Senin, 08 Oktober 2007

Allah Memang Begitu Dekat






Lembang, 1 Juni 2007
* Catatan pengalaman spiritual ke Lembang, Bandung, 29-31 Mei 2007
SETELAH melakukan perjalanan jurnalistik Media Gathering PLN Batam yang sangat melelahkan sehari penuh hingga tengah malam dari Batam, Jakarta, dan Bandung, pukul 23.30 Selasa (29/5/2007) aku bersama 11 pimpinan media di Batam tiba di Hotel Puteri Gunung Lembang, Bandung, tempat kami menginap sampai Kamis, 31 Mei.
Aku dapat satu kamar dengan si bos, Pemred Tribun Batam Febby. Badan yang terasa sangat lelah ditambah dinginnya suhu di kawasan yang hanya berjarak sekitar 6 km dari puncak Gunung Tangkubanperahu membuat aku langsung tidur pulas.
Pagi harinya pukul 05.10 saya bangun lalu ambil air wudhu untuk sholat. Matahari belum lagi menampakkan cahayanya, ketika aku keluar dari kamar hotel Puteri Gunung. Embun pagi masih menyelimuti dedaunan tanaman bunga di area hotel yang berdiri di atas tanah berkontur miring.
Hawa dingin dan sejuk menyergap sekujur badan, sehingga setiap desah nafas yang keluar terlihat berhembus menyerupai asap putih. Setelah jogging dan berlari-lari kecil, pandanganku tertumbuk pada sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah lereng bukit belakang hotel Puteri Gunung.
Deretan petak-petak tanaman sayuran, mulai dari sawi, selada, cabai, terong, daun bawang merah, sledri, kobis yang setiap petak dipisahkan deretan pohon kopi membuat aku takjub. Sesuatu yang tidak mungkin aku saksikan di Batam. Subhanallah....subhanallah...subhanallah hanya itu yang terucap dari bibirku terus menerus saat aku sampai dan menyusuri petak-petak tanaman sayuran yang berada di lembah bawah hotel yang memiliki view indah, ditambah suara gemericik air dari selokan selebar satu meter yang mengalir mengapit di kanan kiri area kebun sayur yang cukup luas. Semua pepohonan, sayuran, bunga, bukit-bukit seakan ikut bertasbih.
Inilah bukti-bukti kebesaran Allah yang bisa aku rasakan ketika itu . Saat memandangi sayuran
yang masih terbalut embun berbentuk butiran-butiran air aku merasakan seakan Allah hadir. Inikah bukti dari kebenaran firman Allah di dalam QS Qaaf 50:16 "Wa nahnu aqrobu ilaihi min qoblil warid" bahwa "Sesungguhnya AKU lebih dekat dari urat lehermu".
Ya Allah memang begitu dekat, bahkan Engkau lebih dekat dari penglihatanku, pendengaranku, hidungku, mulutku, lidahku, gerak dan diamku. Bahkan engkau ketujuh unsur tubuhku, bulu, kulit, daging, darah, otot, tulang, sumsumku.
Rasa kagumku pada view eksotis di sekitar hotel mengundang penasaran dalam qolbu; ciptaan-NYA sedemikian indahnya, bagaimana dengan Sang Maha Pencipta?. Ya Allah...aku rindu padaMu.
Suasana batin yang tenang, merasakan 'kehadiran' Sang Khalik membuat aku dapat melupakan kepenatan dan kejenuhan pikiran dari rutinitas kerjaan setiap hari yang telah menghanyutkanku dan sering menutupi mata batinku.
Sesuatu yang kurindu, sesuatu yang ingin kutemui, sesuatu yang ingin kurasakan...seakan hadir disitu. Melalui samudra hati yang tiada bertepi...aku dapat merasakan kehadiran-Mu setiap kutarik dan kuhembuskan nafas perlahan sambil hati mengucap Allah...Allah...Allah, dan lisan melafalkan Subhanallah....Subhanallah....Subhanallah.
"Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun engkau menghadap di situlah wajah Allah..."(QS Al Baqarah 2:55).

1 komentar:

domu.damianus.ambarita.blog mengatakan...

Orang-orang dusun membawa sesajen ke hutan, di bawah pohon berdiameter besar. Orang kota yang melihat, mengatakan kok menyembah pohon. Orang beragama menaziskan, itu menyembah berhala. Tapi kaum sufi melihatnya dengan bijak, itulah bentuk konkret mensyukuri nikmat Tuhan dengan kekuasaannya, lingkungan hidup beserta pepohonan besar masih lestari, selestari jiwa-jiwa suci orang dusun nan tulus, asri dan bersahaja.

Orang dusun polos saja, dan melindungi pohon itu. Sedangkan orang kota yang matanya merah oleh duit, sengaja memprovokasi dengan dalih ayat-ayat suci, padahal tujuannya supaya pohon ditebang, kayunya dijual menjadi bahan furnitur mewah, dan jadi duit.

Tampaknya Mbah Roso sama seperti mereka yang masih mampu bersyukur sembari menikmati keindahan dunia. Bukan seperti kebanyakan orang, yang hanya mengidamkan kehadiran/pembelaan Allah ketika terkena cobaan dan azab. Terus sebarluaskankan pengalaman spiritual sampeyan mas. Sukses. kunjungi www.domu-ambarita.blogspot.com