Selasa, 27 Mei 2008

Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta (3-Habis)




Batik Pulihkan Ekonomi Warga

Terik matahari Selasa siang pekan lalu sangat terasa saat rombongan Fam Trip Journalist 2008 (18-21 Mei) sampai di Museum Batik Joglo Cipto Wening, Pajimatan Imogiri, Bantul, sekitar 200 meter barat makam Raja-raja Dinasti Mataram dari Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

NAMUN begitu masuk joglo komplek museum batik, suasana teduh dan tenang seakan menyergap jiwa dan badan. Apalagi saat itu, rombongan langsung disuguhi minuman bercita rasa khas yang konon minuman kesukaan Sultan Agung. Minuman ini merupakan ramuan daun cengkih, jahe, manis jangan, pala, gula batu, dan jus jambu.
Glek...glek...glek...hilang dahaga setelah menempuh perjalanan sekitar 15 km dari Kraton Yogyakarta, dan mampir sebentar di pintu gerbang makam Raja-raja Mataram di atas bukit yang konon memiliki anak tangga (undak-undakan) total berjumlah 553.
Selanjutnya, usai mendengar sambutan tuan rumah, istri Bupati Bantul, Hj Idham Samawi selaku Ketua Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) Kabupaten Bantul, rombongan menyaksikan 15 ibu yang tengah membatik. Melalui jari-jemarinya yang lentik dengan gemulai, para ibu-ibu itu menorehkan canting ke kain putih yang terhampar di kayu penyangga.
Canting kembali dicelupkan ke dalam cairan malam yang terus mengepul dalam wajan di atas kompor kecil, selanjutnya ditiup lembut sebelum jemari kembali memainkan alat membatik itu dan mengisi pola yang terpampang dalam kain dengan cairan malam kental. Beberapa saat kemudian, mulai nampak pola batik yang indah.
Para ibu-ibu itu adalah sebagian kecil dari sekitar 900 perajin batik tulis, baik tua atau muda tergabung dalam kelompok-kelompok perajin dari 4500 perajin yang ada di Kecamatan Imogiri Bantul, yang menjadi daerah terparah saat gempa lalu.
Di Kecamatan Imogiri, hampir keseluruhan masyarakat sedari kecil telah mampu mengerjakan batik karena merupakan warisan turun temurun. Gempa dua tahun lalu memporakporandakan semua bangunan, termasuk rumah para perajin batik dan museum Batik. Musium Batik yang dibangun kembali oleh Pemda Bantul, diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 18 Maret 2004.
"Sempat dialihkan sementara di pekarangan warga. Dengan kepedulian dan tekad kuat dari berbagai elemen masyarakat, Museum Batik ini dapat dibangun kembali sebagaimana kita saksikan hari ini. Batik dengan motif, ragam, hias, makna dan filosofisnya adalah identitas budaya bangsa Indonesia yang mengakar dalam kehidupan masyarakat," ungkap Ny Idham.
Museum Batik Joglo Ciptoning selain untuk melestarikan batik-batik bermotif lawas atau kuno asal Bantul maupun Yogyakarta. Juga menyediakan show room untuk menampung hasil karya perajin Batik Bantul yang dijual untuk umum.
Pada hari libur atau hari Minggu di lokasi museum ini juga disediakan jajan pasar dan minuman tradisional, seperti yang disuguhkan kepada rombongan Fam Trip.
Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Ny Suliantoro Sulaiman mengatakan, sebelum gempa, Sekar Jagad aktif membina para pembatik (tulis) di Imogiri, Bantul, mengingat Bantul pusatnya pembatikan se- DIY.
"Tapi gempa telah menghancurkan kerajinan batik di Bantul. Dengan bantuan Clauss Fondation dari Belanda kami bina kembali para pembatik untuk bangkit. Setahun kemudian bantuan dari pemerintah untuk rekonstruksi rumah turun, sehingga para perajin bisa membangun rumahnya kembali dan membatik di rumahnya. Dan kini keadaannya sudah pulih lagi bahkan lebih baik," kata Ny Suliantoro.
Respons masyarakat, imbuh Ny Suliantoro, juga bagus. Tak hanya domestik saja yang membeli, tapi banyak juga relawan luar negeri membeli batik untuk oleh-oleh dan kenang-kenangan. Di sini, harganya pun terjangakau. Tersedia kain, selendang dan sarung bantal dengan harga berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 400 ribu per lembar.
Selain Imogiri, perajin batik di Bantul juga terdapat di beberapa kecamatan lainnya, antara lain perajin Batik Arista (Pleret) dan Kelompok Perajin Batik Bu Sri (Pandak). Yogyakarta memang identik dengan batik, dan ini menjadi salah satu daya tarik kota ini. Tak heran bila di setiap lokasi obyek wisata yang tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya selalu terdapat penjual batik.
Selain batik,Bantul dikenal sebagai gudangnya seni, tak hanya dibuktikan dengan keberadaan Institut Seni Indonesia, aneka kerajinan asal Bantul dipasarkan di obyek wisata Yogyakarta dan Bali.Potensi kerajinan di Bantul tersebar pada sentra kerajinan di 17 kecamatan.
Di antaranya kerajinan keramik Kasongan dan Pundong, kerajinan tatah sungging di Imogiri, kayu batik di Pajangan, topeng di Sewon, tenun ATBM di Sedayu, dan kerajinan bambu dan kayu di Kecamatan Dlingo, serta Pasar Seni Gabusan.
Jadi bila Anda berwisata ke Yogyakarta, rasanya tempat-tempat tersebut wajib masuk dalam list untuk dikunjungi. (ahmad suroso)

Dimuat Tribun Batam Rabu, 28 Mei 2008

Tidak ada komentar: