TIM Thomas Cup Indonesia harus mengakui keunggulan tim Thomas Cup Cina pada babal final perebutan Thomas Cup 2010 yang berlangsung di Stadion Putra, Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia Minggu (16/5). Dengan demikian, pupus sudah ambisi Tim Thomas Indonesia untuk mengulang sukses seperti tahun 2002 di Kuala Lumpur menggulung Cina 3-0 di final, setelah Indonesia kalah telak dengan skore 0-3 dari Cina.
Tunggal pertama putera andalan Indonesia Taufik Hidayat harus mengakui kehebatan tunggal putera Cina Lin Dan di turnamen bulutangkis paling bergengsi tersebut. Taufik menyerah dua set langsung 7-21 14-21 dalam waktu 43 menit. Di partai kedua, pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan juga dipaksa menyerah dari pasangan Cina Cai Yun/Fu Haifeng melalui pertarungan rubber set 23-25, 21-16, dan 12-21.
Begitu juga dengan pemain tunggal putera Simon Santoso akhirnya menyerah dari pemain Cina Chen Jin dengan skor 21-19, 17-21, dan 7-21. Simon yang tampil gemilang di set pertama banyak melakukan kesalahan sendiri di set penentuan. Kekalahan ini memperpanjang rekor pertemuan Simon menjadi lima kali tak pernah menang melawan Chen Jin.
Dengan kekalahan Simon, Indonesia harus mengubur mimpinya menjuarai Piala Thomas karena digerus juara bertahan Cina 0-3. Impian merah putih akan berkibar diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya pada puncak acara penyerahan Piala Thomas, seperti saat tim badminton Indonesia menggemakan lagu Indonesia Raya pertama kali di ajang Olimpiade pun tinggal mimpi.
Harapan untuk mengulang kesuksesan menggenggam piala Thomas terakhir kalinya delapan tahun lalu dikandaskan oleh ketangguhan juara bertahan Cina. Begitu juga dengan tim Uber kita yang tahun ini gagal mencapai final. Perebutan Piala Uber dimenangkan Tim Korea Selatan dengan menaklukkan ‘Tembok Raksasa’ Cina 3-1.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki sejarah manis masa-masa keemasan di ajang Piala Thomas, yakni tercatat telah menorehkan prestasi 14 kali menjuarai Piala Thomas Cup. Dimulai dari tahun 1958, 1961, 1964, 1967, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000 dan 2002. Tim badminton Indonesia juga telah mencatatkan sejarah emas takkala berhasil memboyong piala Uber Cup dan Thomas Cup ke Indonesia pada tahun 1994.
Manajer tim Yacob Rusdianto pun merasa perlu meminta maaf kepada bangsa Indonesia. Sebagai manajer, kata Yacob yang juga Sekjen PB PBSI itu kepada pers seusai pertandingan, saya minta maaf kepada masyarakat terutama pecinta bulutangkis Indonesia, kali ini kita belum bisa memboyong Piala Thomas. Kita harus lapang dada telah kalah dengan Cina, namun saya bangga anak-anak memberikan perlawanan yang cukup ketat, dan telah berusaha maksimal.
Memang, semua masyarakat Indonesia tentu berharap tim Indonesia memenangkan pertarungan melawan tim tangguh Cina. Namun dalam ajang Piala Thomas Cup kali ini, kita harus mengakui keunggulan tim Cina.
Alasannya, semua pemain memiliki skill dan mental yang bagus. Dari segi rangking pun bagus. Sebagian besar berada di 5 besar. Bermain sebagai tim pun biasanya selalu kompak, terbukti Cina mampu memboyong Piala Thomas Cup tiga kali berturut-turut sejak 2004.
Dalam olahraga, menang, dan kalah adalah hal yang biasa. Kali ini Cina lebih kuat, lebih siap. Kita harus mengakui bulutangkis Indonesia selama delapan tahun terakhir ini kurang bersinar.
Karena itu menjadi tugas tim bulutangkis selanjutnya untuk mengevaluasi sepulang dari event Thomas Cup di Malaysia, menentukan langkah-langkah ke depan seperti apa, untuk memperbaiki dan selanjutnya menancapkan tekad kuat harus menang pada event bulutangkis tingkat dunia lainnya. Kekalahan sekarang adalah kemenangan yang tertunda. Kita akan mengejar apa yang tertunda itu, yakni meraih kemenangan untuk kembali ke masa keemasan tim bulutangkis Indonesia. Semoga. (*)
Tribun Corner, 17 Mei 2010
Sabtu, 22 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar