Senin, 31 Desember 2007

Sesatkah kita!?.. refleksi akhir tahun (2-Habis)

Lalu mengapakah sekarang kita tahu banyak kitab-kitab hadits yang beredar ?
Bukankah itu bid’ah ?
Bukankah itu sesuatu yang baru ?
Bahkan melihat sejarah,
Bukankah pembukuan hadits-hadits Nabi itu seolah menentang Nabi Muhammad yang melarang pembukuan hadits-hadits ?
Tetapi,
Apakah masuk pada bid’ah yang baik yang hasanah ?
Ataukah bid’ah dholalah ?
Kalau sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah dan RosulNya,
Wajib kita tidak menambahi ataupun menguranginya.
Sholat wajib lima sehari semalam, maka bid’ah sesat, bid’ah dholalah jika kita menambahi atau menguranginya. Mutlak tidak boleh ditambahi dan dikurangi.
Kalau Qur’an mengatakan “Qulhu Allohu Ahad”, mutlak, tidak boleh ditambahi maupun dikurangi. Jikalau ditambahi atau dikurangi, itu bid’ah yang dholalah, itu bid’ah yang sesat.

Bukankah diajarkan oleh Rosululloh untuk berijtihad ?
Bagaimana cara supaya sabar ?
Bagaimana cara supaya tawakal ?
Bagaimana cara dzikir ?
Jika perintah ada, tapi tuntunan resminya tidak ada ?
Bolehkan berijtihad ?
Tiap-tiap orang memiliki keyakinan sendiri-sendiri, pun meski Islam sebagai agamanya.

Bagaimana seandainya ditanya,
Apakah sabar itu ?
Bagaimanakah sabar itu ?
Caranya supaya sabar bagaimana ?

Apakah dzikir itu ?
Bagaimanakah caranya dzikir itu ?
Bagaimana cara supaya kita dzikir kepada Alloh ?
Bukankah perintahnya adalah “Dzikron Katsiron ?”

Apakah engkau sudah tahu cara bersyahadat ?
Apakah cukup dibaca saja syahadat itu ?
Apakah iman itu ?
Apakah taqwa itu ?

Maka janganlah heran jika banyak sekali pendapat-pendapat akan masalah-masalah itu.

Maka cukuplah, “Lana a’maluna wa lakum a’malukum”
“Apa-apa yang aku kerjakan adalah untuk aku sendiri dan apa- apa yang kamu kerjakan adalah untuk kamu sendiri”.

Saling hormat menghormati diantara sesama pemeluk agama Islam.
Saling berhubungan dengan kasih sayang, silaturrahmi.

Tanpa perlu menjelek-njelekkan pendapat lain,
Tanpa perlu menuduh sesat orang yang berbeda faham,
Tanpa perlu menuduh Zindiq orang-orang yang berjalan menujuNya,
Dan…..
Tanpa perlu mengkafir-kafirkan saudara-saudara kita yang seagama.

“Qu anfusakum wa ahlikum naroo”
“Selamatkanlah dirimu, dan keluargamu, dari api neraka”.
Marilah fastabihul khoirot ! Berlomba-lomba dalam kebaikan.

Terima kasih untuk Huttaqi, sohib saya seperguruan ruhani, yang melalui tulisan-tulisannya telah memicu tumbuhnya inspirasi untuk menuliskan hikmah di setiap kejadian, dan firmanNya.
(Ahmad Suroso)

Tidak ada komentar: