Kamis, 03 Januari 2008

Asa pun berguguran

Asa pun berguguran

TIDAK biasanya bigbos dari Jakarta itu menghampiri dan merangkul pundak si fulan sambil menarik agak menjauh dari temen-teman lainnya yang sedang bekerja, saat mengunjungi 'kantor cabangnya' Oktober 2007 lalu. Ada apa gerangan? Pikir si fulan. Setelah terpisah agak jauh dari karyawan lainnya, bigbos membisikkan kata-kata singkat sambil mengumbar senyum, "Sabar ya mas, tunggu bulan Desember".
Si Fulan hanya manggut-manggut , hatinya penasaran? Apa maksud janji yang menyiratkan adanya harapan menggembirakan. Karena itu keesokan harinya si Fulan iseng-iseng cerita pada orang kedua (bos II) di kantor cabang itu soal omongan bigbos. Singkat cerita, intinya dia bilang saat bertemu dengan bigbos bersama orang nomor satu di kantor cabang itu, dia bilang ke bigbos kalo punya anak buah , orangnya ini baik, kerjanya bagus, meskipun tidak menuntut, sudah selayaknya diberi penghargaan lebih.
Si Bigbos setelah tahu orang dimaksud itu si Fulan, langsung memerintahkan kepada bos I di perusahaan itu untuk segera mengajukan skema baru gaji si Fulan paling lambat Desember. Dan itulah yang kemudian diomongkan pada si Fulan. Tentu saja si Fulan berharap sangat akan ada perubahan pada Desember 2007.
Tapi ternyata di akhir Desember saat menerima struk gaji, si Fulan kecewa. Karena struk gaji yang diterimanya masih sama seperti yang diterima saat ia diangkat pada posisi yang sudah tiga tahun jalan di empat. Kekecewaan --meskipun hanya disimpan dalam hati--merupakan yang kesekian kalinya. Sebelumnya, ia paling tidak sudah dua kali dibisiki --untuk dipromosikan di dua kantor cabang baru yang hendak dibuka. Namun kedua-duanya ewes-ewes bablas angine. hehehehe
Si Fulan pun merenung, mencoba instrospeksi dengan kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, kemudian menimbang-nimbang pantaskah ia meminta 'lebih'. Fulan lalu teringat pada teman-teman se angkatannya yang lebih beruntung, sudah 'naik pangkat'. Begitu dengan dengan teman-teman barunya.

Kerja Demi Siapa?

Tiba-tiba datang datang 'kembaran' si Fulan menghampiri. "Hai Fulan, mengapa kamu hari ini kok terlihat murung, tak bersemangat?". Ceritalah si Fulan soal diriya tersebut.

"Begini saudaraku. Kamu tidak boleh murung atau putus asa. Sebagai hamba Allah, kita harus sabar. Ikhlas menerima kenyataan. Dengan hati ikhlas, pasrah kepada Allah, insyaallah kamu akan hidup lebih tenang," bujuk si kembar yang sehari-harinya selalu berupaya memperbanyak mengingatNya, dzikron katsiron. "Sesungguhnya Nabi Muhammad, sedetikpun tidak pernah putus hubungannya dengan Allah SWT"
"Sekarang pikirkanlah kamu bekerja itu untuk apa?"
Belum lagi Fulan menjawab, si kembar melanjutkan nasihatnya. "Kebanyakan orang kalo ditanya begitu, jawabnya biasanya karena demi uang, demi anak istri, demi jabatan, demi mendapatkan penghargaan, dan hal-hal lain yang bersifat materi.. Kalau kamu bekerja karena itu, kamu suatu saat pasti akan menemui kekecewaan," tutur si kembar.
Yang benar dan ini yang harus kami tanamkan kedalam hatinuranimu, kita bekerja itu harus diniati karena Allah, nawaitu kita bekerja itu untuk IBADAH, untuk mendapat ridha-Nya. Ingatlah sabda Nabi, "Innamal a'malu bi niat", "sesungguhnya amal itu bersama niat".
Maka yang membedakan sesuatu itu termasuk IBADAH atau hanya TAMPAKnya saja ibadah, adalah NIATnya. Apabila NIATnya :"Semata-mata menjalankan PERINTAH ALLOH",
maka semua apa yang kita lakukan adalah Ibadah.. Sebaliknya, seandainya niat kita ternyata adalah selain itu, maka meskipun wujudnya, atau gambarnya atau tampaknya ibadah,
tetapi NILAI Ibadahnya adalah tidak ada.
Syahadat adalah bentuk Ibadah, 
Sholat adalah bentuk Ibadah, Puasa adalah bentuk ibadah,
Zakat adalah bentuk Ibadah, Haji adalah bentuk ibadah
Tetapi seandainya bentuk-bentuk Ibadah tersebut tidak kita niatkan "SEMATA-MATA karena menjalankan perintah ALLAH", maka apa-apa yang kita kerjakan hanyalah BENTUKnya saja, hanyalah GAMBARnya saja, hanyalah TAMPILANnnya, tidak ada nilai ibadahnya alias KOSONG MELOMPONG.
Maka jagalah, dan perhatikanlah masalah NIAT, letakkan kesadaran pada Semata-mata menjalankan perintah ALLAH. Bukan yang lainnya.

Maka si Fulan pun manggut-manggut mendengar nasihat si kembar sambil berdoa semoga Gusti Allah membuka hati dan ruhnya untuk bisa mencerap apa yang tersirat dibalik setiap kejadian dan firmannya. (Ahmad Suroso)




2 komentar:

Almi Fitri Jambak mengatakan...

halo mbah, saya udah punya blog. Tolong dikunjungi juga ya

Unknown mengatakan...

tabah aja Mbah, barangkali belum rezeki kita. Tapi saya setuju kalau bekerja itu adalah ibadah. Yang penting kita beribadah aja. Soal karier itu terserah penilaian yang di atas.. kalau Dia berkehendak, segalanya bisa saja terjadi.