Kamis, 17 Januari 2008

Pepeling untuk Anakku (2)


Nasihat Luqman untuk Anaknya


Di dalam tulisan sebelumnya, sudah saya kutip Pepeling untuk Anakku yang ditulis oleh BSW Adjikoesoemo di rumahnya yang lebih mirip istana. Tulisan itu dibuat Adji untuk pepeling, mengingatkan kepada ketiga putrinya yang saat ini masih kecil. Sulungnya masih kelas dua SD, yang bungsu masih di playgroup.
Tanbeh atau pengingat yang ditulis sohib Adji tersebut mengingatkan saya pada nasihat Luqman Hakim yang hidup di zamannya Nabiyulloh Dawud As. Dalam kitab "Al Munabbihat Lil isti'aadi Liyaumil Ma'aad (Pengingat untuk persiapan hari kiamat) yang disusun oleh Syihabuddin Ahmad dijelaskan pada suatu saat Luqman memanggil anaknya untuk dinasihati.
Bunyi nasihat Luqman itu, "Wahai anakku sesungguhnya pada manusia itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1 Sepertiga bagi Allah, 2. Sepertiga bagi dirinya sendiri, 3. Sepertiga untuk ulat- ulat/blatung."
Marilah kita selami nasihat luqman yang kata-katanya mengandung hikmah-hikmah yang sangat dalam sehingga ia mendapat julukan Al Hakim dan namanya diabadikan menjadi sebuah surat dalam Alquran (surat ke-31). Mengingat pembahasan disini lebih banyak mengupas makna batin, mungkin agak sedikit berat untuk memahaminya.

1. Sepertiga untuk ulat-ulat.

Yang dimaksud sepertiga untuk ulat yaitu 7 unsur jasmani (bulu, kulit, daging, darah, otot, tulang, sumsum) adalah bagiannya blatung dalam tanah. Dalam Alquran diterangkan bahwa manusia itu diciptakan dari tanah dan akan dikembalikan ke induknya yaitu tanah. Dan dalam hadis Nabi dijelaskan bahwa tanah itu adalah ibumu. Jadi kita akan dikembalikan ke ibu kita. "Dari bumi Aku ciptakan kamu semua dan kepada bumi Aku kembalikan kamu semua (Toha/S.20/55).
Jadi, ingatlah bumi itu adalah ibumu yang akan menceriterakan semua apa yang kamu berbuat, kembali kepada induknya, itulah jasmani. Makanya Sang Maha Pencipta memerintahkan kamu untuk menghormati ibumu, "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi (S Al Arof, ayat 56))"
Kata ibumu (bumi), "Kamu dulu suci tak berdosa, sekarang kamu kembali kepadaku. Dan dulu kamu berbuat jahat berada di punggungku berani terhadap Allah, kau diberi nikmat tidak syukur, diberi kekuatan katamu itu kekuatanmu sendiri"..

2. Sepetiga bagi manusia

Bagian sepertiga yang kembali ke manusia itu amalnya dan hanya inilah yang dimiliki oleh manusia nanti di akherat. Dalam surat Hamim Assajadah, Alloh berfirman, "barang siapa yang beramal baik itu untuk (kembali) pada dirinya sendiri dan barang siapa yang durhaka maka durhakanya menimpa atas dirinya sendiri. Tuhanmu tidak menganiaya kepada hambanya".
Semua amal sholeh (amal yang baik, yang indalloh, yang mukhlis) seperti amal syukur, sabar, sholat, zakat dan lainnya maupun amal buruk semuanya akan kembali kepada dirinya sendiri. Kecuali masalah puasa. Sebab puasa sudah diklaim oleh Alloh ta'ala :"Puasamu itu untuk Aku, selainnya ambillah".
Jadi apakah kita itu memilih kenikmatan (yang ditimbulkan dari amal sholeh) atau kesengsaraan (dari amal buruk), semua terserah kita, kita punya akal untuk memilih. Lainnya tidak ada yang bisa dimiliki (karena ruh sudah menjadi hak Alloh, sedangkan dunia harus ditinggalkan).
Jadi jelas sudah bahwa kesempatan kita untuk beramal saleh, sebagai satu-satunya yang akan kita miliki di akherat, hanyalah waktu di dunia ini, maka kita harus cepat-cepat beramal saleh. Di akherat sudah tidak ada ibadah lagi, tidak ada sholat, zakat, puasa, haji dan seterusnya.

3. Sepertiga bagi Allah

Yang dimaksud 1/3 bagi Allah itu ruh. Ruh lah yang akan kembali kepada Allah. Nah sebelum jasmani berpisah dengan ruh, kita harus berusaha mengetahui sempurnanya mati. Hidupnya ruh di dunia itu ibarat air yang turun dari langit sebagaimana firman Allah S Yunus ay 24, "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit".
Air yang turun dari langit sebelum menyentuh bumi adalah air suci bersih, setelah menyentuh tanah lalu berjalan jauh campur dengan bermacam-macam kotoran, ada yang melalui sungai- sungai besar, sungai-sungai kecil. Begitu juga dengan ruhani, ini sama dengan bumimu, Disitu larut macam-macam dosa.Ada yang lewat sungai mata, sungai kuping, sungai tangan, sungai kaki, sungai lisan. Yang melalui sungai lisan inilah yang paling banyak dilewati dosa, wujud bisa mengguncing, memfitnah, berkata kotor.
Mengingat masalah ruh adalah masalah yang sangat rumit, kita dilarang membahas zat ruh. Imam Al Ghozali di dalam kitab Ihya Ulumuddin mengingatkan bahwa yang diperbolehkan hanyalah membahas sifat-sifatnya ruh. Seperti halnya kita dilarang berfikir tentang zat Allah, tapi tidak dilarang berpikir tentang sifat-sifat Allah, seperti sifat Rohman, Rohim, Adil dsb..
Rasululloh saw bersabda: "berpikirlah kamu tentang nikmat Allah tapi jangan kamu berfikir tentang zat Allah".. Jadi mengingat fikiran itu tidak mungkin mampu berfikir tentang zat Allah dan kalau dipaksakan akan rusak, maka janganlah kita memikirkan zat Allah. Karena sebagaimana firman Allah, "Amruhu min amri Robbii" (Ruh itu termasuk urusan Tuhanku".
Inilah sedikit makna yang bisa saya ambil dari pesan yang ditulis sohib saya, "Pepeling untuk Anakku" yang dipahatkan di batu marmer di rumahnya.
Semoga hati kita dibukakan untuk bisa mengambil hikmah dari pepeling di atas. Amin. (ahmad suroso)

Tidak ada komentar: