Selasa, 10 Juni 2008

13 Tahun Telkomsel Leading in Service (1)

Awalnya Terinspirasi Orang Gila

KONON telepon tercipta bermula dari seorang ilmuwan yang terinspirasi oleh orang gila. Bukankah orang gila kemana-mana selalu tertawa sendiri, berjalan, duduk sambil tertawa, tiduran sambil tertawa, bahkan makan pun sambil tertawa, seakan-akan ada orang lain disekelilingnya, seolah-olah dia sedang berkomunikasi dengan alam gaib.
Lalu terbersitlah ide, alangkah senangnya seandainya kita bisa berkomunikasi dengan orang lain meskipun harus terpisah oleh jarak. Beberapa dekade kemudian, tepatnya tahun 1876, Alexander Graham Bell menemukan telepon. Teknologi komunikasi yang memungkinkan manusia berkomunikasi tanpa terikat ruang.
Penemuan Bell itu tidak begitu populer dan kurang mendapat sambutan khalayak ramai. Bahkan hampir semua orang waktu itu menganggap Bell gila ketika dia mendemonstrasikan penemuannya (melakukan percakapan telepon melalui transmiter temuannya ). Sebagian menganggap bahwa suara di telepon itu suara setan.
Suara agak moderat datang dari Presiden Amerika Serikat (1877-1881) Rutherford Hayes yang bilang, “Ini merupakan penemuan yang menakjubkan, tetapi siapa yang akan memakainya?"
Kini, teknologi orang gila tersebut telah hadir di tengah-tengah kita dari segala strata sosial. Seiring dengan perkembangan peradaban modern, teknologi telepon berkembang pesat. Dekade 1970-an, negara-negara maju di Eropa mulai menerapkan teknologi seluler untuk komunikasi, dan belasan tahun kemudian Indonesia menyusul memanfaatkan kecanggihan komunikasi telepon seluler (ponsel).
Namun kala itu (1985-1992), ponsel yang beredar di Indonesia tidak bisa dimasukkan ke saku baju atau celana karena bentuknya besar dan panjang, dengan rata-rata 430 gram (hampir setengah kilogram). Sangat tidak praktis dan tidak portable. Harga ponselnya tidak murah dan rata-rata di atas Rp 10 juta per unit.
Dimulai dari Batam
Akhir tahun 1993, PT Telkom memulai proyek percontohan seluler digital Global System for Mobile (GSM) di Pulau Batam dan Pulau Bintan. Tiga tahun kemudian, proyek Telkom di Batam tersebut menuai sukses dan dilanjutkan ke provinsi-provinsi di Sumatera yang mengantarkan pada pendirian Telkomsel pada 26 Mei 1995 sebagai operator GSM nasional pertama.
Tahun 1996, Telkomsel dengan produk unggulan Kartu HALO Sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar kemudian masuk ke Jakarta. Pemerintah mendukung pengembangan bisnis ini dengan menghapus pajak bea masuk bagi terminal ponsel sehinggal harganya menjadi lebih murah minimal Rp 1 juta per unit.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang.
Di Indonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara radikal.
Telepon yang dulunya merupakan barang mewah dan hanya digunakan kelompok tertentu, kini mudah didapatkan, murah lagi, baik dalam sarana telekomunikasi fixedline wireline ataupun fixedline wireless serta seluler.
Akhir-akhir ini kita juga melihat persaingan yang semakin ketat antaroperator telepon menarik konsumen sangat ketat. Bahkan dalam beberapa media kita saksikan perang harga untuk menarik pelanggan dilakukan oleh berbagai operator, sampai-sampai ada yang menawarkan SMS gratis ataupun percakapan gratis selama enam bulan.
Ekonom UGM Dr Sri Adiningsih selaku anggota Tim Peneliti "Restructuring the Telecommunications Industry: An Assessment on Industry Structure after Duopoly in Indonesia" tahun 2007 yang dilakukan oleh Nathan Associates Inc. Arlington, Virginia, USA bekerja sama dengan PT. Abdi Tama Mitra (Atmitra), Jakarta (dilansir LKBN Antara 27/08/07), memperkirakan, selular memiliki tingkat perputaran pelanggan bulanan tertinggi di dunia.
Bahkan perangkat hardware-nya juga memanjakan konsumen dengan diproduksinya telepon yang dapat dipakai sekaligus untuk GSM and CDMA dalam satu handset. Jelas bahwa masyarakat secara umum diuntungkan dengan perkembangan tersebut sehingga pemakaian jasa pelayanan dari percakapan, SMS, internet, bahkan 3G juga semakin meningkat. Semuanya memenuhi kebutuhan layanan komunikasi masyarakat yang semakin berkembang, semakin beragam dengan berbagai fitur yang kian menarik, jangkauan yang semakin luas, dan harga yang semakin murah.
Kompetisi di telepon selular juga telah terjadi lebih intensif. Hingga saat ini di Indonesia telah hadir 10 operator, dan tentunya termasuk Telkomsel. Semakin tinggi persaingan operator seluler karena kian banyaknya pelaku usaha mengakibatkan meningkatnya kegiatan periklanan, penurunan harga, dan munculnya berbagai ragam layanan yang ditawarkan operator, sehingga pengguna menikmati rendahnya harga, kualitas layanan yang lebih baik, dan beragam pilihan jasa.
Apalagi hingga kini masih sekitar 60 persen desa di Indonesia belum dilayani oleh telepon.
Ini menjadi peluang emas bagi Telkomsel, sebagai operator seluler perintis di Indonesia yang kini memiliki jaringan terluas dengan lebih dari 22.000 BTS atau 147 kali lipat dalam 13 tahun. Saat ini Telkomsel memang telah dipercaya melayani sekitar 52 juta atau meningkat 2.000 kali lipat dalam 13 tahun. (ahmad suroso)

* Dimuat di Tribun Batam, Selasa, 10 Juni 2008
* Bagian pertama dari dua tulisan untuk Lomba Penulisan HUT Telkomsel ke 13 se Sumbagteng. Kali bisa menang melebihi prestasi meraih juara harapan (masuk monimasi 10 karya terbaik) Lomba Penulisan Reformasi Birokrasi tingkat nasional yang diadakan Kantor Menpan awal 2008...hehehe.

Tidak ada komentar: