Kamis, 20 Desember 2007

Relevansi Semangat Haji dan Kurban



SUARA gema takbir mulai Rabu kemarin dan Kamis hari ini berkumandang
menandai datangnya hari raya Idul Adha 1428 H. Pelaksanaan salat Idul Adha 1428 H ada perbedaan. Sebagian umat Islam melakukannya Rabu kemarin karena mengikuti ketetapan pemerintah Arab Saudi yang menetapkan wukuf terjadi Selasa (18/12) dan Idul Adha Rabu (19/12). Sedangkan pemerintah Indonesia termasuk dua ormas Islam terbesar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menetapkan Idul Adha Kamis pagi ini.
Tetapi yang pasti di seluruh dunia, kaum muslimin juga merayakan hari pengorbanan ini. Bersama para jamaah haji lainnya, mereka berharap sepenuh hati agar dengan ibadah haji dan berkurban dengan menyembelih hewan kurban itu, kecintaan pada dunia, kecintaan kepada diri, anak, isteri,suami, dan harta jangan sampai melebihi dengan kecintaannya kepada Allah.
Inilah hakekat Idul Adha, yakni sebagai hari raya penghambaan. Idul Kurban yang di Indonesia juga dikenal sebagai lebaran haji adalah hari raya bagi siapa saja yang menganggap dirinya hanyalah seorang hamba yang harus mengorbankan hal yang paling dicintainya kepada Allah.
Apa yang dilakukan para jamaah haji mulai dari mengenakan pakaian ihram,, thawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah, serta amalan ibadah haji lainnya adalah merupakan pengulangan atas sebuah peristiwa sangat agung yang pernah terjadi terhadap Ibrahim dan putranya Ismail yang tercantum dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102 dan 102.
Berkata Ibrahim As, "Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?' Ismail lalu menjawab, "Wahai ayahku, kerjakanlah apapun yang telah diperintahkan. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar".
Percakapan yang pendek ini merekam sebuah gambaran dunia yang bersih serta penuh dengan kerelaan dan cinta. Dua manusia mulia ini, yaitu Ibrahim dan Ismail, telah menunjukkan sebuah konsep penghambaan yang paling agung. Pengorbanan tiada tara yang dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail itu menyebabkan turunnya rahmat dan keridhoan dari Allah yang Maha Pengasih yang kemudian mengganti Ismail dengan seekor domba. Ismail sendiri selamat karena yang kemudian disembelih adalah domba yang diturunkan Allah itu.

Haji juga melambangkan persamaan (egalitarianisme). Mulai dari mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat, yang terdiri dari dua helai kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Ajaran egaliterianisme inilah yang sudah berabad timbul tenggelam dalam sejarah. Ajaran ihram tanpa jahitan yang dipakai jamaah laki-laki adalah bukti ajaran tentang persamaan berakar sangat kuat dalam tradisi asli Islam meski sering dinodai dengan berbagai alasan.
Ibadah haji dan kurban juga menunjukkan semangat ketundukan secara mutlak terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah. Keterpisahan dan hal-hal duniawi yang mengikat dan dari berbagai bentuk hawa nafsu adalah pelajaran terpenting yang harus diserap oleh siapa saja yang menjalankan ibadah haji ini. Dengan semangat persamaan ini tentu kita tidak akan diam melihat ketimpangan sosial di sekitar kita, melihat fakta jumlah orang miskin di Indonesia yang mencapai sekitar 37 juta dari 240 juta dari total jumlah penduduk Indonesia.
Perintah berkurban menjadi masih sangat relevan dengan situasi kita saat ini. Memberikan hewan kurban bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji, maupun bagi umat islam yang mampu hanyalah sebagian dari bentuk kesalehan sosial yang harus terus ditumbuhkan dalam jiwa kita. Penting ditanamkan kesediaan hati yang tulus untuk berbagi suka terhadap mereka yang kurang beruntung, mereka yang berada di bawah
Haji juga merupakan manifestasi sesungguhnya dari semua prinsip moral dan semua langkah islam yang digabung menjadi satu. Haji adalah transformasi tertinggi ari keseluruhan fitrah manusia, ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial untuk menjalani tugas sebagai rahmatan lil alamin. Akhirnya selamat merayakan Idul Adha 1428 H, semoga kita dapat mengambil hikmah yang tersirat dari pelaksanaan ibadah haji yang puncaknya ditandai shalat Idul Adha. (ahmad suroso)

Tribun Batam, Rabu, 19 Desember 2007

Tidak ada komentar: