Minggu, 18 Mei 2008

Derita Yuan Hedrocephalus Mengetuk Nurani



TUBUH ringkih Yuan Riski Abdillah (2,5 bulan) yang berbalut kain tipis tergeletak di lantai beralas tikar di ruang tamu rumah kontrakan orangtuanya, Perumahan Taman Lestari blok C12 No 23 Batuaji, Kota Batam, Sabtu (17/5) siang, saat aku bersama Manager Iklan Tribun Gentur Herat bertandang ke rumahnya.

Bayi pengidap Hydrocepalus ini sedang tidur pulas, dengan ompeng di mulutnya. Kepalanya yang lebih besar dari ukuran kepala bayi normal lainnya, dibalut dengan handuk kecil. Kulit tipis yang membalut tubuh kurus Yuan, sehingga terlihat hampir semua persendian tulang tubuhnya, terlihat berkerut seperti simbah2 berusia di atas 90-an tahun. Demikian kurusnya sampai pergelangan tangannya hanya seukuran jempol orang dewasa.
Terlihat selang berukuran mini bagaikan membentuk sebuah peta mulai dari kepala hingga ke perut yang berfungsi untuk mengalirkan cairan dari dalam kepalanya. Yuan juga mengalami kelainan bibir sumbing hingga membelah mendekati hidung, dan kelainan pada kelaminnya.
"Anak saya ini burungnya agak beda, bijinya yang satu diatas dan yang satu dibawah. Kata dokter harus dibawa ke dokter kelamin, tapi mana saya ada uang. Dokter bilang, kalau bisa buang air saja sudah bagus," ujar Yusnita sambil mengusap kepala buah hatinya saat aku selaku Korlip Tribun menyerahkan bantuan uang dari para pembaca Tribun, yang telah terkumpul sebanyak 10 juta melalui Dompet Peduli selama sepekan terakhir.

Kecemasan Yusnita, ibu kandung Yuan akan kondisi anaknya terus terbayang, setiap kali memandang tubuhYuan tidak terasa airmatanya menetes. Saat Tribun menyerahkan sumbangan, wajah ibu asal Bengkulu ini terharu, matanya kembali berkaca merasa ada harapan untuk perawatan anaknya. Uang ini saya tidak akan saya ambil, ini uang untuk perawatanYuan, makan biar dari hasil ojek suami saya," tuturnya.
Memang berat badan Yuan seperti bayi prematur, hanya kepala yang membuat berat badannya sama seperti bayi normal. Meski begitu Yusnita mengaku kalau Yuan tidak pernah rewel, baik saat tidur hingga terbangun.
"Sekarang berat badannya turun," ujar Yusnita, ibu Yuan. Ketika lahir berat badan Yuan 3,3 kilogram, namun sekarang turun menjadi 2,9. Yusnita tidak tahu apa penyebab berat badan anaknya turun, "Yuan ini dirawat sama dokter saraf, karena kepalanya besar, tapi kata dokter, saya harus tanya sama dokter anak kenapa berat Yuan jadi turun," ujar Yusnita.
Yusnita dan suaminya yang hanya tukang ojek dengan penghasilan rata-rata hanya Rp 30 ribu sehari tidak sanggup membawa Yuan untuk konsultasi kepada dokter anak, mengingat biaya yang harus dikeluarkan. Saat ini saja mereka masih berhutang kepada Rumah sakit Otorita Batam, untuk biaya perawatan dan operasi pemasangan selang, dan biaya operasi persalinan, "Saya masih hutang 350 ribu biaya operasi," ujar Yusnita lirih.
Yuan sudah dua kali dibawa konsultasi kepada dokter, "Kemaren saya bawa pake motor karena nggak ada uang, malamnya Yuan langsung panas. Mungkin masuk angin," kata Yuanita.
Saat ini Yuan hanya ngedot susu formula, karena air susu Yuanita tidak keluar, karena sejak melahirkan tidak bertemu Yuan selama 21 hari, "Begitu lahir Yuan dirawat di bagian perawatan anak sampai 21 hari," kata Yuanita.

Meskipun didera penderitaan yang berat, Yuanita tetap tegar dan kuat menjalaninya. Sebelumnya telah ada pihak yang memberikan bantuan termasuk Kapolda, tapi Yuan masih tetap membutuhkan bantuan untuk biaya perawatan yang tidak sedikit. "Tolong sampaikan terima kasih saya kepada pembaca Tribun, ini sangat berarti dalam meringankan bebab kami," tutur Yuanita
Yusnita tetap berjuang untuk kedua anaknya Yuan dan Kanayah, meski kehidupan keluarganya dianggap tidak mencukupi. Ia berencana akan kerja menjadi TKI, ini dilakukan untuk sekolah kedua anaknya."Kalau tidak mana cukup untuk sekolah anak saya," ujar Yusnita dengan mata berkaca-kaca.
Nah bagi yang terketuk hatinya ingin meringankan penderitaan Yuan bisa trasnfer ke Dompet Pembaca Tribun di Bank BCA KCP Nagoya, Batam no rek 3403455560. (ahmad suroso)

Tidak ada komentar: