Senin, 10 Desember 2007

Dompetku Hilang, Pikiranku Melayang


SEHARI setelah aku tiba di mes Tribun di Batam dari Yogyakarta membawa dagangan batik satu karung ditambah dua tas ransel, Kamis pagi itu, 6 Desember 2007 aku masih bisa tersenyum setelah sahabat saya, Uly datang ke mes membayar kontan pesanan batik dan sarung bantal senilai Rp 1.100.000. Sejam kemudian, sekitar pukul 10 aku ke Pasar Raya Batam Center belanja sayur, Maklum jadi bulok alias bujang lokal, harus masak sendiri.
Siangnya pukul 13.00, Ompung, panggilan akrab Redpel Tribun Richard Nainggolan datang naik mobil Suzuki APV hitam inventaris kantor Tribun Batam ke mes nyamperin aku pergi ke kantor. Namun, sebelum ke kantor, Ompung aku ajak mampir ke rumah Yuni, mantan kasir Tribun yang juga pesan dagangan batik senilai Rp 2,5 jutaan. Dari rumah Yuni baru kami meluncur ke kantor.
Setelah beberapa menit sampai di kantor, betapa terkejutnya aku menyadari dompetku berisi uang Rp 1,2 juta dan surat-surat penting milikku tidak ada lagi di kantong celana maupun jaket dan baju yang kupakai. Surat-surat penting itu mulai KTP, SIM C, Kartu ATM Bank Danamon, dan ID Card karyawan Harian Tribun Batam, semua atas namaku, serta STNK sepeda motor Honda Supra Fit Nomor Polisi: BP 3004 DI atas nama PT Tribun Media Grafika, Batam (penerbit Harian Tribun Batam).
Saat itu aku menduga, dompetku kalau tidak tercecer di pasar ya di rumah. Sehingga sekitar pukul 18.00 aku pulang ke mes mengecek. Namun setelah aku obok-obok sudut-sudut mes, terutama kamarku, dompetku tetap tidak kutemukan, badanku langsung lemas, pikiran kalut. Selain memikirkan uangku Rp 1,2 juta yang tersimpan di dalam dompet, aku membayangkan kesulitan yang akan aku alami harus mengurus kembali surat-surat tersebut, bila dompet itu benar-benar hilang.
Jumat pagi aku diberitahu teman kantor tentang adanya "orangtua" di Perumahan Tiban Ayu, bernama Pak Endang yang bisa menolong menemukan dompet yang hilang. Aku segera meluncur ke alamat dimaksud, tetapi tidak ketemu, karena yang bersangkutan ternyata sedang berada di Jakarta dan, baru Sabtu berencana pulang.
Setelah tiga hari pikiran tak bisa tenang, Sabtu sore (7/12) aku pergi ke rumah Pak Endang, yang dikenal sebagai orang tua atau pintar' yang memiliki kemampuan batin dapat menerawang hal-hal gaib, di Perumahan Tiban Ayu, Batam. Dari Pak Endang ini, aku mendapat keterangan kalau dompet milikku terjatuh di Pasar dan dipungut seorang wanita.
"Ya saya akan bantu bapak, supaya wanita itu tergerak mengembalikan surat-surat penting milik bapak. Kalau besok (Senin,10/12) dia ngeposkan, berarti tiga atau empat hari lagi akan nyampe ke bapak. Tunggu saja, Insyaallah surat-suratnya dikembalikan, tapi kalo uangnya ya diikhlaskan saja," ujar Pak Endang menghibur.
Tiga hari setelah kehilangan dompet tersebut, pikiranku memang merasa galau, antara menyesali kecerobohanku dengan nasib sial yang kualami. Apalagi saat itu belum ada petunjuk dimana dompet itu jatuh. Baru setelah aku bertemu dengan Pak Endang, hatiku seperti dibuka
untuk bersikap ikhlas dan sabar menerima musibah kehilangan dompet itu sambil tak lupa terus memanjatkan doa ke Rabbul Izzati. "Ya Allah, kabulkanlah permohonanku agar dompet beserta surat-surat penting milikku itu kembali".
Mungkinkah ini tanbih, peringatan yang diberikan Allah kepadaku? Wallahu a'lam.

1 komentar:

tentang saya: mengatakan...

wah, nderek prihatin mbah ros...
blog nya uapik...

sigit
milirwae.blogspot.com