MEMASUKI bulan April 2008 ini aku dan istriku benar-benar merasa lega dan bersyukur atas nikmat karunia Allah Azza wa Jalla, yang Maha Kaya. Syukur pertama, atas berkah rahmat Allah, aku bisa melunasi biaya kuliah sulungku Rian di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, setelah pada 28 Maret 2008 angsuran ke IV sebesar Rp 4.615.000 dari total biaya kuliah dan sumbangan yang harus dibayar tahun ini sebesar Rp 18 juta bisa aku lunasi.
Puji syukur kedua, karena pada Sabtu, 29 Maret 2008 kemarin tuntas sudah 'gaweku' menambah 3 kamar berlantai dua, lengkap dengan ruang tamu mungil, kamar mandi, dapur, tempat mencuci, tempat jemuran di lantai dua dan sedikit ruang untuk istriku menyalurkan hobinya memelihara tanaman bunga.
Hari Sabtu itu adalah hari terakhir tiga tukang kepercayaanku -- Ijo, Sukid, Nur --menyelesaikan pembangunan rumah baru tersebut sejak lima bulan lalu yang menyatu di belakang bangunan rumah induk di Pengok Blok H No 74/A Yogyakarta. Alhamdulillah ketiga kamar tersebut kini sudah disewa untuk kos empat mahasiswi sejak 7 Maret dan 16 Maret lalu, saat kamar mandi dan dapur belum selesai dikerjakan..
Terus terang ketika aku melihat rumahku yang baru sudah jadi, aku merasa seperti mimpi, begitu juga dengan istriku yang setiap hari menunggui para tukang bekerja. Aku juga seperti tak percaya ketika istriku bilang dana yang dipakai untuk membangun 'rumah baru' tersebut sudah habis Rp 60 jutaan, karena aku tidak punya uang sebanyak itu.
Bermodal uang pinjaman dari koperasi UII atas nama kakakku sebesar Rp 25 juta, aku hanya bilang pada tukang dibuatkan satu kamar tidur dan ruang tamu dengan konstruksi lantai dua di halaman belakang yang masih mempunyai luas tanah sekitar 7,5 meter x 5,8 meter. Namun seperti umumnya dialami orang yang sedang membangun, selesai target pembangunan pertama pengen tambah lagi, pengen ini itu, istilah Jawanya 'mremen-mremen'.
Inisiatif menambah ini-itu datang dari istriku tercinta, karena itu aku pantas mengungkapkan terima kasih pada ibu dari kedua darah dagingku tersayang, Rian dan Faisal, yang telah cermat 'ngiguhke' duit yang cupet. Karena aku sendiri berada di Batam dan hanya sebulan sekali punya kesempatan menunggu seminggu saat menjalani 'ritual S3 (sebulan sekali setor) ke Yogya hehehe..... Lalu dari mana bisa dapat uang sampai Rp 60 juta?
Sekali lagi, aku memanjatkan puji syukur kehadiratNYA. Karena sejak aku mulai membangun rumah tambahan tersebut, ada saja rezeki datang dari arah yang tak diduga-duga datangnya ke aku dan istriku yang bekerja di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Sambil memandangi rumah yang baru selesai dibangun, Aku dan istriku berguman, "Kalau harus ngumpulin dulu uang sampai cukup untuk membangun rumah baru mungkin uangnya tidak akan kumpul-kumpul, dan tidak bisa mulai membangun".
Kesimpulannya, seperti sering diungkapkan oleh para motivator, untuk memulai sesuatu obsesi besar dibutuhkan keberanian dan sedikit 'bonek' alias bondo nekad. Begitu juga aku dan istriku juga hanya bermodalkan 'bonek' disertai ikhtiar dan doa untuk mewujudkan keinginan menambah bangunan berlantai dua tersebut. Begitu juga saat aku membangun rumah induk yang kami tempati sekarang seluas 72 meter persegi di atas tanah 125 meter pada tahun 1997 lalu juga hanya bermodalkan 'bonek' uang Rp 5 juta. Dan alhamdulillah semuanya terwujud. (Ahmad Suroso)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar