KEBERSAMAAN - Ika (pakai kerudung) foto bersama-sama crew redaksi Tribun Batam (dari kiri Menik, aku, Yon, dan si centil Tari di pantai ujung pulau Galang saat melepas tim jelajah pulau Tribun-Telkomsel tahun 2005.
Sedih Ditinggal Ika
HARI ini, Sabtu, 24 November 2007 adalah hari terakhir Ika Maya Susanti, salah satu wartawati andalan Tribun Batam bekerja bersama-sama crew redaksi Tribun Batam. Sebab terhitung mulai 25 November 2007 besok ia mulai resign, menyatakan mengundurkan diri dari dunia wartawan, karena diterima sebagai dosen di Politeknik Batam, yang mulai tahun depan melebur menjadi Universitas negeri Raja Ali Haji (Umrah).
Berbeda dengan hari-hari biasanya, hari ini aku merasakan sangat kehilangan, sedih, "semedot" (kata orang Jawa), ditinggalkan satu diantara wartawan andalan Tribun Batam ini. Kalau saja aku boleh memilih dan menentukan, akan suruh wanita berjilbab yang sholehah, cerdas, banyak mengeluarkan ide-ide untuk membuat topik tulisan khususnya menyangkut dunia remaja, supel, mudah dimintai tolong dan kerjasama meskipun tetap mengedepankan sikap kritisnya itu untuk tetap bertahan di Tribun.
Tapi tentu saja, hal itu tidak akan saya lakukan. Karena ini menyangkut pilihan hidup masing- masing orang, yang kita tidak bisa memaksakannya. Saya jadi teringat sebulan lalu ketika Ika mendekati saya bilang mau resign, setelah diterima sebagai dosen di Poltek Batam.
"Bisa nggak ya saya resign mulai pertengahan November. Karena mulai besok saya sudah diminta mulai mengajar secara penuh, dan diminta resmi keluar dari Tribun mulai 15 November? tanya alumni Universitas Negeri Malang (dulu IKIP) yang rendah hati ini.
Mendengar Ika mau resign saya setengah tak percaya. Setelah beberapa saat diam, saya bilang sebaiknya kalau mau resign memenuhi prosedur yang ditentukan kantor, yakni minimal satu bulan sebelumnya harus memberi tahu. Artinya dia baru bisa keluar dari Tribun minimal per 25 November 2007.
"Kamu udah bilang sama mas Febby (Pemred Tribun) atau PSDM belum," tanyaku.
"Belum"
"Kalau gitu kamu bilang dulu sama mas Febby, terus ke PSDM," saranku pada Ika.
Tapi ketika perjalanan waktu sebulan kemudian itu benar-benar terlewati, yaitu pada hari ini, hari terakhir Ika bergabung di Tribun, hati kecil saya merasa kehilangan, berat hati ini ini melepas kepergian Ika yang saat ini sedang serius berpacaran dengan Junaidi, mantan wartawan Tribun Batam yang sudah lama resign..
Oke Ka, selamat ya memulai petualangan baru di dunia akademik, setelah tiga tahun lamanya mengembara di dunia wartawan. Perpisahan memang berat, apalagi kalau kita sudah merasa cocok dan enjoy bekerja dalam satu tim, tapi itulah romantika kehidupan. Semoga di tempatmu yang baru, kamu dapat menemukan suasana yang tak kalah mengasyikkan
Sebagai manusia, kita memang pasti akan mengalami perpisahan, entah itu pisah dengan teman seprofesi, teman main, sahabat, saudara, tetangga, anak, istri, suami, kakek, nenek dan sebagainya.
Untuk menghadapinya paling-paling dibutuhkan kemampuan untuk meredam kesedihan karena ditinggalkan orang-orang dekat kita, dengan hati ikhlas, rela, atau bahkan dengan sikap biasa-biasa saja..
Tetapi ada suatu perpisahan yang tidak setiap orang siap menghadapinya, yaitu berpisahnya nyawa atau ruh dengan jasmaninya atau fisik kita. Kesiapan menyangkut bekal yang akan kita bawa untuk kembali ke pangkuan Allah, innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Konkretnya sudahkah kita siap menghadapi kematian?. Yang dimaksud kita di sini adalah kesiapan ruh kita berpisah dengan jasad kita.
Supaya ruh kita siap rojiuun (kembali) ke Allah, maka kita harus mengenal diri kita sendiri. "Man arofa nafsahu faqod arofa robbahu" , artinya "Siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya".
Tetapi kebanyakan manusia tidak tahu dalam arti hakekat:.
Siapakah dirinya ?
Darimanakah dirinya berasal ?
Untuk tujuan apakah hidup didunia ini ?
Kemanakah nanti dirinya akan kembali ?
Dan seabreg pertanyaan-pertanyaan lain yang sulit untuk dijawab. ..
(ahmad suroso/bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wah seneng dapat blog bagus, tulisan-tulisan tasawufnya ditambah lagi mbah...
sigit,
milirwae.blogspot.com
Posting Komentar