Sabtu, 31 Januari 2009

Melangkah Bijak di Tengah Krisis

KRISIS ekonomi global tampaknya akan berlangsung lebih lama dan lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini terungkap dalam forum Ekononi Dunia di Davos Swiss, Rabu (28/1) yang dihadiri 40 negara. Forum merekomendasikan para pemimpin negara dan pengusaha, mencari solusi segera dan tepat untuk mengakhiri krisis ekonomi global. Jika tidak, pemutusan hubungan kerja (PHK) lebih dari 50 juta orang akan terjadi tahun ini.

Sinyal lebih buruk lagi disampaikan ekonom kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Olivier Blanchard. Dalam statemennya yang dikutip BBC kemarin, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan turun ke sekitar 0,5% tahun ini, terendah sejak Perang Dunia II. IMF mengatakan, pasar keuangan tetap tertekan dan ekonomi global menghadapi "belokan tajam ke arah yang lebih buruk".

IMF juga mengutip laporan yang dikeluarkan pada hari Organisasi Buruh Internasional, ILO, bahwa 51 juta pekerjaan di seluruh dunia akan ditutup tahun ini akibat krisis ekonomi global. Resesi juga akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan. Negara-negara ekonomi maju, seperti Jepang, Spanyol, dan Inggris, AS mengalami resesi, dengan PHK baru diumumkan setiap hari.

Namun menurut IMF, pertumbuhan di negara berkembang dan sedang bangkit diperkirakan lebih maju, meski mengalami perlambatan tajam, dari 6.25% pada tahun 2008 ke 3,5% pada 2009. Penyebab utama penurunan itu permintaan ekspor turun, harga komoditor lebih rendah, dan pembatasan pembiayaan eksternal yang lebih ketat.

Menurut IMF, ekonomi global diproyeksikan baru mengalami pemulihan bertahap pada tahun 2010, dengan laju pertumbuhan naik ke 3%. Namun, prospek ini sangat tidak menentu, dan waktu serta ruang pemulihan sangat bergantung pada aksi kebijakan yang tegas.

Saat ini, mengutip data BPS 2004-2008, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai sekitar 9,43 juta. Angkanya diperkirakan akan melonjak setelah pemilu April nanti, karena banyak perusahaan yang ordernya dihentikan atau dikurangi. Untuk menahan laju pengangguran terbuka pada tahun 2009, pemerintah sudah menambah stimulus ekonomi menjadi Rp 71,3 triliun yang diharapkan antara lain dapat menekan pengangguran ke level 8,34 persen atau menciptakan 150.000 lapangan kerja baru.

Namun, mengingat kondisi krisis ekonomi global tersebut, khususnya dampaknya terhadap angka pengangguran, kita dituntut bersikap lebih realistis. Kita harus bangkit sendiri. Beberapa hal yang bisa dilakukan, misalnya masyarakat khususnya bagi yang masih menganggur dituntut lebih realistik, dengan tidak terlalu memilih-milih pekerjaan. Rebutlah apapun peluang pekerjaan yang mampu memberikan sumber pendapatan halal.

Kepada perusahaan atau industri, seyogyanya lebih mengutamakan mengambil tenaga kerja lokal, dan mengurangi tenaga asing atau ekspatriat. Pemerintah juga diharapkan mengeluarkan lebih banyak kemudahan dan izin kepada perorangan yang ingin berniaga sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Masyarakat juga diharapkan lebih mengutamakan pembelian barang produk lokal atau nasional, karena selain harganya lebih murah, mutunya juga tak kalah. Sehingga, mampu menjamin industri atau para perajin dalam negeri terus beroperasi, dan para pekerjanya tidak kehilangan pekerjaan. Rasa nasionalisme untuk mencintai produk dalam negeri ini harus terus ditumbuhkembangkan.

Dalam situasi krisis ekonomi dunia yang lebih gawat dan tidak menentu, kita tidak bisa lagi mengandalkan negara-negara maju untuk membantu merecoveri perekonomian nasional kita. Karena mereka lebih terpukul. Mereka sibuk sendiri menata perekonomian negaranya, di tengah-tengah situasi yang memburuk, lapangan kerja menurun drastis, bisnis banyak yang gulung tikar. (ahmad suroso)

Tajuk, Tribun Batam, Jumat, 30 Jan 2009

Tidak ada komentar: