Rabu, 06 Februari 2008
Siswanya Celingukan, Gurunya Antusias Bertanya
* 50 Siswa SLB Kartini Kunjungi Tribun Batam
RABU siang tadi (6/2/08) kantor Tribun Batam, di Jln.Kerapu Baru Ampar, kedatangan tamu istimewa,sekitar 50 anak-anak penderita cacat tuna grahita (mental), tuna rungu, tuna netra yang tercatat sebagai siswa SLB Kartini Batam. Mereka didampingi beberapa orang guru dan orangtua siswa.
Menerima tamu siswa-siswa sekolah di Tribun hal yang biasa bagiku. Tapi kali ini, aku dan Redaktur Mairi Nandarson agak canggung dan kebingungan ketika harus menjelaskan mengenai cara kerja wartawan dan mekanisme kerja redaksi Tribun Batam pada para siswa SLB.
Apalagi tingkatan sekolah tamu Tribun kali ini campur, mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai SMA. "Jadi apa yang harus kami jelaskan pada anak-anak," tanya Son, panggilan Mairi Nandarson pada Sulastri, salah satu Guru SLB Kartini.
"Ya karena anak-anak latar belakangnya penyandang cacat dan tingkatannya berbeda-beda, jelaskan aja melalui visualisasi gambar, dan diperlihatkan alat-alat kerja redaksi termasuk cara kerjanya," jawab Sulastri.
Namun, prakteknya, meskipun aku dan Son sudah mencoba memberi penjelasan se komunikatif mungkin disertai beberapa ilustrasi, tetap saja sebagian besar siswa tidak mendengarkan. Mereka asyik sendiri, ada yang bercanda, bisik-bisik, celingukan kesana-kemari, atau diam saja duduk merenung.
Hanya sedikit yang menyimak pembicaran. Begitu juga saat diminta untuk bertanya, tak ada satu pun siswa bertanya. Hanya para guru yang antusias bertanya.
Lalu untuk apa mereka berkunjung ke Tribun? Sulastri mengaku, kunjungan ini digunakan sebagai tempat siswa belajar. Pasalnya, mereka sering menanyakan bagaimana cara kerja di koran.
"Kalau dijelaskan saja nggak bisa. Siswa-siswa ini harus melihat secara langsung. Walaupun mereka sebagian nggak bisa mendengar, dan bicara, setidaknya mereka bisa belajar dengan melihat langsung ," tambah wanita berjilbab ini.
Namun, meskipun mereka penyandang cacat, bukan berarti tidak bisa berprestasi. Buktinya di antara para siswa SLB Kartini, ada seorang siswanya yang tuna rungu yang memiliki hobi otomotif Fajar Kurnia (16) baru saja meraih prestasi di tingkat nasional.
Ia sukses memodifikasi motor miliknya. Bahkan, modifikasinya ini sempat menjadi juara dan diabadikan dalam satu tabloid otomotif. Dengan dibantu gurunya Rini, Fajar menjelaskan kalau pertama kali mengikuti ajang mengutak-atik motor ini pada tahun 2007 lalu di BCS. Tapi, tidak menang. "Januari lalu, hasil modifikasi motor suzuki smash saya berhasil juara di Surabaya." ujar Fajar sambil berbahasa isyarat kepada Tribun. Oke deh, selamat ya Fajar! Terus ukir prestasimu.
Anak-anak dengan latar belakang keterbelakangan mental dan penyandang tuna rungu, tuna netra
butuh perhatian kita semua. Mereka bukan minta dikasihani, tetapi perhatian, empati, bimbingan, dorongan. Karena mereka juga pemilik masa depan bangsa ini. Mereka juga pemilik Kerajaan- Kerajaan Allah, kata Isa Alaihi Salam. Melihat kondisi anak-anak penyandang cacat tersebut saya jadi teringat anak-anak yatim piatu. (Ahmad Suroso)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar