Selasa, 27 Mei 2008

Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta (2)


tribun/ahmad suroso
GONG PERDAMAIAN - Para wartawan/fotografer mengabadikan baliho berisi gambar Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan aneka kesenian dari daerah yang berkembang di Yogya, menandai peresmian Gong Perdamaian Nusantara.

Kota Simbol 444 Kabupaten dan Kota

Yogyakarta sebagai daerah destinasi wisata utama setelah Bali dan Jakarta, terus berbenah. Wajah Yogyakarta terus berubah tanpa menghilangkan kekayaan tradisi dan keunikan seni-budaya kota yang pernah luluh-lantak oleh gempa 2 tahun lalu.

KOTA bersejarah yang tahun ini memasuki usia ke-252 ini punya daya tarik tersendiri yang mampu membuat setiap yang pernah datang untuk kembali lagi. Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar, kota sejarah, kota budaya, sejak lama juga dikenal sebagai kota wisata yang memiliki obyek wisata cukup lengkap, mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, religius, wisata kuliner, dan didukung masyarakatnya yang memiliki kemampuan membuat aneka kerajinan.
Kota Yogya tidak bisa dilepaskan dari kraton Yogyakarta yang luasnya mencapai 14.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat banyak bangunan, halaman, dan lapangan. Dimulai dari Tugu, Kepatihan (kini jadi komplek kantor gubernuran DIY), pasar Beringharja, alun-alun utara yang dihiasi 62 batang pohon beringin.
Selanjutnya bangunan utama kraton, dimulai dari Pagelaran (tiangnya berjumlah 64) sampai Siti Inggil, lalu Alun-alun Selatan, dan panggung Krapyak. Angka 64 menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa atau 62 tahun Masehi.
Pengunjung kraton selain dapat melihat tempat tinggal raja dan para bangsawan yang berciri khas dicat hijau, peninggalan sejarah, dan tradisi prajurit, abdi dalem, juga bisa menyaksikan koleksi 23 kereta pusaka kraton, peninggalan raja dari Sri Sultan HB I hingga HB IX yang tersimpan di museum kereta Rotowijayan yang berlokasi sekitar 50 meter dari Pagelaran.
Kereta-kereta kuda tersebut bukan sembarang kereta, tapi menjadi simbol dari gaya hidup bangsawan dan kekuatan magis hasil keteguhan laku prihatin. Sekitar 400 meter dari Pagelaran kita bisa menyaksikan komplek Tamansari yang dulunya menjadi tempat pemandian putri-putri kraton.
Selain kraton, candi Prambanan dan candi Borobudur , obyek wisata lainnya yang wajib dikunjungi adalah jalan Malioboro yang sudah kondang di Nusantara. Karena di jalan inilah, begitu banyak sejarah, tradisi, budaya, jiwa kehidupan tradisional orang Jawa bisa ditemui, bercampur dengan simbol-simbol modernitas yang mengalir deras.
Kita bebas menyusuri Malioboro dengan sarana angkutan mulai dari taksi, ojek, becak, bahkan andong (kereta kuda). Bisa juga jalan kaki, tapi harus siap berdesak-desakan menyusuri lorong-lorong sempit pertokoan yang kanan kirinya dipenuhi lapak-lapak pedagang yang menjual aneka cinderamata, batik, kaos dengan tulisan-tulisan kocak, dan tas cangklong dari bahan batik, lurik, anyaman, dan kulit asli, keramik, golek/wayang, perhiasan dari bahan perak, barang-barang antik dsb.
Dari Malioboro ke arah selatan sebelum sampai kraton, kita bisa melihat istana kepresidenan Gedung Agung yang berhadap-hadapan dengan obyek wisata benteng Vredeburg, serta monumen Yogya kembali yang di depannya terdapat plaza tempat kongkow masyarakat di waktu sore hingga tengah malam.
Selanjutnya ke arah timur, tepatnya belakang Beteng Vredeburg, di bekas shopping centre kini oleh Pemerintah kota disulap menjadi obyek wisata Taman Pintar Yogyakarta yang mempunyai motto "Mencerdaskan dan Menyenangkan".
Sesuai namanya, Taman Pintar diperuntukkan khususnya untuk anak-anak usia dini sampai sekolah lanjutan. Zonasi di Taman Pintar terbagi menjadi zona playground, gedung heritage, gedung oval, dan gedung kotak. Taman Pintar yang dilengkapi teknologi digital ini kini tak pernah sepi pengunjung.
Taman Pintar kini dilengkapi Gong Perdamaian Nusantara yang diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X bertepatan dengan 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia, Selasa (20/5). Pada kesempatan itu peserta Fam Trip Journalist ikut hadir menyaksikan peresmian yang dimeriahkan sejumlah tarian daerah antara lain dari Yogya, Aceh, Sumba, Dayak, Papua., sesuai dengan tema perayaan HUT ke-252 Kota Yogyakarta, yakni Celebration of Cultural Unity.
"Hal ini menunjukkan masyarakat Yogyakarta berasal dari latar belakang beragam, ditunjang dengan predikat Kota Pendidikan, Pariwisata, sekaligus Kota Budaya yang berjalan seiring dan bersinergi, sehingga dapat meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke Yogyakarta," ujar Kepala Dinparsebud Kota Yogyakarta, Hadi Muhtar yang menargetkan kedatangan wisatawan 1,2 juta orang pada tahun 2008 di Yogyakarta.
Gong Perdamaian Nusantara sendiri menurut Presiden Komite Perdamaian Dunia, Suyoto, berukuran 2 meter, terdiri atas beberapa beberapa bagian. Lingkar luar berisi logo 444 kabupaten/kota se Indonesia, tengah 33 provinsi, dan lingkar berikutnya menggambarkan 5 agama serta di tengahnya peta NKRI.
"Pemasangan logo kabupaten/kota, provinsi dan agama ini untuk mengingatkan para pimpinan di daerah jangan hanya bangga dengan daerahnya sendiri. Kami.tak ingin Indonesia terpecah menjadi 17 negara," ujar Suyoto.
Untuk mempermudah akses transportasi yang nyaman, aman, dan murah ke Prambanan yang berjarak 15 km dari Kota Yogya, kampus UGM, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, UPN, UII dan, Malioboro, terminal Jombor, terminal Umbulharjo, sejak empat bulan lalu juga tersedia bus ber AC Transjogja, seperti halnya Transjakarta.
Bus Transjogja ini tersedia setiap 10 menit sekali ke semua rute. Dengan tarif Rp 3.000 Anda akan dapat kartu untuk bisa masuk selter/halte yang sudah ditentukan sebelum masuk bus keliling, tanpa perlu berdesakan.
Misalnya ingin mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang tersebar di Yogyakarta, mulai dari Monumen Yogya Kembali, museum Diponegoro, Museum Affandi, Museum Batik, Museum Sonobudoyo, Purawisata (pertunjukan Ramayana), Kebun Binatang Gembira Loka, pusat kerajinan perak Kotagede, Istana Puro Pakualaman, Masjid Agung Keraton, dan lainnya.
Nah di saat Anda ingin rehat makan, Yogya kaya dengan kuliner yang siap mengajak ajak untuk bergoyang lidah menikmati menu-menu klangenan. Antara lain: Gudeg Mijilan, Gudeg Mbarek utara gedung pusat UGM, Gudeg bu Pujo samping bioskop Permata, Soto Pak Marto depan gedung JEC, Ice Cream TIP TOP Jl P Mangkubumi, Bakmi Jawa Doring Jl Suryowijayan, Bakmi Jawa Pele dan Sate Pak Amat di Alun-alun Utara, Soto Sawah Jl Soragan, Soto Pak Sholeh, Lotek & Gado2 Teteg Lempuyangan, Kipo Kotagede, SGPC Bu Wiryo depan Fak. Peternakan UGM, Kupat Tahu SGM, Brongkos Alun-alun Kidul. Pokoknya, tinggal lep.bergizi lagi.(ahmad suroso)

Dimuat Tribun Batam, Selasa, 27 Mei 2008

Tidak ada komentar: