KELANGKAAN Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi di berbagai daerah di tanah air belakangan ini telah membuat masyarakat luas dan kalangan industri menderita dan kebingungan, sekaligus geram. Betapa tidak, dalam jarak waktu yang berdekatan, Pertamina telah memicu keresahan beruntun. Pertama elpiji yang mengalami kelangkaan, kalaupun ada harganya mahal. Belum lagi itu teratasi, kini giliran BBM langka. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai daerah kehabisan stok.
Pertamina sebagai pemegang hak monopoli pengadaan dan pemasaran BBM dengan entengnya melontarkan berbagai dalih penyebab terganggunya persediaan BBM di dalam negeri. Bila saat terjadi kelangkaan gas elpiji beberapa pekan lalu, Pertamina berdalih sedang melakukan perbaikan kilangnya, dan sebab cuaca yang tidak bersahabat, kini, saat berlangsung kelangkaan BBM jenis premium dan pertamax sepekan terakhir ini, perusahaan itu mengemukakan alasan yang terkesan mengada-ada.
Selain beralasan kelangkaan dikarenakan kerusakan sistem on line pemesanan dan penebusan BBM, koneksi ke beberapa bank belum semua dapat beroperasi sehingga sebagian besar pemilik SPBU delivery order (DO) belum bisa dilayani, juga dalihnya yang menggelikan, yakni karena adanya libur panjang, sehingga terjadi keterlambatan distribusi.
Sampai-sampai alasan yang disampaikan pejabat pertamina tersebut membuat Presiden Bambang Susilo Yudhoyono mengaku tidak nyaman, sehingga merasa perlu menegur Pertamina melalui media massa. Kelangkaan itu seharusnya itu tidak terjadi. Apalagi hanya karena alasan tengah libur panjang. Seperti diketahui, pekan lalu terdapat libur bersama nasional yang cukup panjang mulai dari 25 Desember s/d 29 Desember.
"Ada yang membuat saya tidak happy, seperti yang ditulis di media atas keterlambatan pasokan bahan bakar. Ada excuse dari jajaran Pertamina, itu karena hari libur atau karena sistem baru. Menurut saya, tidak ada hari libur kalau untuk melayani masyarakat, keliru itu," sentil Presiden SBY seusai membuka perdagangan pasar saham perdana tahun 2009 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (5/12).
Presiden menegaskan pelayanan terhadap masyarakat dapat dilakukan dari mana saja. Yang dibutuhkan dari pejabat pemerintah adalah concern terhadap tanggung jawab yang diembanya. Pelayanan masyarakat tidak pernah libur, negara tidak boleh libur. The state is never sleep.
BBM, sebagaimana halnya gas elpiji merupakan bagian dari 9 kebutuhan pokok masyarakat luas, sehingga pengadaan dan distribusinya tidak boleh terganggu.
Terganggunya pasokan dan distribusi menunjukkan Pertamina terkesan tidak profesional.
Apalagi dengan entengnya beralasan karena adanya hari libur semakin menunjukkan lepas tanggungjawab, menyederhanakan masalah yang menyangkut hajat hidup masyarakat luas. Pertamina tidak mengantisipasi dan memprediksi dampak yang bakal menimpa masyarakat luas. Alasan itu tidak sepantasnya diucapkan seorang pejabat. (ahmad suroso)
Corner Tribun Batam, 6 Januari 2009
Senin, 05 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar