Sabtu, 10 November 2007

Langkah PT ATB Hadapi Krisis Air (3-Habis)


TRIBUN/AHMAD SUROSO
PERIKSA MUTU AIR - Seorang petugas laboratorium pusat Instalasi Pengolahan Air ATB di Dam Muka Kuning sedang memeriksa kualitas air di lab tersebut.

Langkah PT ATB Hadapi Krisis Air (3-Habis)

Minum Air Langsung dari Kran

AIR ATB kok warnanya agak kuning! Gimana ini! Keluhan-keluhan semacam itu diakui oleh perusahaan air minum PT Adhya Tirta Batam kadang masih muncul dari pelanggan ATB. Menanggapi hal ini, Rosa, staf Laboratorium pusat PT ATB di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Dam Muka Kuning mengungkapkan, sebetulnya, semua air yang disalurkan dari setiap IPA atau Water Treatment Plant (WTP) ke pelanggan dalam kondisi bagus.
Karena air baku dan air bersih yang dikelola ATB diperiksa secara rutin dan terjadwal setiap hari di laboratorium agar memenuhi standard air minum badan kesehatan dunia WHO.
Selain itu setahun sekali, ATB juga membawa sampel air dari lab WTP dam Muka Kuning ke Singapura yang kualitas airnya diakui sangat baik, sebagai pembanding.
"Kondisi air dari sini (WTP) itu bagus sesuai standar WHO. Tetapi kadang sampai pelanggan berwarna agak kuning. Itu terjadi karena pipanya masih memakai jaringan pipa lama, seperti di daerah Tiban dan Sekupang," ujar Rosa. Endapan-endapan atau kerak yang ada di pipa lama ikut terbawa sampai ke rumah pelanggan ketika ATB menggelondorkan air.
"Tetapi jangan khawatir. Sisa-sisa jaringan pipa lama ini akan kita habiskan dalam waktu tiga tahun mendatang. Akan kita ganti dengan pipa yang baru," tukas Direktur Produksi dan Distribusi, William Solary di sela-sela mengantar wartawan meninjau sarana WTP dan laboratorium di WTP Dam Muka Kuning.

Memang seperti diakui Wiliam, meskipun jarang terjadi, memang sangat mungkin air bersih yang mengalir di rumah pelanggan bisa tiba-tiba berwarna coklat. Hal ini terjadi akibat gangguan jaringan distribusi. Antara lain, terjadinya tekanan air secara tiba- tiba, timbunan karat pada pipa galvanis yang masih ada di beberapa tempat dan rumah pelanggan, adanya pembersihan pipa (scouring) atau penggelontoran.
Ada juga konsumen yang mengeluh karena air di bak rumahnya berlumut. "Setelah kita cek ternyata penyebabnya ada pelanggan yang memakai penampung dari bahan plastik yang tipis. Apabila ini terkena matahari terus, maka bak akan berlumut. Ini yang tidak disadari oleh konsumen," ujarnya.
Rosa mengatakan, semua air yang ada di plant (WTP) bisa diminum langsung dari kran. Hal ini juga dibenarkan beberapa karyawan di WTP Muka Kuning. "Kami biasa minum langsung dari kran ini," kata seorang karyawan saat hendak sholat dhuhur di mushola komplek WTP Muka Kuning.
"Sampai di konsumen (pelanggan) sebetulnya juga zero, sesuai standar mutu air di sini, seperti di daerah Anggrek Mas," kata Rosa.
Soal kualitas, mutu air minum ATB ini juga diakui oleh Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) terbaik se Indonesia setelah Padang. Padang berada paling atas karena sumber air bakunya dari mata air. Sedangkan Batam dari dam tadah hujan.
Kualitas air baku dam atau waduk di Batam ini dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sekitar waduk, yang menghadapi masalah antara lain alih fungsi hutan resapan sekitar waduk menjadi kawasan hunian dan niaga seperti dam Baloi.
Untuk menjaga kualitas air, ATB tiap hari mengambil tak kurang dari 58 sampel air dari berbagai lokasi. Tak kurang dari 100 Km ditempuh tiap hari untuk mendapatkan sampel air. Sampel air yang diambil adalah air baku, air yang sedang dalam pengolahan dan air bersih hasil olahan.
"Air baku dari semua waduk diperiksa tiap hari di lab, mulai dari fisik, zakat kimia, dan bakterinya, untuk mengetahui kualitas air baku yang akan diolah menjadi air bersih," kata Rosa seraya menambahkan, selain lab sentral di Dam Muka Kuning, di setiap dam yang sumber air baku ATB, seperti dam Duriangkang I, II, Sei Harapan, dan Sei Ladi juga dilengkapi lab-lab yang lebih kecil. (Ahmad Suroso)

Tidak ada komentar: