke bapak. Tunggu saja, Insyaallah surat-suratnya dikembalikan, tapi kalo uangnya ya diikhlaskan saja," ujar Pak Endang menghibur.
Tiga hari setelah kehilangan dompet tersebut, pikiranku memang merasa galau, antara menyesali kecerobohanku dengan nasib sial yang kualami. Apalagi saat itu belum ada petunjuk dimana dompet itu jatuh. Baru setelah aku bertemu dengan Pak Endang, hatiku seperti dibuka
untuk bersikap ikhlas dan sabar menerima musibah kehilangan dompet itu sambil tak lupa terus memanjatkan doa ke Rabbul Izzati. "Ya Allah, kabulkanlah permohonanku agar dompet beserta surat-surat penting milikku itu kembali".
Mungkinkah ini tanbih, peringatan yang diberikan Allah kepadaku? Wallahu a'lam.

Minggu, 25 November 2007

Terbentuk Forum Bahasa Media Massa Kepri


PENGURUS FBMM KEPRI - Saya (paling kanan) Pengurus Forum Bahasa Media Massa Provinsi Kepri, dan Ketu FBMM pusat (pakai batik), Kepala Dinas Pendidikan Batam Muslim Bidin (ketiga dari kiri) foto bersama usai dilantik di kampus Politeknik Batam, Minggu, 25 Desember 2007.

Bahasa Indonesia Hadapi Tantangan Terberat
BATAM, TRIBUN - Bahasa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan paling berat, menyusul kecenderungan masyarakat dan sebagian pejabat pemerintah lebih menyukai menggunakan istilah asing daripada menggunakan bahasa Indonesia. Pendapat tersebut disampaikan Ketua Forum Bahasa Media Massa (FBMM) pusat, TD Asmadi seusai melantik Pengurus FBMM Provinsi Kepri di kampus Politeknik Batam, Minggu (25/11).
"Misalnya kita bilang peduli, orang bilang concern. Kita bilang wacana, orang bilang diskursus. Kita sebut Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI), orang lebih suka bilang SEZ (Special Economic Zone). Ini menjadi tugas media massa, khususnya FBMM untuk membantu mengembangkan bahasa Indonesia," ujar Asmadi, mantan wartawan senior Kompas.
"Sebetulnya kalau kita terus menerus pakai istilah KEKI, maka SEZ akan terlupakan. Begitu juga dengan menggunakan MoU (Memorandum of Understanding), kenapa tidak pakai Nota Kesepahaman saja. Karena terlalu sering dipakai di media massa, sehingga masyarakat pun jadi latah. Sampai-sampai saya pernah dengan ada tukang becak bilang saya baru tandatangani MoU dengan si anu," imbuh Asmadi yang kini aktif sebagai pengajar di Lembaga Pers Dr Sutomo Jakarta.
Di sinilah, ungkap Asmadi, relevansi pentingnya dibentuk FBMM yang tugasnya membantu mengembangkan bahasa Indonesia, menyamakan penulisan (ejaan, tata bahasa, kosa kata, alfabet) dan pelafalan di media masaa.
Forum Bahasa Media Massa (FBMM) yang terbentuk Oktober 2002 di Jakarta mulai dua tahun lalu mengembangkan sayap dengan mendirikan organisasi serupa di daerah-daerah. Sedikitnya 10 FBMM daerah telah terbentuk, dan yang terbaru FBMM Provinsi Kepri.
Pengurus FBMM Kepri kemarin dilantik oleh Ketua FBMM pusat TD Asmadi, disaksikan antara lain Kepala Dinas Pendidikan Batam Drs Muslim Bidin, anggota DPRD Kota Batam Gani Hasyim, Humas Otorita Batam Dwi Djoko Wiwoho, Humas PT PLN Batam Ade Sulistiani.
Susunan lengkap pengurus FBMM Provinsi Kepri: Ketua Rumbadi Dalle (MBM Tempo), Wakil Jo Seng Bie (LKBN Antara), Sekretaris Suyono S (Bisnis Indonesia), Wk Sekretaris M Iqbal (Batam Pos), Bendahara Anastasia Ansi (Radio Sing FM). Bidang Elektronik TV, koordinator Erwan Buntoro (SCTV), anggota Sobari (RCTI), Syaiful Kurnia (Metro TV), Iskandar (STV). Bidang Radio, koordinator Roedianto (Bentara FM), anggota Rachmad (Era Baru FM).
Bidang Hubungan Luar, koordinator Ahmad Suroso (Tribun Batam), anggota Fadli (The Jakarta Pos), Sudirman (LKBN Antara), Saibansyah (Ekonomi Neraca). Bidang Diskusi dan Litbang, koordinator Agus Tri Harsanto (Tribun Batam), anggota Yudi Karya (Tabir Hukum), Syahdan (Sijori Mandiri), Arifuddin Jalil (Pos Metro Batam).
(ahmad suroso)

Sabtu, 24 November 2007

Merenungkan Hakekat Perpisahan

KEBERSAMAAN - Ika (pakai kerudung) foto bersama-sama crew redaksi Tribun Batam (dari kiri Menik, aku, Yon, dan si centil Tari di pantai ujung pulau Galang saat melepas tim jelajah pulau Tribun-Telkomsel tahun 2005.

Sedih Ditinggal Ika


HARI ini, Sabtu, 24 November 2007 adalah hari terakhir Ika Maya Susanti, salah satu wartawati andalan Tribun Batam bekerja bersama-sama crew redaksi Tribun Batam. Sebab terhitung mulai 25 November 2007 besok ia mulai resign, menyatakan mengundurkan diri dari dunia wartawan, karena diterima sebagai dosen di Politeknik Batam, yang mulai tahun depan melebur menjadi Universitas negeri Raja Ali Haji (Umrah).

Berbeda dengan hari-hari biasanya, hari ini aku merasakan sangat kehilangan, sedih, "semedot" (kata orang Jawa), ditinggalkan satu diantara wartawan andalan Tribun Batam ini. Kalau saja aku boleh memilih dan menentukan, akan suruh wanita berjilbab yang sholehah, cerdas, banyak mengeluarkan ide-ide untuk membuat topik tulisan khususnya menyangkut dunia remaja, supel, mudah dimintai tolong dan kerjasama meskipun tetap mengedepankan sikap kritisnya itu untuk tetap bertahan di Tribun.
Tapi tentu saja, hal itu tidak akan saya lakukan. Karena ini menyangkut pilihan hidup masing- masing orang, yang kita tidak bisa memaksakannya. Saya jadi teringat sebulan lalu ketika Ika mendekati saya bilang mau resign, setelah diterima sebagai dosen di Poltek Batam.
"Bisa nggak ya saya resign mulai pertengahan November. Karena mulai besok saya sudah diminta mulai mengajar secara penuh, dan diminta resmi keluar dari Tribun mulai 15 November? tanya alumni Universitas Negeri Malang (dulu IKIP) yang rendah hati ini.
Mendengar Ika mau resign saya setengah tak percaya. Setelah beberapa saat diam, saya bilang sebaiknya kalau mau resign memenuhi prosedur yang ditentukan kantor, yakni minimal satu bulan sebelumnya harus memberi tahu. Artinya dia baru bisa keluar dari Tribun minimal per 25 November 2007.
"Kamu udah bilang sama mas Febby (Pemred Tribun) atau PSDM belum," tanyaku.
"Belum"
"Kalau gitu kamu bilang dulu sama mas Febby, terus ke PSDM," saranku pada Ika.
Tapi ketika perjalanan waktu sebulan kemudian itu benar-benar terlewati, yaitu pada hari ini, hari terakhir Ika bergabung di Tribun, hati kecil saya merasa kehilangan, berat hati ini ini melepas kepergian Ika yang saat ini sedang serius berpacaran dengan Junaidi, mantan wartawan Tribun Batam yang sudah lama resign..
Oke Ka, selamat ya memulai petualangan baru di dunia akademik, setelah tiga tahun lamanya mengembara di dunia wartawan. Perpisahan memang berat, apalagi kalau kita sudah merasa cocok dan enjoy bekerja dalam satu tim, tapi itulah romantika kehidupan. Semoga di tempatmu yang baru, kamu dapat menemukan suasana yang tak kalah mengasyikkan

Sebagai manusia, kita memang pasti akan mengalami perpisahan, entah itu pisah dengan teman seprofesi, teman main, sahabat, saudara, tetangga, anak, istri, suami, kakek, nenek dan sebagainya.
Untuk menghadapinya paling-paling dibutuhkan kemampuan untuk meredam kesedihan karena ditinggalkan orang-orang dekat kita, dengan hati ikhlas, rela, atau bahkan dengan sikap biasa-biasa saja..
Tetapi ada suatu perpisahan yang tidak setiap orang siap menghadapinya, yaitu berpisahnya nyawa atau ruh dengan jasmaninya atau fisik kita. Kesiapan menyangkut bekal yang akan kita bawa untuk kembali ke pangkuan Allah, innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Konkretnya sudahkah kita siap menghadapi kematian?. Yang dimaksud kita di sini adalah kesiapan ruh kita berpisah dengan jasad kita.
Supaya ruh kita siap rojiuun (kembali) ke Allah, maka kita harus mengenal diri kita sendiri. "Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu" , artinya "Siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya".
Tetapi kebanyakan manusia tidak tahu dalam arti hakekat:.
Siapakah dirinya ?
Darimanakah dirinya berasal ?
Untuk tujuan apakah hidup didunia ini ?
Kemanakah nanti dirinya akan kembali ?
Dan seabreg pertanyaan-pertanyaan lain yang sulit untuk dijawab. ..
(ahmad suroso/bersambung)

Selasa, 20 November 2007

Sembuhkan Tumor melalui Doa, Mengapa Tidak!

TUMOR OTAK - Erwin Aprilan, orangtua Ummu yang menderita sakit tumor otak saat menerima bantuan dompet pembaca Tribun Rp 7.700.000 dari Ahmad Suroso selaku Koordinator Liputan Tribun Batam, di RSOB, Selasa (20/11)

Ummu Sudah Bisa Melihat
* Pasien Tumor Otak Harapan Hidupnya 5 Persen
* Terima Bantuan Pembaca Tribun Rp 7.700.000

UMMU Yasmin Shafa, bocah penderita tumor otak yang dirawat di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) sejak dua minggu lalu, kini kondisinya mulai membaik. Seperti pernah diberitakan Tribun sebelumnya, Ummu sempat dirawat di RS Awal Bros. Namun, karena keterbatasan biaya, Selasa (6/11/07) lalu bocah ini dipindahkan ke RSOB.
Gadis kecil ini saat kepalanya di Scan di RSOB, diketahui di dalam otaknya terdapat tumor ganas. Dokter mengatakan, harapan hidupnya tinggal lima persen.
Tidak ada pilihan lain, kata dokter anak itu harus dioperasi dan membutuhkan biaya operasi sekitar Rp 150 juta. Itupun tidak ada jaminan dari dokter setelah operasi Ummu akan bisa kembali normal atau sembuh.
"Kalau ada jaminan bisa sembuh bila dioperasi, seribu jalan akan saya usahakan untuk bisa mendapatkan uang itu. Tapi karena tidak ada jaminan, ya saya pasrah pada Allah, karena saya yakin Allah maha penyembuh segala penyakit," harap
Erwin Aprilan, ayah Ummu kepada Tribun, Selasa (20/11/07).
Kehadiran Tribun untuk menyerahkan sumbangan dari pembaca yang terkumpul melalui rekening dompet peduli pembaca Tribun sebesar Rp 7.700.000. Bantuan diterima Erwin Aprilan (37) yang didampingi sang istri Rosmalinda Poranita (28).
Menurut Erwin, kondisi kesehatan Ummu seminggu terakhir terus membaik. Bila sebelumnya, untuk bernafas, ia harus dibantu masker oksigen, kini sudah tidak pakai masker lagi. "Alhamdulillah matanya sudah bisa untuk melihat, dan juga sudah bisa bicara," ujar PNS golongan II Dinas Perhubungan Batam
seraya menambahkan, sebelumnya, mata Ummu memang melek, namun tidak bisa merespon alias tidak bisa melihat.
"Perkembangannya cukup bagus pak. Memang dokter mengatakan harapan anak saya tipis, tapi saya yakin melalui pertolongan Allah, anak saya akan sembuh. Saya hanya mohon dukungan doa dari bapak-bapak, dan masyarakat agar anak saya cepat sembuh tanpa harus operasi," kata Erwin.
Doa...atau penyembuhan alternatif itulah harapan terakhir Erwin untuk bisa menyembuhkan anaknya. Pengobatan melalui doa antara lain diikhtiarkan lewat kelompok majelis zikir Makrifatullah di Baloi Batam, di mana Erwin ikut aktif didalamnya. "Ini air yang sudah di asma'i jamaah Makrifatullah untuk penyembuhan anak saya. Alhamdulillah ada hasilnya," ungkap Erwin menunjuk botol air mineral ukuran 1 liter.
* * *
IKHTIAR penyembuhan melalui doa...itulah alternatif pengobatan yang diyakini Erwin insyallah bisa menyembuhkan putrinya setelah tim medis tidak menjamin operasi menyembuhkan atau menolong nyawa Ummu.
Doa memang merupakan senjatanya orang muslim, sebagaimana banyak disebut didalam Alquran dan hadits, termasuk doa untuk kesehatan. Kuncinya adalah yakin, asal kita yakin Insyallah biqodratillah doa kita akan terkabul, diiijabi Gusti Allah. Urusan langsung dikabulkan atau setelah menunggu lama, itu masalah waktu.
Di sini saya kutip doa untuk kesehatan, dari hadits riyawat Sahabat Anas, "Adzhibil Ba'sa Robbunnaasi Isyfi (isyfinii) antasyaafii laa syifaa'a illa syifaaukaa syifaa an laa yughoodirusaqoman". Artinya: "Walai Tuhan Manusia, Sembuhkanlah dia (saya). Sesungguhnya engkaulah Yang Maha Menyembuhkan, tiada Kesembuhan kecuali dari-Mu. Kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lagi."
"Allahumma shallii 'alaa sayyidinaa Muhammadin Habibbil Mahbuubi syaafiil 'ilali Wamufarrijil Kurabi." Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kita Nabi Muhammad yang cinta dan dicintai (Allah) yang menghilangkan segala penyakit dan yang menghilangkan segala kesempitan (kesusahan).
Bisa juga ditambah doa, "Allohumma mushoghirol kabir wa mukabirosh shogir, shogir maabii." Artinya: "Ya Allah, Engkau yang mengecilkan yang besar dan membesarkan yang kecil. Kecilkanlah penyakitku ini."
Semoga doa yang terus menerus dipanjatkan keluarga Irwan untuk kesembuhan putrinya bisa menjadi obat yang menyembuhkan, sehingga Ummu bisa tumbuh normal sebagaimana anak-anak umumnya. Hanya Ridho-NYA yang diharapkan.
(ahmad suroso)

Sabtu, 17 November 2007

Perang lagi euuuy







AIRSHOFTGUN - Sabtu (17/11/07) sore, saya bersama crew Tribun sedang refreshing bermain airshoftgun di pusat latiran perang Airshoftgun Delta Force di kawasan Pelita, Nagoya, Batam, setelah pagi harinya sampai siang pukul 13.30 WIB bersama Pemred Tribun Batam Febby Mahendra mewawancarai 8 calon wartawan Tribun Batam yang lolos tes tulis.

Kamis, 15 November 2007

Maaf ya, Soeharto Lengser Saya Naik

tribun/agus tri harsanto
FOTO BERSAMA - Huang Cia Cia dan manajernya foto bersama dengan Korlip Ahmad Suroso dan reporter Ruri di kantor redaksi Tribun, Kamis (15/11).

Malam Ini Cia Cia Hibur Warga Batam


Maaf ya, Soeharto Lengser Saya Naik


LAGU Ye Liang Tai Piau Wo Te Sin milik Teresa Teng, mengalun merdu dari bibir Huang Cia Cia (24), penyanyi spesialis lagu mandarin dari Surabaya, ketika berkunjung ke kantor Tribun Batam, Kamis (15/11) sore.
"Saya menggelar konser tunggal di Restoran Shangrilla BCS Mall pada Jumat besok (hari ini) mulai pukul 19.00 sampai selesai. Konser ini merupakan konser pertama saya di Batam,"ujarnya.
Konser yang digelar dalam rangka ulang tahun Johny Studio ini juga merupakan konser perdana yang digelar Johny Studio di Batam.
Sejak kecil, gadis asal Surabaya, Jawa Timur, ini memang sudah akrab dengan dunia tarik suara. Kendati banyak mengenal guru musik, Cia Cia, mengaku belajar menyanyi secara otodidak. Ia baru serius mengembangkan bakat menyanyinya setelah tumbangnya (mantan) Presiden Soeharto, penguasa rezim Orde Baru.
"Maaf ya...Jadi, ketika Soeharto lengser, sayalah yang naik,"ujarnya sambil tersenyum. "Maksud saya, karier saya sebagai penyanyi bisa dimulai ketika Soeharto tak lagi berkuasa kan? Tahu sendiri kan kalau budaya Tionghoa maupun keseniannya dilarang berkembang selama Orde Baru,"ujar gadis berambut panjang ini.
Lalu bagaimana Cia Cia ingin mengembangkan kariernya, termasuk menyanyi di Singapura dan Malaysia? Cia Cia mengaku banyak menggali ilmu dari artis-artis mandarin mancanegara yang dikenalnya saat mereka berkunjung ke Indonesia.
"Dari obrolan dengan mereka, saya jadi tahu sampai di mana kemampuan dia dan bagaimana juga mereka menilai kemampuan saya,"papar penyanyi yang sudah menelurkan empat album sejak 2003 ini.
Dari obrolan dan melihat kemampuan mereka, penyanyi yang sudah menjual lebih dari 3.000 kopi (khusus di Medan), ini yakin bisa menyalip artis-artis dari Singapura maupun Malaysia. "Saya yakin bisa menyalip mereka suatu saat nanti,"katanya optimistis.
Untuk menjaga kualitas suaranya, Huang Cia Cia sedikit berbagi tips. Hampir seperti penyanyi pada umumnya, ia tak ingin memakan goreng-gorengan terlalu berlebihan. "Selain itu, mungkin saya jaga stamina aja ya, karena harus berkeliling ke banyak daerah untuk menyanyi,"terangnya.
Nama Huang Cia Cia di Batam dan Kepri sudah sangat dikenal. Banyak warga Tionghoa yang sering menyanyikan lagu-lagu daur ulang yang dinyanyikan Huang Cia Cia dalam berbagai lomba karaoke. "Karena itu, kami memberikan kesempatan bagi warga Batam yang ingin melihat langsung konsernya di Restoran Shangrilla,"kata Kenny Jackson, Public Relation BCS Mall.
"Apalagi Huang Cia Cia bisa dibilang sudah menjadi penyanyi muda yang mampu menorehkan namanya di pentas dunia lagu Mandarin di Indonesia," imbuh Kenny.
Hari ini, Jumat (16/11) pukul 12.00, akan diselenggarakan acara jumpa fans bagi para penggemar Huang Cia Cia di atrium BCS Mall, Baloi, sebelum Huang Cia Cia menggelar konser pada malam harinya. Konser yang akan berlangsung selama 1,5 jam itu nantinya akan memberikan kesempatan bagi para tamu untuk request (meminta) lagu yang mereka inginkan.
"Walaupun bisa request, tapi penonton jangan naik panggung ya, namanya juga konser,"pungkas Kenny.

Senin, 12 November 2007

Lho mihun-e kok lengket ngene?

Lho mihun-e kok lengket ngene?

BEGINILAH kalau para bulok (bujang lokal) dan bujang beneran di mess masak mihun (mi putih kering) takkala badan sudah capek dan mata ngantuk. Ceritanya dinihari sekitar pukul 01.00, Selasa (13/11) dua bulok (bujang lokal) Cak Febby, tuan 'dengkek' Albert, serta si bujang beneran Agus Boyo tiba di mess Tribun Batam di Mitraraya Batam Centre setelah seharian ngantor.
Seperti biasa, sampai di mess perut biasanya keroncongan, jadi ya harus masak dulu biar perut tak protes. "Gus... masak mi. Itu ada mihun, mihunnya direbus dulu baru, baru dimasak," celetuk Febby.
Agus yang memang biasa kebagian masak, tanpa pikir panjang langsung merebus mihun. Sambil menunggu mendidih, ia meracik bumbu2 untuk memasak mie spesial itu.
"Lho mihun-e kok lengket ngene?" teriak Agus setelah melihat mihunnya sudah lengket jadi satu seperti bubur.
"Lho kamu salah Gus, harusnya mihunnya jangan direbus, tapi cukup direndam air panas aja biar lembek," sahut tuan Dengkek.
"Terus piye ki?" tukas Agus dengan nada suara bersalah.
"Ya udah gak apa-apa. Terus aja dimasak, gak usah omong Cak Febby," imbuh Albert sambil melongok keluar rumah, sambil menengok si bos Febby yang lagi asyik menyemprot mobil APV hitam kesayangannya.
Rupanya si bujang beneran satunya, Edi Sijabat Erat pun yang sebetulnya tidak bisa masak pun 'sok tahu' ikut-ikutan nimbrung ngaduk-aduk masakan mihun yang sudah membentuk gumpalan- gumpalan. Bukannya tambah beres, masakan mihun godok itu pun makin runyam bentuknya.
Singkat cerita, mihun godok itupun selesai dimasak, di makan berempat. Rasanya memang tetap enak, tapi bentuknya itu lho, jadi gumpalan-gumpalan tak jelas bentuknya.
"Sekali layar terkembang, pantang surut, harus dihabisin mihunnya" canda Febby.
"Nyam...nyam...nyam"
Aku yang tiduran di kamar sedang berusaha untuk bisa tidur, tapi tak juga datang kantuknya, sehingga mendengar percakapan mereka jadi teringat pengalaman ketika masak sarden bareng Agus. Waktu itu aku yang sudah menyiapkan bumbu pelengkap untuk memasak sarden minta tolong Agus untuk membuka kaleng sarden.
Tanpa tanya-tanya lagi, Agus ambil pisau terus melubangi kaleng sarden. Tapi bukannya dibuka pinggirnya, tapi Agus hanya melubangi bagian tengah kaleng sarden sebesar jari tangan.
"Lho Gus kok dibolong tengahnya kecil gini, gimana ikannya bisa keluar?" tanyaku penasaran.
"Sori bos, gak pernah masak sarden," kilah Agus Boyo.
Oalah...beginilah nasib jadi bulok di rantau, termasuk aku. Jauh dari istri.

Minggu, 11 November 2007

Hari Pahlawan, untuk Siapa?



BAKAR SEMANGAT - Bung Tomo membakar semangat arek-arek Surabaya saat pertempuran 10 November 1945.

SEMUA orang tahu tanggal 10 November adalah hari Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang dikobarkan oleh Bung Tomo. Peristiwa pertempuran mempertahankan kemerdekaan RI yang dipimpin pemuda bernama Soetomo dari invansi tentara sekutu pimpinan Inggris itu diperingati secara nasional sebagai Hari Pahlawan.
Setiap instansi resmi pemerintah selalu memperingatinya dengan menggelar upacara bendera.

Tetapi coba kita renungkan sejenak. Seberapa banyak orang atau pemimpin peduli dengan jasa- jasa sang the man behind the gun yang dengan gagah berani memimpin para pemuda Surabaya menggayang tentara sekutu hanya bersenjatakan bambu runcing? Pemerintah sendiri seperti melupakannya, terbukti sampai sekarang pemerintah belum menetapkan almarhum Bung Tomo, pahlawan yang sudah membebaskan kita dari belenggu penjajahan sebagai Pahlawan Nasional.

Memang masih ada ormas yang peduli pada jasa-jasa kepahlawan Bung Tomo, yakni ormas Gerakan Pemuda Ansor, organisasi onderbouw ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama yang Jumat (9/11) lalu memberikan gelar kepada Bung Tomo sebagai pahlawan nasional. Penghargaan itu diserahkan oleh Ketua GP Ansor Syaifullah Yusuf dan diterima oleh anak Bung Tomo, Bambang Sulastomo di gedung DPR RI.

Ironis. Sesak dada ini bila mengingat kenyataan tiadanya penghargaan secara wajar dari pemerintah terhadap pahlawan Surabaya yang berani melawan senjata sekutu yang lengkap dan berbahaya, salah satu tokoh pergerakan nasional yang mengantarkan kita untuk menikmati kemerdekaan ini.

Soal penghargaan pada pahlawan, kita lihat misalnya penghargaan terhadap tokoh kharismatik almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX, raja pertama di Indonesia yang menyatakan bergabung ke pangkuan republik yang baru diproklamirkan, dan sejarahnya ikut mempertahankan kemerdekaan RI dan mengisi pembangunan. Tetapi kenyatannya sampai sekarang, pemerintah tidak menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Menunggu keluarga mengajukan usulan agar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional? Jangan harap itu dilakukan, seperti ditegaskan Sri Sultan HB X dalam dialog di Metro TV belum lama ini, Gubernur DIY itu (begitu juga anak Bung Tomo, Bambang Sulastomo) tidak akan pernah mengajukannya.

Pahlawan atau pejuang sejati memang tidak membutuhkan penghargaan. Tetapi sebagai bangsa yang beradab, seharusnya para pemimpin tahu diri untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan secara proporsional.
Kemanakah nurani-nurani mereka yang menamakan dirinya manusia, yang menamakan dirinya pemimpin republik ini.
Sejarah sudah banyak yang tak tahu.. Sebab banyak yang sibuk berlomba dan beradu. Demi kantong tebal dan uang saku. Sudah sebegini parahkan bangsaku ?
Beginikah sikapmu wahai Indonesia, penghargaanmu pada sang Pahlawan pembela bangsa...!?

Di Hari Pahlawan ini marilah kita renungkan kembali pesan terakhir Dr Soetomo;
"Saudaraku, Pesanku kepadamu, dan saudara seperjuangan semua yang kutinggalkan, bekerjalah terus untuk pergerakan kita, ketauilah olehmu bahwa pergerakan kita masih harus berkembang, harus bersemi dan harus selalu maju. Oleh karena itu sampaikan pesanku kepada saudara-saudaraku semuanya yang tidak dapat mengunjungi kemari. Bersama-sama giat bekerja guna kemajuan pergerakan dan perjuangan kita sehingga tercapai kemerdekaan dan kemulyaan bangsa kita"

(Ahmad Suroso)

Sabtu, 10 November 2007

Langkah PT ATB Hadapi Krisis Air (3-Habis)


TRIBUN/AHMAD SUROSO
PERIKSA MUTU AIR - Seorang petugas laboratorium pusat Instalasi Pengolahan Air ATB di Dam Muka Kuning sedang memeriksa kualitas air di lab tersebut.

Langkah PT ATB Hadapi Krisis Air (3-Habis)

Minum Air Langsung dari Kran

AIR ATB kok warnanya agak kuning! Gimana ini! Keluhan-keluhan semacam itu diakui oleh perusahaan air minum PT Adhya Tirta Batam kadang masih muncul dari pelanggan ATB. Menanggapi hal ini, Rosa, staf Laboratorium pusat PT ATB di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Dam Muka Kuning mengungkapkan, sebetulnya, semua air yang disalurkan dari setiap IPA atau Water Treatment Plant (WTP) ke pelanggan dalam kondisi bagus.
Karena air baku dan air bersih yang dikelola ATB diperiksa secara rutin dan terjadwal setiap hari di laboratorium agar memenuhi standard air minum badan kesehatan dunia WHO.
Selain itu setahun sekali, ATB juga membawa sampel air dari lab WTP dam Muka Kuning ke Singapura yang kualitas airnya diakui sangat baik, sebagai pembanding.
"Kondisi air dari sini (WTP) itu bagus sesuai standar WHO. Tetapi kadang sampai pelanggan berwarna agak kuning. Itu terjadi karena pipanya masih memakai jaringan pipa lama, seperti di daerah Tiban dan Sekupang," ujar Rosa. Endapan-endapan atau kerak yang ada di pipa lama ikut terbawa sampai ke rumah pelanggan ketika ATB menggelondorkan air.
"Tetapi jangan khawatir. Sisa-sisa jaringan pipa lama ini akan kita habiskan dalam waktu tiga tahun mendatang. Akan kita ganti dengan pipa yang baru," tukas Direktur Produksi dan Distribusi, William Solary di sela-sela mengantar wartawan meninjau sarana WTP dan laboratorium di WTP Dam Muka Kuning.

Memang seperti diakui Wiliam, meskipun jarang terjadi, memang sangat mungkin air bersih yang mengalir di rumah pelanggan bisa tiba-tiba berwarna coklat. Hal ini terjadi akibat gangguan jaringan distribusi. Antara lain, terjadinya tekanan air secara tiba- tiba, timbunan karat pada pipa galvanis yang masih ada di beberapa tempat dan rumah pelanggan, adanya pembersihan pipa (scouring) atau penggelontoran.
Ada juga konsumen yang mengeluh karena air di bak rumahnya berlumut. "Setelah kita cek ternyata penyebabnya ada pelanggan yang memakai penampung dari bahan plastik yang tipis. Apabila ini terkena matahari terus, maka bak akan berlumut. Ini yang tidak disadari oleh konsumen," ujarnya.
Rosa mengatakan, semua air yang ada di plant (WTP) bisa diminum langsung dari kran. Hal ini juga dibenarkan beberapa karyawan di WTP Muka Kuning. "Kami biasa minum langsung dari kran ini," kata seorang karyawan saat hendak sholat dhuhur di mushola komplek WTP Muka Kuning.
"Sampai di konsumen (pelanggan) sebetulnya juga zero, sesuai standar mutu air di sini, seperti di daerah Anggrek Mas," kata Rosa.
Soal kualitas, mutu air minum ATB ini juga diakui oleh Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) terbaik se Indonesia setelah Padang. Padang berada paling atas karena sumber air bakunya dari mata air. Sedangkan Batam dari dam tadah hujan.
Kualitas air baku dam atau waduk di Batam ini dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sekitar waduk, yang menghadapi masalah antara lain alih fungsi hutan resapan sekitar waduk menjadi kawasan hunian dan niaga seperti dam Baloi.
Untuk menjaga kualitas air, ATB tiap hari mengambil tak kurang dari 58 sampel air dari berbagai lokasi. Tak kurang dari 100 Km ditempuh tiap hari untuk mendapatkan sampel air. Sampel air yang diambil adalah air baku, air yang sedang dalam pengolahan dan air bersih hasil olahan.
"Air baku dari semua waduk diperiksa tiap hari di lab, mulai dari fisik, zakat kimia, dan bakterinya, untuk mengetahui kualitas air baku yang akan diolah menjadi air bersih," kata Rosa seraya menambahkan, selain lab sentral di Dam Muka Kuning, di setiap dam yang sumber air baku ATB, seperti dam Duriangkang I, II, Sei Harapan, dan Sei Ladi juga dilengkapi lab-lab yang lebih kecil. (Ahmad Suroso)