Jumat, 26 Oktober 2007

Sebaik-baik manusia itu..........



Kiri: Ibu-ibu penyapu jalanan Kota Batam menerima bingkisan lebaran pada acara Sahur Bersama Tribun-Indosat pada 7 Okt 2007.
Kanan: Anak-anak yatim piatu dan dhuafa kampung miskin Dapur 12, Sagulung, Batam, makan nasi McDonald dengan lahap saat sahur bersama Tribun-Indosat di kampung Dapur 12 pada 16 Sept 2007.

ADA beberapa hal menarik untuk dicermati dari pelaksanaan ibadah Ramadan yang baru saja lewat di Batam khususnya, dan Kepri serta Indonesia pada umumnya. Salah satunya adalah meningkatnya semangat untuk beramal melalui berbagai instrumennya: infak, sedekah, mengeluarkan zakat, memberikan paket ramadan, bingkisan lebaran dan sebagainya. Sejak minggu pertama Ramadan hingga minggu terakhir ini, kepedulian sosial untuk membantu kaum lemah atau dhuafa terlihat dimana.

Mulai dari instansi-instansi resmi pemerintah, partai polisi, ormas, lembaga sosial, lembaga pendidikan, yayasan, lembaga Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan, sampai individu-individu yang hidupnya berkecukupan. Mereka memberikan bantuan sembako, uang, sarana pendidikan, dan santunan lainnya untuk anak yatim, fakir miskin dan kaum dhuafa lainnya yang penyerahannya dirangkaikan dalam acara buka puasa bersama.

Kondisi masyarakat yang sering kurang menguntungkan, tidak sesuai dengan harapan kita, justru menjadi ladang yang bagus bagi kita untuk mengambil peran. Artinya, kesulitan dalam hidup bermasyarakat haruslah menjadi ladang amal baik kita. Membantu kaum lemah atau dhuafa inilah yang menjadi poin terpenting dalam hidup.
Rosulullah memberi petunjuk "Khoiru nassi anfauhum linnas" "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain". Tidak peduli siapa saja, lintas suku, lintas agama lintas bangsa, yang paling bermanfaat bagi manusia lain adalah sebaik-baik manusia. Juga hadits Rosul yang menyampaikan bahwa "Jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah pada tetanggamu" Tidak peduli tetangga kita itu beragama hindu, budha, kristen, apapun juga, wajib kita berbuat baik kepada tetangga kita.

Kemudian di penghujung Ramadan, umat Islam secara individual diperintahkan untuk memberikan zakat fitrah, Diantara hikmah disyari`atkannya zakat fitrah adalah agar dapat berbagi kebahagiaan antara dari kalangan mampu dan non mampu. Bagaimana tidak, sebab seorang muslim yang memiliki kecukupan makanan pada hari itu diharuskan atasnya mengeluarkan zakat fitrah baik berupa bahan makanan pokok maupun berupa uang.

Inilah hikmah yang terpenting harus kita pahami bersama di dalam menyambut Idul Fitri, yakni meningkatkan sikap peduli untuk menolong kaum dhuafa. Sebab di belahan bumi ini masih banyak kita temukan saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Makna Idul fitri bukan hanya "perayaan" sepihak, hari raya ini bukan milik segelintir orang saja, tetapi kebahagiaan tersebut harus dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat di seluruh penjuru dunia lintas profesi dan tingkat strata sosial. Sikap peduli dan mau berbagi inilah harus terus dipertahankan dan ditingkatkan terus sampai kita bertemu kembali bulan Ramadan berikutnya, sampai akhir hayat kita.

Tidak ada komentar: