Sabtu, 22 Mei 2010

Menkeu Agus, Sang Meteorik

TEKA-teki tentang siapa pengganti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akhirnya terjawab, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Rabu malam (19/5) mengumumkan Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri, bank terbesar di Tanah Air sebagai Menteri Keuangan yang baru. Keesokan harinya dilanjutkan dengan pelantikan Menkeu Agus M, dan Wakil Menkeu Anny Rahmawati yang sebelumnya menduduki jabatan Dirjen Anggaran Kemenkeu, di Istana Negara, Jakarta.
Penunjukan Agus Martowardoyo menurut Presiden SBY, setelah mempertimbangkan banyak hal terkait tugas pokok dan tantangan Menkeu dan Makil Menkeu, serta mendengarkan pertimbangan wakil Presiden dan Menko Perekonomian.
Lepas dari pertimbangan tersebut, sosok Agus Martowardoyo yang berpengalaman menangani bank dalam krisis itu memang sudah lama diperhitungkan oleh istana untuk menduduki di pos penting pemerintahan. Antara lain pernah digadang-gadang oleh Presiden SBY menjadi kandidat Gubernur Bank Indonesia pada tahun 2008.
Namun sejarah mencatat, posisi Gubernur BI itu tak berhasil ia raih, setelah gagal mendapat dukungan parlemen dalam fit and proper test di hadapan anggota DPR. Padahal, saat itu meski dicecar habis-habisan hingga setengah, Dirut Bank Mandiri ini mampu menjawab dengan baik ratusan peluru pertanyaan dari anggota dewan di Senayan.
Sebagai seorang bankir kenamaan, Agus termasuk segelintir tokoh perbankan yang sangat profesional. Majalah Tempo yang memprediksi Agus akan terpilih menjadi Menteri Negara BUMN, dalam edisi khusus menteri pilihan menjelang penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II Oktober 2009 lalu menulis, jika diumpamakan sebagai salah satu warga langit, pria kelahiran Amsterdam 54 tahun lalu ini adalah sebuah meteor.
Dia melesat, bergerak begitu cepat, melebihi kecepatan penduduk langit lainnya dan tiba-tiba saja dia sudah bersinar di pucuk. Kemampuan meteorik alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1984 itu terlihat dari perjalanan karirnya di perbankan.
Ia memulai karier di Bank of America. Bergabung dengan Bank Niaga pada 1986 sebagai Wakil Presiden Corporate Banking. Pada 1995, ia diangkat menjadi Presiden Direktur PT Bank Bumiputera. Kemudian, pada 1998 menjadi Presiden Direktur PT Bank Ekspor Impor Indonesia. Dari 1999 hingga 2002, ia menjabat sebagai Direktur Bank Mandiri.
Pada Oktober 2002 ia diangkat sebagai Presiden Direktur PT Bank Permata Tbk, dan Mei 2005 diangkat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk saat situasi Mandiri buruk, dengan laba hanya 600 miliar, kredit macet sampai 25 persen.
Setelah tiga tahun, Mandiri Mandiri yang dinakhodai mampu membukukan laba setelah dikurangi pajak Rp 5,3 triliun, kredit macet dibawah 5 persen. Tak heran bila pada 17 Mei 2010 ia kembali lagi sebagai Dirut Mandiri untuk lima tahun berikutnya.
Kini tugas lebih berat menanti Agus, antara lain menyusun dengan tepat APBN lebih dari Rp 1.000 triliun,mendistribusikan untuk tugas pembangunan, dan membayar utang pemerintah.
Kita berharap Agus mampu melanjutkan program-program yang telah diimplementasikan Sri Mulyani, dengan kinerja yang nyata untuk meneruskan reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan membutuhkan sosok yang bukan hanya mempunyai integritas, tapi juga mampu bersikap tegas untuk mengatakan tidak terhadap tekanan vested interest, yang dalam kondisi Indonesia sekarang merupakan kombinasi politik dan bisnis. Agus diharapkan dapat bermain cantik menghadapi politik politikus dan birokrasi, sebagaimana ditunjukkan oleh pendahulunya, Sri Mulyani.
Melihat track record Agus Martowardojo selama ini, kita optimistis, ia mampu memenuhi ekspetasi tersebut. Sikap tegas tak kenal kompromi ia tunjukkan ketika ia ditunjuk menjadi Dirut Bank Mandiri, ia mengajukan syarat, restrukturisasi Bank Mandiri harus bebas dari intervensi politik. (*)

Tribun Corner, 21 Mei 2010

Tidak ada komentar: