Sabtu, 03 Januari 2009

Hidup Kami (Warga Gaza) seperti Binatang


Foto:AFP
DEMO DI ISRAEL - Seorang bocah perempuan ikut demo bersama sekitar 100 ribu warga Arab yang tinggal di Israel pada unjuk rasa menentang serangan udara Israel dan roket Hamas, di Kota Kasthin, Israel, Sabtu (3/12).
==Kesaksian Penduduk Jalur Gaza --
Hidup Kami seperti Binatang

PEMBOMAN Israel ke wilayah Jalur Gaza memasuki hari ke delapan Sabtu kemarin (3/1/09). Penduduk Gaza yang tewas terus bertambah menjadi 525 tewas dan 2.250 luka-luka. Untuk mengetahui situasi di Gaza dan bagaimana serangan brutal Israel mempengaruhi kehidupan penduduk Jalur Gaza yang berjumlah 1.5 juta, kantor berita Al Jazeera mewawancarai sejumlah warga Gaza. Berikut ini kesaksian mereka.

Majed Badra, 23, mahasiswa di Universitas Islam Gaza.
Situasi kota Gaza sangat buruk dan tidak menguntungkan. Karena serangan Israel semakin banyak mengenai sasaran rumah-rumah penduduk, masjid, dan universitas. Mereka lebih fokus pada warga sipil.
Tidak ada lagi penduduk yang bekerja di Gaza, dan tidak ada yang kami kerjakan. Kami hanya tinggal di dalam rumah bersama keluarga. Setiap keluarga di Gaza melakukan hal yang sama.
Kami gunakan untuk mendengar serangan udara, dan kami tidak mempunyai cara untuk melindungi diri. Kami hanya tinggal di dalam rumah, mendengar berita di mana Israel melakukan serangan, mendengar suara jet F16 dan helikopter Apache Israel menembak sasaran sambil menunggu apa akan terjadi. Kami tidak siap untuk berperang. Mereka menyerang warga sipil dan anak-anak dan tidak peduli kita bersenjata atau tidak.

Majed, Kota Gaza

Kemarin, rumah adik saya jadi korban serangan Israel. Semua kamar hancur kecuali dapur, tempat dia dan anak-anaknya sembunyi. Allah melindungi mereka.
Dunia melihat orang-orang tak bersenjata Palestina seolah-olah mereka adalah bangsa dengan tentara, seolah-olah kita sama dengan Israel. Mereka berpikir kami mempunyai roket yang menyebabkan banyak kerusakan atau memiliki pengaruh besar. Padahal hal itu tidak benar. Kami yang tidak memiliki apa-apa itu telah menjadi korban serangan Israel di Gaza.
Mengapa tentara Israel menyerang saya universitas dan rumah-rumah dan masjid? Saya tidak tahu jawabannya. Anda harus menanyakan ke mereka (Israel-red). Hari-hari mendatang akan sangat buruk. Akan ada lebih banyak kematian. "

Nida 'Aniss Abu al-Atta, 26, Gaza City, petugas proyek
Semula anak-anak berfikir sedang ada perpecahan baru antara pendukung Hamas dan Fatah. Mereka takut dan mulai menangis dan berlari ke ibu-ibu mereka. Saya merasa marah dengan pemandangan di internal Palestina. Mereka tidak dapat bersatu bahkan sebelum tragedi ini.
Saya benci dengan jalan pikiran pemimpin Hamas yang mencoba mengklaim bahwa kami dapat menghadapi mesin-mesin perang militer yang mengerikan. Orang-orang Palestina sedang berdarah- darah dan berteriak "cukup". Bahkan Presiden kami (Mahmoud Abbas) tidak berdaya yang membuat kami sakit, dan kehilangan kepercayaan pada siapapun.
Saya tidak terlalu berharap pada masyarakat internasional, dunia Arab dan Islam. Bagaimanapun juga mereka tidak akan mampu menolong kami, kalau hanya berteriak dan membakar bendera.

Hamoudi, Tal el Hawa
"Lebih dari tiga gedung telah rata tanah di daerah tempat saya. Dua tetangga saya terbunuh saat mereka berjalan kembali dari sekolah - Yasmeen (16) dan saudara perempuan, Haneen (15). Mereka gadis-gadis tak berdosa.
Di rumah saya, dimana saya tinggal bersama saudara-saudara saya, kakak dan adik perempuan yang masih berumur delapan bulan, kami tidur dalam kegelapan karena tiadanya aliran listrik. Biarkan mereka tahu yang yang terjadi pada abad ke-21 ini, sementara seluruh dunia hanya menonton, dan diam saja. Saya terkejut, betapa murahnya darah orang-orang Palestina.

Amin Asfour, Gaza City, dokter di rumah sakit umum
Situasi di sini sangat sulit. Mereka membidik kita dari mana-mana, semua menjadi target, militer atau bukan. Mereka menggunakan segala jenis bom. Beratnya sampai 500 kg dan dapat menghancurkan bangunan 15 lantai, seperti gempa bumi. Semua orang hidup dalam ketakutan. Anda tidak akan pernah tahu sasaran serangan mereka (Israel).
Kami hanya bisa menunggu bom-bom berikutnya jatuh dan apakah akan mengenai kita atau tetangga. Ini perang. Di rumah sakit, persedian obat-obatan kian menipis, namun kami harus bekerja dengan apa yang kami miliki. Kami kehilangan banyak peralatan dan perlengkapan kerja kami yang sudah kuno Namun para dokter tetap bekerja keras, tidak terpengaruh oleh situasi yang mencekam.

Ghada Snunu, 30, Gaza City, pekerja hak asasi manusia
Apa yang terjadi di sini sungguh luar biasa, benar-benar malapetaka. Kami seperti hidup dalam mimpi. Kami takut dengan nasib diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang kami sayangi. Sepanjang hidup saya, belum pernah merasakan perasaan yang seburuk ini.
Anak-anak, dan keponakan perempuan keponakan saya sangat ketakutan. Mereka bersembunyi di bawah tempat tidur, dan dalam situasi seperti sekarang, saya sama sekali tidak dapat menolong mereka, kecuali menghibur dengan nyanyian yang menyejukkan mereka.
Dunia harus mengambil sikap tegas dan konkret untuk untuk mengakhiri kekerasan terhadap orang-orang kami. Saya sangat marah dengan dunia - kami hanya mendengar kata-kata dan tidak ada tindakan, tidak ada perubahan nyata. Cukup, kita sakit hanya mendengar kata-kata bahkan dari negara-negara Arab.
Hidup kami di Gaza sudah seperti binatang - walaupun mungkin binatang yang kondisinya yang lebih baik. Kami tidak memiliki obat-obatan, makanan, memasak gas, bahan bakar, dan kekuatan. Kami tidak menikmati listrik selama seminggu terakhir ini.
Kondisi psikologis setiap orang di Gaza sangat buruk, apa yang terjadi di sini mendorong kami putus asa. Saya merasa tertekan, sakit dan bosan dengan segala yang terjadi di sekitar kami, di samping karena perseteruan internal orang-orang Palestina antara Hamas dan Fatah.
Meskipun kami berada di bawah kepungan dan serangan yang sedang berlangsung, Hamas dan Fatah masih berjuang. Ini adalah waktu bagi mereka untuk kembali bersatu dan bekerja bersama-sama dan mengakhiri keadaan yang telah memburuk ini.
Pada mulanya saya berpikir bahwa Israel menargetkan Hamas, tetapi kemudian saya melihat rumah-rumah dan gedung dan jalan juga hancur, dan orang-orang tak berdosa tewas dan terluka. Sekarang saya pikir Israel menargetkan Gaza dan bukan Hamas. Ini adalah pembantaian massal. (ahmad suroso)

Dimuat di Tribun Batam, 4 Januari 2009

Tidak ada komentar: