Jumat, 29 Februari 2008

Melihat Konsep Baru Snow City Singapura (1)



BIKIN ES KRIM - Melihat cara membuat es krim dari bahan ternyata cukup simpel. Bahan nitrogen cair dicampur air yang sudah diberi rasa coklat, diaduk-aduk tak sampai5 menit sudah jadi membeku dan menjadi es krim.

Tribun/Ahmad Suroso
BERGAYA lagi minum di Bar terbuat dari balok-ballok es yang kini melengkapi fasilitas di Snow City bersuhu minus 0 derajat celcius

Renovasi Telan Dana Rp 1,95 Miliar

Salju merupakan hal tidak lazim dijumpai di wilayah tropis. Tak heran sejak berdiri pada 2001, Snow City Singapura banyak dikunjungi wisatawan dari luar negaranya. Tribun Batam dan Sing FM mendapat kesempatan melihat konsep baru Snow City dalam acara re launching bersama media-media dari Singapura. Seperti apa Snow City sekarang? Kami menyajikannya secara bersambung mulai hari ini

MESKI bukan kunjungan pertama kami ke Snow City, kunjungan ini terbilang cukup istimewa. Karena memasuki Snow City kami langsung di ajak ke lantai II untuk menikmati santap malam.
Padahal beberapa bulan lalu, restoran Snow Won dengan makanan Koreanya belum ada. Kini tempat kosong tersebut tertata rapi dengan bangku-bangku kayu alaminya.
Bulatan-bulatan lampu dengan kilaunya langsung menarik perhatian kami. "Lampunya memang sengaja dikirim dari Korea," ujar Norazani, General Manajer Snow City yang menyambut kedatangan kami. Dengan harga Rp 2,5 juta hingga Rp 7 juta, lampu-lampu tersebut memang sangat mencolok di tengah-tengah suasana alam restoran.
Tak berlangsung lama, para wartawan televisi dan cetak dari media Singapura sudah berdatangan. Kami langsung diperkenalkan dengan pemimpin Snow City, Dr Goh Chong Chia yang memang hobi traveling.
"Saya suka ski dan sudah melakukan di berbagai belahan dunia. Konsep Snow City merupakan konsep salju di berbagai belahan dunia seperti Hokaido dan lain- lain," cerita pria yang masih ganteng di usianya yang lebih dari setengah abad tersebut.
Tak hanya jajaran manajemen Snow City dan media Singapura, Manajemen Singapore Science Centre yang merupakan induk dari Snow City juga tampak hadir dalam acara re launching.
"Kami sudah menghabiskan dana lebih dari 300 ribu dollar (sekitar Rp 1,95 miliar) untuk renovasi agar membuat Snow City tak hanya menjadi tempat rekreasi tetapi sekaligus hiburan dan pendidikan untuk para siswa," jelas Dr Goh.
Usai sarapan dan mendengar cerita dari Dr Goh kami segera diajak ke auditorium di samping restoran. "Selain bermain di salju, kami memiliki program khusus untuk sekolah atau rombongan pelajar dari dalam maupun luar negeri," ujar Norazani pada wartawan.
Program tersebut adalah menjelaskan pembuatan es di Snow City secara sederhana pada para siswa. Hal tersebut layak dimengerti. Sebab Snow City merupakan bagian dari Singapore Science Center yang merupakan tempat edukasi sains milik departemen pendidikan Singapura.
Kami diajak mendengar dan melihat proses pembuatan tersebut dengan cara sederhana layaknya kuliah, yakni dengan menganalogikan seperti membuat es krim. Nitrogen cair menjadi bahan penting setelah air dalam proses pembuatannya. Petugas yang menunjukan pada kami menyiramkan nitrogen cair di sekitar wadah berisi air yang sudah diberi rasa coklat. "Aduk terus nanti air tersebut akan membeku dan menjadi es krim," jelasnya sambil mempraktekkan.
Berbahayakah nitrogen cari tersebut apabila terkena tubuh kita? Ternyata tidak karena petugas langsung menunjukan."Tubuh kita memiliki oksigen, sekedar menyentuh dan mengalir tak masalah. Tetapi kalau terus ada tentu tubuh kita akan membeku," tutur petugas tersebut sambil membuktikan dengan menyiramkan nitrogen cair ke tangannya.
Program tersebut memang ditujukan untuk para siswa mulai dari TK hingga SMA dengan beberapa program yang berbeda. Meski disampaikan dengan mudah, informasi tersebut bagi kami terbilang cukup baru.
Tak berapa lama kami sudah disibukkan dengan memilih jaket, sepatu, sarung tangan sebelum memasuki arena snow city yang baru saja direnovasi dengan menghabiskan dana Rp 19,5 miliar tersebut.(tari/ros-bersambung)


Dimuat di Tribun Batam edisi Sabtu (1/3/08)

Tidak ada komentar: