Senin, 26 Januari 2009

Gong Xi Fat Cai

MASYARAKAT Tionghoa di seluruh belahan dunia hari ini, Senin, 26 Januari 2009 merayakan Tahun Baru Imlek 2560, tak terkecuali di Indonesia. Apalagi setelah Presiden Abdurahman Wahid pada tahun 2002 mencabut Inpres no.14 tahun 1967 tentang larangan segala bentuk kegiatan ritual budaya Cina, kemudian mengeluarkan Keppres No 19 tahun 2002, yang menetapkan tahun baru Imlek menjadi Hari Nasional. Perayaan memperingati Tahun Baru Imlek semakin semarak di tanah air.

Perayaan ini dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat Cina. Agama Tridharma, gabungan tiga agama besar di Cina yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, Buddha yang biasanya secara ritual dilakukan bersamaan dengan sembahyang di kelenteng, diwarnai dengan berbagai pernik–pernik perayaan Imlek. Makna Imlek atau Sin Tjia bagi masyarakat Tionghoa khususnya adalah sebagai Fajar Pertama Musim yang artinya Kehidupan Baru. Imlek juga dapat diartikan sebagai 'reuni' dengan leluhur mereka.

Puncak perayaan Imlek bagi warga keturunan Tionghoa akan berlangsung Minggu (25/1) malam hingga Senin (26/1) dini hari ini dalam bentuk prosesi persembahyangan tutup tahun dan awal tahun. Imlek dirayakan selama 15 hari. Hari terakhir itu dirayakan sebagai Cap Go Meh. Sesuai tradisi, saat Imlek hampir semua orang Tionghoa mudik, pulang ke keluarga masing-masing. Setiap Imlek juga diramaikan dengan pertunjukan Barongsai yang dipercaya mampu mendatangkan kesejahteraan. Dalam perayaan Imlek juga dibagikan angpau, amplop berwarna merah berisi uang.


Namun mengingat situasi dan kondisi aktual kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang masih diliputi berbagai kesulitan hidup akibat dampak krisis ekonomi global, di dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2560 hendaknya tidak dengan berhura-hura. Imlek sekarang menjadi momentum yang tepat bagi umat Tri Dharma untuk mengembangkan dan lebih meningkatkan kepekaan sosial, merajut semangat kebersamaan, menyucikan batin, dan membangun toleransi dengan sesama, sehingga kemajemukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi indah dan penuh makna.

Kita hadapi krisis yang berat ini dengan semakin menguatkan persatuan, saling mendoakan dan toleransi. Hidup berdampingan antara warga keturunan dan lingkungannya diharapkan tetap terpelihara. Apalagi saat ini, warga keturunan Tionghoa mempunyai kesempatan yang sama di semua bidang, termasuk politik. Ajaran berbakti kepada orangtua dan leluhur yang sarat dengan nilai pengabdian bisa ditumbuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Imlek 2560 atau 2009 Masehi sekarang memasuki shio tahun kerbau tanah. Dalam perhitungan Tionghoa, kerbau dan tanah merupakan unsur terberat dalam perhitungan shio. Kerbau melambangkan kerja keras sehingga tahun ini dipercaya sebagai tahun yang berat. Karena itu membutuhkan kerja keras untuk bisa melampaui tahun ini dengan baik.

Dalam menghadapi berbagai himpitan di tahun ini, barangkali sifat kerbau yang tangguh, gigih, dan bersemangat patut ditiru. Sifat tersebut diharapkan mampu menjadi modal menghadapi berbagai ujian di tahun kerbau. Ada baiknya tahun shio dijadikan sebagai pengingat yang membuat setiap orang tetap berusaha. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 2009 perlu disikapi dengan positif. Sehingga setiap kerja atau usaha akan memberi hasil. Karena itu yang terpenting bagaimana setiap orang menjalani tahun ini dengan semangat dan kerja keras. Niscaya semua kesulitan akan menemukan jalan keluar.

Sekali lagi Imlek menjadi momentum yang tepat untuk merefleksi terhadap situasi yang sedang terjadi dan berintrospeksi diri. Apa saja yang sudah kita lakukan kemarin, apa saja yang membutuhkan perbaikan dan peningkatan di tahun depan ke arah yang lebih baik.

Semoga Tahun Baru Imlek 2560 ini memberi arti dan makna kehidupan yang lebih baik dibanding Tahun Baru Imlek sebelumnya. Akhirnya selamat Tahun Baru Imlek 2560 untuk yang merayakannya. Gong Xi Fa Cai, semoga mendapatkan rezeki. (ahmad suroso)

Tajuk (corner) Tribun Batam, 26 Januari 2009

Tidak ada komentar: