TANPA terasa bulan Ramadan kembali hadir mulai hari ini, 1 September. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Bulan ketika umatnya diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan olehNya. Hanya saja, Ramadan kali ini datang di tengah-tengah situasi bangsa Indonesia sedang mengalami keprihatinan mendalam, akibat krisis multi dimensi, terutama krisis keteladanan dari para pemimpin, baik dari kalangan pemerintah maupun para wakil rakyat terhormat.
Ini tercermin dari banyaknya kasus korupsi, suap-menyuap, pemerasan yang merugikan negara triliunan rupiah. Antara lain kasus suap Arthalyta ke Jaksa Urip Rp 600 miliar, kasus suap ke anggota DPR dalam alih fungsi hutan lindung Bintan dengan terdakwanya antara lain anggota DPR Al Amin, dan Sekda Bintan Azirwan, kasus korupsi dana BI Rp 100 miliar yang mengalir ke anggota Komisi Perbankan DPR RI, kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran yang menyeret 7 bupati/walikota/gubernur sebagai tersangka/terdakwa/terpidana.
Di tengah-tengah rendahnya moralitas dan etika sebagian anggota DPR/D, Ramadan kali ini juga datang saat eforia orang sibuk beramai-ramai mencalonkan diri sebagai calon legislatif, calon senator/DPD, calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota. Ini terlihat dari jumlah caleg 2009 yang membengkak 4 kali lipat dari pemilu 2004. Menurut data KPU, jumlahnya mencapai 22.848 caleg.
Mendaftar menjadi caleg, calon gubernur, bupati memang sah-sah saja. Hanya saja, jangan sampai karena didorong nafsu ingin meraih atau mempertahankan kekuasaan, lalu menggunakan moment Ramadan untuk kampanye, di saat umat khusyuk beribadah. Harus disadari, rakyat kini semakin cerdas. Masyarakat melihat dari fakta apa yang telah terjadi, bukan melihat apa yang kita katakan, karena fakta itulah yang akan berkata, bukan kata-kata. Disinilah pentingnya keselarasan antara apa yang kita ucapkan dengan apa yang kita perbuat. Ingatlah firmanNya, "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat" (QS. 61:2).
Kita berharap, momentum Ramadan ini bisa menjadi medium untuk membakar kerak-kerak dosa sekaligus menggapai kehidupan hakiki yang lebih terhormat dan bermartabat. Puasa, mengandung dua dimensi kesalehan, yakin kesalehan personal dan sosial. Kesalehan personal sangat erat kaitannya dengan laku ibadah yang langsung berkaitan dengan Sang Pencipta, sedangkan kesalehan sosial berkaitan dengan eksitensi kita di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesalehan sosial merupakan perwujudan sikap spiritual yang tampak jelas melalui kiprah seseorang dalam aksi-aksi sosial dan solidaritas terhadap sesama. Menyantuni anak yatim, mengurus anak-anak miskin dan telantar, memberikan perhatian khusus kepada para jompo, atau sikap mengharamkan korupsi merupakan beberapa contoh manifestasi nilai kesalehan sosial yang akan sangat besar manfaatnya bagi kemaslahatan publik. Puasa menjadi bermakna dalam diri seseorang manakala mampu menciptakan kondisi kondusif untuk terjadinya perubahan pada masyarakat yang kesusahan.
Hakekat puasa bukan sekadar mencegah makan, minum, syahwat mulai fajar sampai malam (maghrib). Namun yang lebih penting menahan hawa nafsu atau mencegah pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh lainnya dari dosa, dari gerakan yang tidak terpuji bagi syara'. Syukur kita bisa sampai pada puasa khususon khusus, puasanya qolbun (hati). Yakni, yaitu puasanya hati dari pada segala cita-cita yang hina dan segala fikiran duniawi serta mencegahnya dari selain Alloh secara keseluruhan. Ini tidak mudah memang.
Semoga Ramadan yang panas ini cukup membakar semangat kita untuk menundukkan diri sendiri dan kecintaan kita yang berlebihan kepada dunia. Sehingga kelak kita mampu menang dan menjadi manusia lengkap kembali, manusia yang benar-benar manusia. Manusia yang berpikiran, bernurani, dan berperasaan, kembali ke fitrah kita yang suci. Selamat berpuasa Ramadan.
(ahmad suroso)
Dimuat di Corner Tribun untuk edisi Senin, 1 September
Minggu, 31 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Terima kasih mas atas artikelnya. saya senang membacanya. Salam kenal.
Posting Komentar