Jumat, 25 Juli 2008

Dari Jantung Bocor sampai Lumpuh Layu




SELAIN sebagai dirigen wartawan Tribun Batam, aku juga mengemban amanah mengurusi bantuan-bantuan kemanusiaan dari pembaca Tribun melalui rekening giro dompet pembaca Tribun Batam di BCA kantor cabang pembantu Nagoya Batam, untuk orang-orang yang sedang kesusahan menderita sakit kategori berat.

Begitulah, Jumat pagi, 25 Juli 2008 aku sudah disamperi Redpel Tribun Batam, Richard "Opung" Nainggolan di mess untuk menyerahkan sumbangan pembaca kepada dua keluarga yang anak-anaknya menderita sakit. Pertama, ke rumah Djoni (45), di Ruli (rumah liar) Tiban Lestari nomor 252, RT 03 RW 03 Kelurahan Patam Lestari, Tiban, Batam yang kondisinya agak kumuh dan sempit.

"Assalamu'alaikum," sapaku saat memasuki rumah Djoni.
"Walaikumsalam," tukas Joni dan istrinya serta Friska Ananda (11), anak Djoni yang divonis dokter jantungnya bocor. "Nanda ini kalau batuk keluarnya darah. Karena sering batuk, badannya sampai bungkuk," ujar Joni sambil memegang bahu Nanda yang bungkuk seperti nenek-nenek, badannya pun tampak kurus.
Rasa iba segera menyergapku.

Pagi itu aku bersama Opung menyerahkan sumbangan pembaca via rekening dompet pembaca Tribun Rp 2 juta. Rencananya (28/7), Friska akan ke Jakarta untuk menjalani operasi di RS Jantung Harapan Kita. Untuk keperluan operasi, Djoni mengaku biayanya sangat besar.

"Saya dengar informasi habisnya Rp 50 juta lebih, kami mana sanggup, berapa besar sih gaji pegawai rendahan seperti saya ini yang belum lama diangkat sebagai PNS Pemko Batam setelah honorer 10 tahun," tutur Djoni yang mengaku baru mendapatkan uang dari dermawan Rp 15 jutaan. "Berapapun sumbangan yang saya dapat, Friska akan saya bawa ke Jakarta," tuturnya.
*  *  *
Dari rumah Djoni, sekitar jam 10 aku dan Opung naik Suzuki APV meluncur ke rumah Naposo Harahap yang 3 orang anaknya menderita lumpuh layu di Saguba blok H nomor 47, di Sagulung, Batam di tengah hujan lebat yang hari itu seharian mengguyur bumi Batam.
Karena belum tahu alamatnya, kami lebih dulu menjemput reporter Tribun, Ronald Hutasoit (reporter). Kedatangan kru Tribun Batam mengejutkan keluarga Harahap.

Saat tiba di rumahnya, ketiga anaknya sedang asik melahap makan siang di lantai. Helmi (23) anak paling sulung, dan Baginda (20) menyantap makanan tanpa dibantu orangtuanya. Beda halnya Nursalasia (18) harus disuapi oleh ayahnya. Itupun saat disuapi mulutnya masih sering belepotan, karena dia kesulitan untuk mengunyah.

Terharu, trenyuh... itulah yang aku rasakan saat menyaksikan sendiri 'penderitaan berat' yang harus dialami keluarga Naposo. Apalagi saat melihat mereka cara makan, khususnya Nursalasia tak ubahnya anak balita.

Setelah bercakap-cakap sebentar, kami menyerahkan sumbangan dari dompet pembaca Tribun sebesar Rp 3 juta. "Bapak dan Ibu serta adek-adek yang tabah ya menghadapi persoalan hidup. Apapun yang terjadi dalam hidup hendaknya berserah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," kataku.

Kulihat istri Naposo, Sarliawati boru Siregar meneteskan air mata sambil mengucapkan rasa terima kasihnya yang dalam kepada Tribun bersama pembaca. Sementara Nursalasia yang hanya sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD nampak tersenyum saat ditepuk-tepuk pundaknya oleh Opung. "Ya adik harus terus berdoa dan harus optimis bisa cepat sembuh, dan bisa bermain lagi," kata Opung.

Menurut Harahap berkat pemberitaan Tribun sebelumnya, beberapa bantuan mengalir kepada mereka di antaranya sumbangan dari radio Era Baru FM bersama pemirsanya. Sedangkan yayasan Obor Nusantara berjanji akan membantu proses pengobatan baik dana, dan tenaga jika ketiga penderita tiba di Jakarta.  (ahmad suroso)

Tidak ada komentar: