Senin, 31 Desember 2007

Sesatkah kita? catatan akhir tahun

Sesat? Tergantung siapa yang ngomong!


PERGANTIAN tahun merupakan saat yang paling pas untuk melakukan evaluasi, refleksi, instropeksi atas segala sepakterjang kita selama setahun terakhir. Begitu juga dalam melewati pergantian tahun 2007 menuju tahun 2008 menjadi moment yang selayaknya kita manfaatkan untuk merenungkan kembali perjalanan hidup kita sebagai hamba Allah, yang mengemban anaman sebagai kalifatullah fil ardh.
Dari aspek agama, saya tergelitik untuk menyoroti kejadian menonjol selama tahun 2007, yakni banyaknya muncul aliran atau faham keagamaan yang menimbulkan kontroversi, menimbulkan benturan fisik dan ketegangan, keresahan di kalangan umat, khususnya umat Islam sendiri. Aliran tersebut antara lain Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Alquran Suci, Al Haq, yang mendapat stigma sesat dari MUI, sampai-sampai aliran Wahidiyah yang sebenarnya hanya kumpulan umat islam yang tergabung dalam shalawatan Wahidiyah di Tasikmalaya pun dicap sesat.
Tak pelak mantan Ketua Pengurus Besar NU KH Abdurrahman Wahid pun menjadi geram. Sehingga di refleksi catatan akhir tahun 2007 di Jakarta kemarin, Gus Dur menuding melalui fatwa sesatnya, MUI memberi andil atas terjadinya berbagai tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama.. "MUI bukan satu-satunya ormas Islam.Karena itu jangan gegabah mengeluarkan pendapat yang bisa memicu kesalahpahaman. Saya minta MUI tidak memakai kata sesat," cetusnya dalam orasi catatan akhir tahun di Hotel Santika Jakarta, Minggu (30/12).
Hal senada disampaikan anggota Wantimpres yang juga pengacara senior Adnan Buyung Nasution ini yang menilai MUI dianggap harus bertanggung jawab atas maraknya tindak kekerasaan keagamaan. Fatwa aliran sesat yang mereka keluarkan kerap berbuah aksi penyerangan atas kelompok keyakinan tertentu.
Di sisi lain ada yang menuding, dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah karena dinilai tidak lagi memberikan sentuhan yang mendalam tentang kebenaran agama Islam juga dituding sebagai salah satu pemicu maraknya aliran sesat. "Muhammadiyah dan NU tidak lagi memberikan sentuhan yang dalam tentang kebenaran agama Islam sehingga mereka mencari di luar mainstream yang ada," ungkap cendekiawan muslim Muslim Abdurrachman pada dialog di 'Trijaya FM' Jakarta Pusat, Sabtu (3/11/2007).
Saya tidak bermaksud menyalahkan MUI yang dengan gampangnya mengeluarkan fatwa-fatwa sesat, tetapi bukan berarti mendukung terhadap fatwa sesat yang direkomendasikan MUI. Saya ingin mengajak para pembaca untuk merenungkan kembali pemahaman kita terhadap stigma aliran sesat. Mengapa dianggap sesat? Karena dianggap bid'ah. Apa itu bid'ah? Inilah yang hendak kita renungkan bersama dengan hati yang dingin, sabar, ikhlas, tawakal.
Anda boleh setuju atau tidak setuju terhadap wacana yang saya uraian berikut ini hasil dari tholabul ilmu dengan guru ruhani saya dan buku-buku agama yang banyak mengupas masalah-masalah ruhaniyah. .

Ada beberapa pendapat tentang Bid’ah.
Yang satu menganggap bahwa “Semua yang baru adalah bid’ah dan semua bid’ah itu adalah sesat”
Sebagian yang lain menganggap bahwa agama dan teknologi itu pisah, kemudian mereka memahami bid’ah seperti ini :“Semua yang baru di dalam masalah agama adalah bid’ah dan itu sesat, sedangkan bid’ah atau sesuatu yang baru di dalam masalah teknologi itu ndak papa, sebab teknologi itu tidak termasuk wilayah agama”
Sebagian yang lain berpendapat bahwa seluruhnya itu tidak ada yang lepas dari masalah agama, baikpun itu masalah teknologi.
Mereka menganggap bahwa bid’ah itu ada 2 macam:.
“Yaitu bid’ah hasanah, atau sesuatu yang baru, sesuatu yang baru adanya tapi baik,
Dan yang satu adalah bid’ah dholalah, yaitu sesuatu yang baru, mengada-adakan tapi tidak baik.”
Tidakkah zaman Nabi belum ada perintah untuk pembuatan buku atau kitab al-Qur’an ?
Dan baru ada perintah pencatatan saja ?
Bukankah jaman Nabi belum ada pembagian seperti ini Fiqih, ini Ushuludin, ini Aqoid, ini tasawuf?
Benarkah Fiqih itu sesuatu yang baru atau bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dholalah ?
Benarkah Ushuludin itu istilah yang baru atau bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah ataukah dholalah ?
Benarkah Tasawuf itu istilah baru yang juga bid’ah ? Lalu apakah bid’ah hasanah atau dholalah ?
Ingatkah engkau ketika Nabi melarang pencatatan apalagi pembukuan hadits-hadits beliau ?
Bacalah sejarah-sejarah di jaman Nabi ?
Abu Bakarpun tak berani menuliskan hadits ataupun membukukannya.
Umarpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
Usmanpun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
Ali pun tak berani menuliskan hadits maupun membukukannya.
(ahmad suroso/bersambung)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Izin copy, syukron