HARI Jumat, 26 Februari 2010 bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal 1431 H umat muslim di seluruh dunia memperingati Maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Bagi umat Islam, hari kelahiran Nabi Muhammad patut kita syukuri, karena jika tidak ada kelahiran Muhammad SAW, maka tidak akan ada kerasulan. Jika tidak ada kerasulan, maka tidak akan ada Al Quran diturunkan. Jika tidak ada Al Quran, maka tidak akan ada umat Islam. Sedangkan umat Islam diminta men contoh Nabi Muhammad sebagai suri keteladanan (uswatun hasanah).
Nabi Muhammad dilahirkan pada hari Senin, 12 Robiulawal 570M dan wafat juga hari Senin 12 Robiul 633M. Datangnya membawa tugas. Perginya meninggalkan bekas. Datangnya membawa tugas yang diselesaikan dalam 23 tahun. Datangnya ke dunia diperintah untuk memperbaiki budi pekerti (sholihah Akhlak) supaya ummat ini menjadi umat yang sopan santun (makarimal akhlak), mengubah paradigma teologis paganisme menjadi teologis monotheis (tauhid), dan mengubah sistem sosial dari feodalisme jadi egaliter dan demokratis.
Seorang manusia yang punya pengaruh sangat besar terhadap perjalanan hidup manusia dan peradaban di dunia, baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal, bahkan sampai kini.
Michael H Hart, di dalam buku best seller The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History, Nabi Muhammad ditempatkan pada urutan pertama di antara 100 tokoh besar dunia yang dipilihnya. Muhammad yang sejak muda dijuluki "Al Amin" (orang yang jujur dan dapat dipercaya), tampil sebagai tokoh yang berkarakter demokratis dan cinta perdamaian.
Puncak karakter Muhammad sebagai pemimpin yang tangguh, visioner, demokratis adalah ketika berhasil hijrah dari Mekah (karena dikejar-kejar terus oleh kaum kafir Qurais) memasuki Kota Madinah dan hidup di tengah-tengah masyarakat baru yang mencintainya, termasuk komunitas non-muslim dan kaum intelektualnya.
Di Madinah, Muhammad menggagas perlunya mempersatukan penduduk Madinah dan sekitarnya,yang terdiri atas beberapa suku dan pemeluk agama, agar bahu membahu menjaga keamanan kota Madinah dan sekitarnya dari gangguan dan ancaman. Selain itu mempersatukan antara sahabat Ansor dan Muhajirin yang mengalami kesulitan ekonomi akibat asetnya banyak ditinggal di Mekkah atau dirampas orang kafir Qurais. Kesetiakawanan dibangun atas dasar 'ukhuwah Islamiyah".
Warisan sejarah lainnya, mewujudkan kesepakatan menjaga kebebasan beragama dan menjalankan ibadah, tertuang dalam "Piagam Madinah", sebagai bentuk kontrak sosial-politik yang dilahirkan secara demokratis dan terdokumentasi. Piagam ini seperti dikutip KH Tholhah Hasan, wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Kompas, 25/2) dinilai para pakar sebagai cikal bakal berdirinya "Negara Islam Madinah" dengan penduduk/masyarakatnya yang pluralis.
Islam dalam realitas ke-Indonesiaan tidak jauh berbeda penerapannya dengan konsep Piagam Madinah. Konsep ini terbukti mampu menyebarkan ajaran Islam yang mengajarkan kesucian, perdamaian, dan persaudaraan agar bisa diterima bangsa yang memiliki kemajemukan budaya dan keberagamaan seperti Indonesia.
Bahkan pemerintah dan masyarakat di Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Indonesia mini mulai awal tahun 2010 ini mencanangkan Kota Yogyakarta sebagai "Madinah", yaitu suatu tatanan masyarakat demokratis yang menghargai kemajemukan, keberagamaan, menjunjung tinggi HAM dan pluralisme, dan anti-diskriminasi.
Pesan lain dari hikmah memperingati Maulid Nabi yang layak digarisbawahi adalah soal sopan santun. Sopan terhadap siapa? Inilah saatnya kita introspeksi, sudahkah kita sopan terhadap Alloh yang telah menciptakan kita, terhadap Rosululloh, terhadap agama yang kita peluk masing-masing, terhadap diri sendiri, orangtua, masyarakat, ibu pertiwi, dan sopan terhadap negara. Bila kita melihat realitas sosial seperti yang sering kita lihat dalam tayangan di televisi, agaknya masalah kesopanan yang berhubungan dengan hablumminanas (hubungan manusia dengan manusia)semakin teredusir. Inilah PR kita bersama. (ahmad suroso)
Tajuk Tribunbatam, 26 Februari 2010
Kamis, 25 Februari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)