Rabu, 30 Juli 2008

"Lho Calon istrimu Mana Yu.....!"


TUKAR CINCIN - Wahyu dan Ariati saling tukar cincin sebagai tanda ikatan hubungan cinta kasih mereka sebelum menuju pelaminan, Rabu (30/7/2008)
* Melamar untuk Wahyu Imaging Tribun
Hari ini untuk kesekian kalinya aku mendapatkan amanat untuk melamar/meminang. Bila tiga bulan lalu aku diminta keponakanku Ika, putri nomor tiga kakakku nomor dua (Mbak Sri) menerima lamaran dari calon ibu mertua Ika di Solo (rencana menikah 17 Agustus 2008), dan dua bulan lalu melamar/meminang untuk ponakanku Beni mewakili kakakku nomor 3 (Mbak Titik Balya Umar) ke calon besan di Klaten (6 Juli 2008 mereka jadian menikah), hari Rabu, 30 Juli 2008 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW aku melamar untuk teman satu kantor di Tribun Batam bagian Imaging, Wahyu Indriyatno.

Bapaknya Wahyu, Pak Jalal asal Klaten, Jateng yang sebetulnya hadir di acara lamaran itu mewakilkan aku untuk melamar pujaan hati Wahyu, Ariati, putri dari pasangan Pak Salim dengan Ibu Mariani di kediaman ortu Ariati, Rusun Nagoya, Batam.

Kami berangkat dari Rumah Susun Lancang Kuning, Batuampar, tempat waktu kos yang berjarak kurang dari 1 km dari rumah calon mertua Wahyu di Nagoya. Sekitar pukul 16.15 WIB, rombongan pelamar tiba di kediaman pasangan Salim dan Mariani, calon mertua Wahyu yang terletak di lantai 3 Rusun Nagoya. Setelah naik melalui tangga di lorong selebar 1 meter, kami sampai di lantai 3. Kami diterima secara lesehan mengelilingi hidangan yang telah disiapkan tuan rumah.

Singkat cerita setelah wakil tuan rumah memperkenalkan diri, aku yang menjadi juru lamar menyampaikan maksud kedatangan untuk menyerahkan hantaran, melamar, sekaligus tukar cincin. Aku duduk disamping wahyu berhadap-hadapan dengan dua wanita yang aku kira salah satunya calonnya Wahyu.

Tapi,ups....saat aku menyebut nama calonnya Wahyu, aku sempat keseleo lidah menyebutnya Ariani. Saat nama Ariani kusebut, wanita berambut lurus yang aku kira calonnya Wahyu tersenyum. Setelah aku selesai menyampaikan pinangan, wanita tersebut nyeletuk sambil tersenyum simpul, "Calonnya Mas Wahyu namanya Ariati, adik saya. Orangnya didalam tuh. Ariani itu nama saya".

Beberapa detik kemudian seorang perempuan mengenakan kebaya muncul dari balik kain kodern arah kanan. "Lho gimana to Wahyu ni, masak calonnya disembunyikan. Maaf ya mbak..habis Wahyu nggak pernah ngenalin calonnya ke saya," tukasku ke arah Ariani.
Wah...wah..Wahyu ini ada-ada saja.
Giliran menjawab lamaran, ketika diminta oleh ibunya, Bu Mariani, untuk menjawab, Ariati yang merupakan putri bungsu dari tujuh bersaudara pasangan Salim dan Mariani itu tampak malu-malu. "Ayo bilang aja sendiri," bisik ibunya. Tetapi Ariati tetap diam sambil tetap tersenyum. "Senyum itu artinya bersedia menerima lamaran," seloroh Widodo, wartawan Tribun yang sore itu didaulat untuk membacakan doa.

"Sebaliknya kalo menolak, biasanya diam atau nangis saja lalu masuk kamar," tukasnya menimpali...wuakakaka. Ariati yang jadi sasaran tembak tetap hanya senyam-senyum aja, begitu juga dengan ibunya yang duduk di sebelahnya.

Akhirnya, kakak laki-lakinya Ariati yang sore itu mewakili keluarga Pak Salim menjawab dengan mengatakan, "Kami menerima lamarannya". Serempak kami menyambutnya dengan mengucap...ALHAMDULILLAH.

Setelah itu dilanjutkan dengan acara tukar cincin, makan, baru kemudian membicarakan hari pernikahan. Dari pihak Wahyu mengusulkan 14 Februari 2009. Tapi pihak Ariati masih belum sepakat tanggalnya, sehingga pembicaraan soal tanggal pernikahan ditunda. Keluarga Ariati dan Wahyu sepakat untuk membicarakannya kemudian.
Menjelang maghrib kami pamitan pulang. Selamat Oke Yu, status hubunganmu dengan Ariati sudah naik derajat dari sebatas doi menjadi tunanganmu. Selamat menyongsong pernikahanmu...Semoga Allah meridhoi hubungan kalian! (ahmad suroso)

Tidak ada komentar: