Minggu, 28 Desember 2008

Memaknai Tahun Baru Hijriah dan Masehi

DALAM sepekan ke depan, kita akan melewati dua tahun baru sekaligus, yakni Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1430 Hijriah yang bertepatan dengan hari Senin, 29 Desember 2008 dan Tahun Baru kalender Masehi, Kamis, 1 Januari 2009. Bila pergantian tahun baru sebelumnya (2008) bangsa Indonesia sedang dalam kondisi diuji oleh berbagai bencana alam yang datang silih berganti, pergantian tahun baru menuju 2009 pun bangsa Indonesia juga sedang dihadapkan pada kondisi buruk, yakni krisis ekonomi dunia.

Krisis finansial dan ekonomi dunia pada tahun 2008 yang bermula dari krisis kredit perumahan berisiko tinggi atau subprime mortgage di Amerika Serikat berimbas ke negara- negara maju jatuh ke jurang resesi. Krisis ini juga menghantam perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia, dan diprediksi tahun depan kondisinya tidak lebih baik. Sampai saat ini para pembuat kebijakan di seluruh dunia juga masih bergulat mengusir krisis, dan belum menemukan formula yang tepat untuk mengatasi krisis global tersebut.

Karena itu alangkah baiknya pergantian tahun baik tahun baru Hijrah maupun tahun baru Masehi disikapi dengan perbuatan positif. Bila selama ini, penyambutan datangnya tahun baru Masehi diidentikan dengan hura-hura, seyogyanya tahun ini dijadikan sebagai moment untuk membangkitkan rasa solidaritas dan saling tolong menolong terhadap saudara-saudara kita yang terkena dampak langsung krisis ekonomi, baik mereka yang terkena PHK, maupun saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi.

Bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam sewajarnya tahun baru Hijriah disikapi dan diisi dengan perbuatan yang bermanfaat bagi orang banyak. Apalagi tanggal 1 Muharram itu merupakan sejarah yang sangat bermakna, ketika 1430 tahun lalu Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya hijrah dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa hijrah mengilhami setiap pribadi muslim untuk senantiasa optimis bahwa di mana ada kemauan dalam upaya kebenaran, di situ ada jalan pertolongan Tuhan.

Contohnya Rasul Muhammad SAW dan para sahabatnya (muhajirin) mendapatkan dukungan dan bantuan dari masyarakat Madinah (anshar). Lebih dari itu antara muhajiran dan anshar memiliki tali persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) yang sangat kuat, lebih dari ikatan keluarga. Karena itu tahun baru ini hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk senantiasa memelihara dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah antar sesama umat.

Hendaknya senantiasa meningkatkan kepedulian dan perhatian, seperti saat ini setidaknya mendoakan saudara-saudara kita bangsa Palestina yang Sabtu (27/12) dan Minggu kemarin dibombardir oleh zionis Israel di tanah air mereka sendiri (Gaza) menewaskan sedikitnya 270 penduduk Gaza dan melukai sedikitnya 700 orang, agar segera mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, juga terhadap umat Islam tertindas lainnya.

Peristiwa tahun baru Hijriah bukanlah sekadar peringatan tanpa bekas, namun hendaknya menjadi momen penting untuk bangkit demi kemajuan dan kejayaan umat dan manusia secara universal. Menjadi moment untuk memperbaiki diri, "hijrah" dari yang buruk menjadi lebih baik.

Segala kemajuan dan keberhasilan yang sudah kita raih tahun kemarin harus kita usahakan untuk terus mengalami peningkatan yang signifikan, sementara kekurangan dan kesalahan yang sengaja kita lakukan atau tidak harus kita tinggalkan.

Moment menghadapi pergantian tahun -apakah Masehi atau Hijriah- seharusnya mendorong siapa pun untuk mengoreksi diri, mengevaluasi diri, atas segala perencanaan, perbuatan yang telah dilakukan pada tahun kemarin. Selanjutnya berupaya mencapai hasil atau prestasi lebih baik dibanding sebelumnya.

Memulai untuk membuka lembaran hidup baru, dengan meningkatkan semangat solidaritas, saling tolong menolong, mengembangkan toleransi tanpa memandang suku, agama, etnis, daerah asal, dan bahasa. Kalimat ini yang mungkin pantas untuk kita ucapkan di awal tahun baru Hijriah 1430 dan tahun baru Masehi 2009. (ahmad suroso)

Terbit di Corner Tribun Batam, 29 Desember 2008 M/1 Muharram 1430 H

Tidak ada komentar: