Sabtu, 31 Mei 2008

Melamar untuk Keponakanku, Beni

SETELAH Sabtu, 29 Maret 2008 lalu aku dimintai bantuan oleh mbak Sri, kakakku yang nomor dua menerima lamaran dari calon mertua keponakanku, Ika di Solo, menggunakan bahasa Jawa kromo inggil, giliran kakakku nomor tiga, Mbak Titik memintaku untuk menyampaikan lamaran anaknya yang nomor dua, Beni ke calon mertuanya, Pak Abu Sudjak di Kota Klaten, Jumat, 23 Mei 2008 lalu.

Sama seperti saat menerima lamaran, ketika melamar Diana Rahmawati, putri Pak Abu Sudjak juga menggunakan bahasa Jawa kromo inggil. Karena kebetulan aku sedang mendapat jatah libur menengok keluarga di Yogya (sebulan sekali), permintaan itupun aku sanggupi dengan senang hati.

Singkat cerita, sore itu sekitar pukul 15.30 WIB aku dan mbak Titik bersama empat keponakanku (Andri dan istrinya/Ami, Beni, Pipit) dan tentu saja garwo(sigaraning nyawa)ku tercinta tiba di rumah calon besan mbak Titik. Setelah basa-basi sebentar, akhirnya mbak Titik memberi kode agar aku segera menyampaikan lamaran.

Sama seperti saat menerima lamaran di Solo, aku memulai dengan salam pambuka Assalamu'alaikum, puji syukur kehadirat Allah Swt, baru masuk ke maksud kedatangan, yakni melamar. Tapi gara-gara aku pengen menyelipkan pantun (hehehe gara-gara sudah 3,5 tahun hidup di tanah melayu Batam, jadi kena virus berpantun ria) aku sempat berhenti omong (untung hanya beberapa detik) untuk mengingat-ingat pantun yang aku siapin.

Sakderengipun nyuwun pangapunten. Wonten tetembungan lami:
Hangembun-embun Enjang.....Hanjejawah Sonten
(embun dipagi hari, hujan di sore hari)
Menopo leres kagunganipun, putra-putri ingkang asmo Diana Rahmawati
Taksih legan, dereng kagungan calon utawi sisihan
Menawi leres, badhe kulo suwun kadaupaken kaliyan kepenakan kulo.

Amargi mbakyu kula dipun tangisi putranipun ingkang peparap Beni nyuwun pun jodohaken kaliyan Mbak Diana. Lan mbok bilih sedayanipun mangke sampun samekto ing damel keng putro Mbak Diana saged kadaupaken kaliyan kepenakan kula, Beni. Langkung cepet langkung prayogi.

Minangka puputin rembag,....(bla...bla...bla) nyuwun samodra pangaksami. Wassalam. nuwun.


Selanjutnya Pak Abu Sujak yang pensiunan pegawai KUA (penghulu) menjawab apa yang sudah saya sampaikan tadi. Setelah dimusyawarahkan, disepakati ijab dan resepsi pernikahan akan dilaksanakan pada tgl 6 Juli 2008. Ini meleset dari rencana mbak Titik yang menginginkan pernikahan pada tgl 4 Syawal 1429 H atau hari lebaran ke 4 tahun ini.
"Wah tanggal 6 Juli pas ulang tahune om Roso iki," ujar tiga keponakanku serempak sambil tertawa dalam perjalanan pulang ke Yogya.
"Wah iyo iki ulang tahune Bapak sesuk dirayakan wong akeh," tukas istriku menimpali. Ya..ya..ya! (ahmad suroso)

Panser dan Mobil Listrik Made In Yogya



PANSER + Mobil LISTRIK - Prototype Panser dan mobil listrik yang didisain oleh Bung AK dan disuport oleh Sekolah Tinggi Angkatan Laut Surabaya saat diperkenalkan ke publik di acara 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional di halaman Jogja Expo Centre, pada 20 Mei 2008. Bung AK (berbaju merah saat melepas panser listrik tersebut.

PENEMU bahan bakar berbahan baku plankton yang dinamai Bahan Bakar Nusantara asal Yogyakarta, BSW Adji Koesoemo, akrab dipanggil Bung AK yang Sabtu kemarin (14/5) diberitakan pernah didatangi seorang anggota tentara pemerintah RRC berpangkat Kolonel untuk diajak mengembangkan temuannya ke Cina berhasil mengembangkan prototype Panser listrik.

Prototype Panser Listrik yang mendapat bantuan dari Sekolah Tinggi Angkatan Laut (STAL) Surabaya itu diperkenalkan ke publik beberapa hari lalu bersamaan dengan peringatan 100 Tahun Kebangkitan Reformasi dan 10 Tahun Reformasi di Gedung Jogja Expo Center (JEC).

Bukan hanya Panser Listrik, Bung AK bersama Tim Indonesia Bangkit yang dipimpinnya juga memperkenalkan mobil berbahan energi listrik non generator di depan seribuan warga Yogya yang mengikuti senam sehat yang digelar Tim Indonesia Bangkit di JEC. Keunggulan panser listrik maupun mobil berbahan bagi energi listrik tersebut tertenaga listrik yang tidak perlu lagi dicas, tetapi energi listrik jalan terus yang cara kerjanya mirip dengan kerja dinamo untuk menghasilkan lampu pada sepeda onthel.

"Meski masih belum sempurna, ke depan Panser Listrik ini akan kami kembangkan menjadi kendaraan taktis (rantis) untuk operasional TNI/Polri agar kedaulatan pertahanan dan keamanan bisa terwujud di bumi pertiwi ini," tegas Bung AK di sela-sela memperkenalkan prototype Panser Listrik yang dikerjakan selama sebulan, yang dibantu pihak STAL untuk perlengkapan persenjataan meriam berbasis komputer.

Selain itu, kata Bung AK kepada Tribun Batam Sabtu (22/5) rantis yang listriknya tidak perlu di charge lagi bisa dipakai untuk keperluan lain selain untuk menjalankan rantis. Karena listrik yang dihasilkan pada rantis mencapai 40.000 watt. Misalnya untuk perbaikan jembatan yang putus, listrik pada rantis ini bisa dipakai untuk ngelas, bisa juga untuik ngejam sinyal HP, ht, saluran televisi Menyinggung pengembangan listrik non generator tersebut, salah satu cicit Raja Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono VII ini mengaku sudah diujicoba dipakai untuk penerangan berkuatan 40.000 watt di Pesantren Istiqomah, Palbapang, Bantul, Yogyakarta.

"Obsesi saya dari Tim Indonesia Bangkit nantinya setiap Kepala Keluarga bisa mendapatkan daya 5.000 watt listrik non generator ini," katanya.

Mengenai sosok Adjikoesoemo sebagai penemu BBM dari biota laut yang diberi nama Bahan Bakar Nusantara (BBN) pernah diberitakan Tribun edisi awal Desember 2007 lalu. Saat itu, tepatnya pada 29 November 2007 Bung AK melakukan sosialisasi BBN berupa bensin yang per liternya hanya Rp 1.500 di Gedung DPRD DIY, disaksikan Ketua Dewan DIY Djuwarto.

Namun sungguh disayangkan, pemerintah tidak meresponnya. Belakangan ini, kata Bung AK kepada Tribun kemarin, bebrapa tokoh politik dan pemerintah mencoba mendekati pihaknya dengan tujuan agar BBN bisa digunakan sebagai alat kampanye.

"Sudah tentu kami menolak secara tegas. Karena sejak awal telah kami sampaikan bahwanya BBN tidak akan kami produksi sendiri melalinkan akan kami serahkan kepada pemerintah yang betul-betul bisa kami percaya dan teguh memegang amanat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," ujar Bung AK yang emoh disebut Superman karena kemampuannnya menciptakan berbagai produk unggulan strategis.

"Saya bukan Superman, tapi Supertim," tukas Bung AK yang juga dikenal sebagai penemu padi beras merah putih yang kini bibitnya kini sudah disosialisasikan kepada para petani di berbagai daerrah.

Untuk mewujudkan semua obsesinya tersebut, penggagas gerakan Tim Indonesia Bangkit ini meminta dukungan masyarakat luas. Melalui konsep 5 Kedaulatan yang dikuasainya ia mengaku siap untuk maju ke kancah kepemimpinan nasional. Kelima konsep Kedaulatan itu meliputi Kedaulatan Pangan, Energi, Telekomunikasi, Uang, serta Kedaulatan Ketahanan dan Keamanaan Negara.(ahmad suroso)

Dimuat di Tribun Batam dan Kompas.com Senin, 26 Mei 2008

Bersama Diajeng Jogjakarta




ADA yang istimewa dalam hal pelayanan kepada wartawan dari empat negara yang diberikan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Jogjakarta dalam program Fam Trip Journalist 2008 Jogjakarta beberapa waktu lalu. Yakni, hadirnya beberapa gadis cantik dan cerdas dari Paguyuban Dimas Diajeng Jogjakarta 2005-2007 sebagai Liaison Officer selama mengunjungi beberapa obyek wisata di Jogjakarta dan sekitarnya.

Misalnya, Meika (24), Diajeng Jogjakarta tahun 2005 yang baru saja lulus dari program S2 Magister Manajemen UGM. Diajeng Jogjakarta yang tahun ini juga terpilih sebagai peserta Program Pertukaran Pemuda ASEAN-Jepang mewakili DIY itu selain menjadi penghubung antara panitia dengan peserta Fam Trip yang sebagian tak bisa berbahasa Indonesia juga merangkap sebagai guide, dan MC pada acara Gala Diner di Hotel Santika Jogjakarta.

Kesempatan bertemu dengan duta-duta pilihan Dimas Diajeng Jogjakarta ini selain dimanfaatkan para peserta untuk memandu wisata --meskipun sudah ada dua guide resmi dari Himpunan Pemandu Wisata Jogjakarta yang mendampingi -- juga untuk foto bersama.
"Eh sini mbak, foto bareng buat kenang-kenangan," ujar Nasir Yousof (55), Kepala Biro Kantor Berita BERNAMA Malaysia di Indonesia sebelum check out dari Hotel berbintang 4 Melia Purosani, tempat peserta Fam Trip menginap selama di Yogya.

"Pemilihan Dimas-Diajeng Jogjakarta diadakan setiap tahun mulai tahun 2003. Tapi mulai 2007 digelar dua tahun sekali. Jadi baru ada pemilihan lagi tahun 2009," tutur Meika ramah pada penulis. Para Diajeng Jogja inilah yang setia menemani peserta Fam trip 2008, mulai dari saat menjemput kedatangan/dan pepulangan peserta di Bandara Adisutjipto ke daerah/negara masing-masing.

Oke, selamat buat para Dimas-Diajeng Jogjakarta. Siapa tahu nantinya ada yang terpilih menjadi Miss Indonesia atau Puteri Indonesia, sehingga bisa ikut Miss Universe atau Miss World mewakili Indonesia... (ahmad Suroso)

Jumat, 30 Mei 2008

Eksotisme Borobudur di Malam Waisak 2552



SUASANA magis bercampur merinding membayangkan kehidupan di zaman batu saat memandang stupa candi Borobudur di kegelapan seperti menyergap pikiran dan jiwa takkala aku bersama sekitar 25 anggota rombongan Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta memasuki lapangan Gunadharma di sisi timur Candi Borobudur, pukul 19.30 WIB, Senin malam, 19 Mei Mei 2008 lalu.
Cukup banyak ornamen untuk persembahyangan menghiasi area seputar candi untuk keperluan pembacaan doa dan puja-puja. Sayang rombongan tidak bisa memasuki bangunan utama candi, karena selain faktor keamanan memang ada sebuah imbauan untuk menjaga ketenangan dan kekhusyukan umat Buddha. Ini membuat wartawan asal negara jiran sedikit kecewa.

Selain faktor latar belakang Candi Borobudur yang mistis diterangi oleh cahaya Bulan Purnama, dan sorot lampu 10.000 watt menerangi lapangan Gunadharma, gaung suara para biksu bersama sekelompok kecil umat Buddha yang memanjatkan doa, puja-puja dalam bahasa Tibet, negara tempat lahir Sang Buddha Gautama pada tahun 623 Sebelum Masehi, yang berkumandang dari soundsystem berkuatan 15.000 watt membuat aku merasakan nuansa mistis, seakan berada di alam lain.

Yah, malam itu suasana kompleks candi terbesar di dunia itu berbeda dengan biasanya. Karena seperti dijelaskan Ketua Panitia Puja Bakti Hari Raya Waisak 2552, Hadi Yasin kepada penulis, untuk pertama kalinya dalam sejarah di Candi Borobudur dilaksanakan pembacaan doa, puja-puja selama 24 jam nonstop mulai pukul 14.00 Senin (19/5) sampai pukul 14 keesokan harinya. Pada perayaan Waisak tahun-tahun sebelumnya, pembacaan doa hanya dilakukan di Candi Mendut.

Meskipun berada dalam kegelapan, hanya diterangi cahaya Bulan Purnama, Borobudur malam itu tetap terlihat sangat indah, cantik dan sangat kokoh dan perkasa. Sesekali terlihat bintang komet jatuh dari langit. Sesuatu yang luar biasa, mempunyai nilai spiritualitas yang tinggi dan baik dari ukuran, bentuk mau pun keberadaannya.

Tak habis-habisnya aku merasakan kekaguman atas karya spektakuler nenek moyang bangsa Indonesia abad ke VIII Masehi di zaman Syailendra. Sementara manusia selalu berubah, peradaban kadang terkoyak oleh bencana yang membuat semua kehidupan dan alam berubah, tapi Borobudur tetap kokoh.

Inilah pengalaman yang aku rasakan paling berkesan selama tiga hari (19-21 Mei 2008 lalu) mengikuti program Fam Trip Journalist 2008 bersama 13 wartawan dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand mengunjungi tempat-tempat wisata di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti yang sudah aku tulis di harian Tribun Batam edisi 26-28 Mei 2008 dan aku posting di blogku ini. (Ahmad Suroso)

Selasa, 27 Mei 2008

Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta (3-Habis)




Batik Pulihkan Ekonomi Warga

Terik matahari Selasa siang pekan lalu sangat terasa saat rombongan Fam Trip Journalist 2008 (18-21 Mei) sampai di Museum Batik Joglo Cipto Wening, Pajimatan Imogiri, Bantul, sekitar 200 meter barat makam Raja-raja Dinasti Mataram dari Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

NAMUN begitu masuk joglo komplek museum batik, suasana teduh dan tenang seakan menyergap jiwa dan badan. Apalagi saat itu, rombongan langsung disuguhi minuman bercita rasa khas yang konon minuman kesukaan Sultan Agung. Minuman ini merupakan ramuan daun cengkih, jahe, manis jangan, pala, gula batu, dan jus jambu.
Glek...glek...glek...hilang dahaga setelah menempuh perjalanan sekitar 15 km dari Kraton Yogyakarta, dan mampir sebentar di pintu gerbang makam Raja-raja Mataram di atas bukit yang konon memiliki anak tangga (undak-undakan) total berjumlah 553.
Selanjutnya, usai mendengar sambutan tuan rumah, istri Bupati Bantul, Hj Idham Samawi selaku Ketua Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) Kabupaten Bantul, rombongan menyaksikan 15 ibu yang tengah membatik. Melalui jari-jemarinya yang lentik dengan gemulai, para ibu-ibu itu menorehkan canting ke kain putih yang terhampar di kayu penyangga.
Canting kembali dicelupkan ke dalam cairan malam yang terus mengepul dalam wajan di atas kompor kecil, selanjutnya ditiup lembut sebelum jemari kembali memainkan alat membatik itu dan mengisi pola yang terpampang dalam kain dengan cairan malam kental. Beberapa saat kemudian, mulai nampak pola batik yang indah.
Para ibu-ibu itu adalah sebagian kecil dari sekitar 900 perajin batik tulis, baik tua atau muda tergabung dalam kelompok-kelompok perajin dari 4500 perajin yang ada di Kecamatan Imogiri Bantul, yang menjadi daerah terparah saat gempa lalu.
Di Kecamatan Imogiri, hampir keseluruhan masyarakat sedari kecil telah mampu mengerjakan batik karena merupakan warisan turun temurun. Gempa dua tahun lalu memporakporandakan semua bangunan, termasuk rumah para perajin batik dan museum Batik. Musium Batik yang dibangun kembali oleh Pemda Bantul, diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 18 Maret 2004.
"Sempat dialihkan sementara di pekarangan warga. Dengan kepedulian dan tekad kuat dari berbagai elemen masyarakat, Museum Batik ini dapat dibangun kembali sebagaimana kita saksikan hari ini. Batik dengan motif, ragam, hias, makna dan filosofisnya adalah identitas budaya bangsa Indonesia yang mengakar dalam kehidupan masyarakat," ungkap Ny Idham.
Museum Batik Joglo Ciptoning selain untuk melestarikan batik-batik bermotif lawas atau kuno asal Bantul maupun Yogyakarta. Juga menyediakan show room untuk menampung hasil karya perajin Batik Bantul yang dijual untuk umum.
Pada hari libur atau hari Minggu di lokasi museum ini juga disediakan jajan pasar dan minuman tradisional, seperti yang disuguhkan kepada rombongan Fam Trip.
Ketua Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Ny Suliantoro Sulaiman mengatakan, sebelum gempa, Sekar Jagad aktif membina para pembatik (tulis) di Imogiri, Bantul, mengingat Bantul pusatnya pembatikan se- DIY.
"Tapi gempa telah menghancurkan kerajinan batik di Bantul. Dengan bantuan Clauss Fondation dari Belanda kami bina kembali para pembatik untuk bangkit. Setahun kemudian bantuan dari pemerintah untuk rekonstruksi rumah turun, sehingga para perajin bisa membangun rumahnya kembali dan membatik di rumahnya. Dan kini keadaannya sudah pulih lagi bahkan lebih baik," kata Ny Suliantoro.
Respons masyarakat, imbuh Ny Suliantoro, juga bagus. Tak hanya domestik saja yang membeli, tapi banyak juga relawan luar negeri membeli batik untuk oleh-oleh dan kenang-kenangan. Di sini, harganya pun terjangakau. Tersedia kain, selendang dan sarung bantal dengan harga berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 400 ribu per lembar.
Selain Imogiri, perajin batik di Bantul juga terdapat di beberapa kecamatan lainnya, antara lain perajin Batik Arista (Pleret) dan Kelompok Perajin Batik Bu Sri (Pandak). Yogyakarta memang identik dengan batik, dan ini menjadi salah satu daya tarik kota ini. Tak heran bila di setiap lokasi obyek wisata yang tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya selalu terdapat penjual batik.
Selain batik,Bantul dikenal sebagai gudangnya seni, tak hanya dibuktikan dengan keberadaan Institut Seni Indonesia, aneka kerajinan asal Bantul dipasarkan di obyek wisata Yogyakarta dan Bali.Potensi kerajinan di Bantul tersebar pada sentra kerajinan di 17 kecamatan.
Di antaranya kerajinan keramik Kasongan dan Pundong, kerajinan tatah sungging di Imogiri, kayu batik di Pajangan, topeng di Sewon, tenun ATBM di Sedayu, dan kerajinan bambu dan kayu di Kecamatan Dlingo, serta Pasar Seni Gabusan.
Jadi bila Anda berwisata ke Yogyakarta, rasanya tempat-tempat tersebut wajib masuk dalam list untuk dikunjungi. (ahmad suroso)

Dimuat Tribun Batam Rabu, 28 Mei 2008

Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta (2)


tribun/ahmad suroso
GONG PERDAMAIAN - Para wartawan/fotografer mengabadikan baliho berisi gambar Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan aneka kesenian dari daerah yang berkembang di Yogya, menandai peresmian Gong Perdamaian Nusantara.

Kota Simbol 444 Kabupaten dan Kota

Yogyakarta sebagai daerah destinasi wisata utama setelah Bali dan Jakarta, terus berbenah. Wajah Yogyakarta terus berubah tanpa menghilangkan kekayaan tradisi dan keunikan seni-budaya kota yang pernah luluh-lantak oleh gempa 2 tahun lalu.

KOTA bersejarah yang tahun ini memasuki usia ke-252 ini punya daya tarik tersendiri yang mampu membuat setiap yang pernah datang untuk kembali lagi. Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar, kota sejarah, kota budaya, sejak lama juga dikenal sebagai kota wisata yang memiliki obyek wisata cukup lengkap, mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, religius, wisata kuliner, dan didukung masyarakatnya yang memiliki kemampuan membuat aneka kerajinan.
Kota Yogya tidak bisa dilepaskan dari kraton Yogyakarta yang luasnya mencapai 14.000 meter persegi. Di dalamnya terdapat banyak bangunan, halaman, dan lapangan. Dimulai dari Tugu, Kepatihan (kini jadi komplek kantor gubernuran DIY), pasar Beringharja, alun-alun utara yang dihiasi 62 batang pohon beringin.
Selanjutnya bangunan utama kraton, dimulai dari Pagelaran (tiangnya berjumlah 64) sampai Siti Inggil, lalu Alun-alun Selatan, dan panggung Krapyak. Angka 64 menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa atau 62 tahun Masehi.
Pengunjung kraton selain dapat melihat tempat tinggal raja dan para bangsawan yang berciri khas dicat hijau, peninggalan sejarah, dan tradisi prajurit, abdi dalem, juga bisa menyaksikan koleksi 23 kereta pusaka kraton, peninggalan raja dari Sri Sultan HB I hingga HB IX yang tersimpan di museum kereta Rotowijayan yang berlokasi sekitar 50 meter dari Pagelaran.
Kereta-kereta kuda tersebut bukan sembarang kereta, tapi menjadi simbol dari gaya hidup bangsawan dan kekuatan magis hasil keteguhan laku prihatin. Sekitar 400 meter dari Pagelaran kita bisa menyaksikan komplek Tamansari yang dulunya menjadi tempat pemandian putri-putri kraton.
Selain kraton, candi Prambanan dan candi Borobudur , obyek wisata lainnya yang wajib dikunjungi adalah jalan Malioboro yang sudah kondang di Nusantara. Karena di jalan inilah, begitu banyak sejarah, tradisi, budaya, jiwa kehidupan tradisional orang Jawa bisa ditemui, bercampur dengan simbol-simbol modernitas yang mengalir deras.
Kita bebas menyusuri Malioboro dengan sarana angkutan mulai dari taksi, ojek, becak, bahkan andong (kereta kuda). Bisa juga jalan kaki, tapi harus siap berdesak-desakan menyusuri lorong-lorong sempit pertokoan yang kanan kirinya dipenuhi lapak-lapak pedagang yang menjual aneka cinderamata, batik, kaos dengan tulisan-tulisan kocak, dan tas cangklong dari bahan batik, lurik, anyaman, dan kulit asli, keramik, golek/wayang, perhiasan dari bahan perak, barang-barang antik dsb.
Dari Malioboro ke arah selatan sebelum sampai kraton, kita bisa melihat istana kepresidenan Gedung Agung yang berhadap-hadapan dengan obyek wisata benteng Vredeburg, serta monumen Yogya kembali yang di depannya terdapat plaza tempat kongkow masyarakat di waktu sore hingga tengah malam.
Selanjutnya ke arah timur, tepatnya belakang Beteng Vredeburg, di bekas shopping centre kini oleh Pemerintah kota disulap menjadi obyek wisata Taman Pintar Yogyakarta yang mempunyai motto "Mencerdaskan dan Menyenangkan".
Sesuai namanya, Taman Pintar diperuntukkan khususnya untuk anak-anak usia dini sampai sekolah lanjutan. Zonasi di Taman Pintar terbagi menjadi zona playground, gedung heritage, gedung oval, dan gedung kotak. Taman Pintar yang dilengkapi teknologi digital ini kini tak pernah sepi pengunjung.
Taman Pintar kini dilengkapi Gong Perdamaian Nusantara yang diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X bertepatan dengan 100 Tahun Kebangkitan Nasional Indonesia, Selasa (20/5). Pada kesempatan itu peserta Fam Trip Journalist ikut hadir menyaksikan peresmian yang dimeriahkan sejumlah tarian daerah antara lain dari Yogya, Aceh, Sumba, Dayak, Papua., sesuai dengan tema perayaan HUT ke-252 Kota Yogyakarta, yakni Celebration of Cultural Unity.
"Hal ini menunjukkan masyarakat Yogyakarta berasal dari latar belakang beragam, ditunjang dengan predikat Kota Pendidikan, Pariwisata, sekaligus Kota Budaya yang berjalan seiring dan bersinergi, sehingga dapat meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke Yogyakarta," ujar Kepala Dinparsebud Kota Yogyakarta, Hadi Muhtar yang menargetkan kedatangan wisatawan 1,2 juta orang pada tahun 2008 di Yogyakarta.
Gong Perdamaian Nusantara sendiri menurut Presiden Komite Perdamaian Dunia, Suyoto, berukuran 2 meter, terdiri atas beberapa beberapa bagian. Lingkar luar berisi logo 444 kabupaten/kota se Indonesia, tengah 33 provinsi, dan lingkar berikutnya menggambarkan 5 agama serta di tengahnya peta NKRI.
"Pemasangan logo kabupaten/kota, provinsi dan agama ini untuk mengingatkan para pimpinan di daerah jangan hanya bangga dengan daerahnya sendiri. Kami.tak ingin Indonesia terpecah menjadi 17 negara," ujar Suyoto.
Untuk mempermudah akses transportasi yang nyaman, aman, dan murah ke Prambanan yang berjarak 15 km dari Kota Yogya, kampus UGM, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, UPN, UII dan, Malioboro, terminal Jombor, terminal Umbulharjo, sejak empat bulan lalu juga tersedia bus ber AC Transjogja, seperti halnya Transjakarta.
Bus Transjogja ini tersedia setiap 10 menit sekali ke semua rute. Dengan tarif Rp 3.000 Anda akan dapat kartu untuk bisa masuk selter/halte yang sudah ditentukan sebelum masuk bus keliling, tanpa perlu berdesakan.
Misalnya ingin mengunjungi obyek-obyek wisata lainnya yang tersebar di Yogyakarta, mulai dari Monumen Yogya Kembali, museum Diponegoro, Museum Affandi, Museum Batik, Museum Sonobudoyo, Purawisata (pertunjukan Ramayana), Kebun Binatang Gembira Loka, pusat kerajinan perak Kotagede, Istana Puro Pakualaman, Masjid Agung Keraton, dan lainnya.
Nah di saat Anda ingin rehat makan, Yogya kaya dengan kuliner yang siap mengajak ajak untuk bergoyang lidah menikmati menu-menu klangenan. Antara lain: Gudeg Mijilan, Gudeg Mbarek utara gedung pusat UGM, Gudeg bu Pujo samping bioskop Permata, Soto Pak Marto depan gedung JEC, Ice Cream TIP TOP Jl P Mangkubumi, Bakmi Jawa Doring Jl Suryowijayan, Bakmi Jawa Pele dan Sate Pak Amat di Alun-alun Utara, Soto Sawah Jl Soragan, Soto Pak Sholeh, Lotek & Gado2 Teteg Lempuyangan, Kipo Kotagede, SGPC Bu Wiryo depan Fak. Peternakan UGM, Kupat Tahu SGM, Brongkos Alun-alun Kidul. Pokoknya, tinggal lep.bergizi lagi.(ahmad suroso)

Dimuat Tribun Batam, Selasa, 27 Mei 2008

Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta (1)



Sebagian rombongan Fam Trip Journalist 2008 Yogyakarta yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand

Abdi Dalem Hanya Bergaji Rp 9 Ribu
Tak terasa, besok, Selasa 27 Mei 2008 tepat dua tahun gempa bumi dahsyat berkuatan 5,9 SR memporakporandakan Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan ribun bangunan luluhlantak dan sekitar 5000 orang tewas. Bagaimana Yogyakarta saat ini? Simak laporan wartawan Tribun Batam, Ahmad Suroso dari kegiatan Fam Trip Journalist 2008 yang diadakan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Deparsenibud) Kota Yogyakarta, 18-21 Mei 2008.

SEBANYAK 14 wartawan dari 4 negara ASEAN, termasuk Tribun melihat dengan nyata perbedaan suasana saat Yogyakarta dilanda gempa dan saat ini. "Dua tahun lalu saat gempa melanda Yogya, saya datang meliput ke sini. Sekarang rumahnya sudah bagus-bagus ya. Sejak gempa saya sudah empat kali ke Yogya," cetus Tamrin Yousof, wartawan Kantor Berita Bernama Malaysia saat meninjau Museum Batik Imogiri Bantul. "Saat gempa dulu saya juga seminggu di Yogya meliput," timpal Sopha Sulaiman, wartawan media Utusan Melayu Malaysia.
Kasi Kerja Sama dan Pemasaran Pariwisata Diparsenibud Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan, wartawan yang menjadi peserta di kegiatan ini yakni dari harian The Strait Times Singapura, Kantor Berita Bernama Malaysia, Utusan Melayu Malaysia, Metro Malaysia, National Geographic Singapura, tabloid ASEAN Affairs Thailand, TV 3 Malaysia, Harian Pikiran Rakyat, Tribun Kaltim, Tribun Batam, Majalah Garuda Indonesia, Majalah Jakarta Java Kini, dan Majalah Helo Bali.
Dalam kunjungan ke obyek wisata dan sentra kerajinan di Yogyakarta, rombongan didampingi para Diajeng/Dimas Yogyakarta, tour guide dan panitia. Sedangkan tujuan dari Fam Trip Journalist 2008, kata Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, Drs Hadi Muhtar MM dimaksudkan untuk menjalin kerja sama media di wilayah Indonesia dan ASEAN dan memperkenalkan Yogyakarta ke daerah atau negara tetangga.
"Dengan Fam Trip ini para wartawan diharapkan dapat menulis kepariwisataan Yogyakarta, sehingga dapat lebih meningkatkan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Kegiatan ini juga sebagai wujud dukungan Diparsenibud Kota Yogyakarta terhadap program Visit Indonesia Year 20098," ungkap Hadi Muhtar.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti saat menerima rombongan fam trip dalam acara Gala Diner di Hotrel Santika Yogyakarta, Selasa (20/5) mengatakan, melalui kegiatan Fam Trip Journalist diharapkan wartawan bisa langsung merasakan pengalaman empirik.
"Termasuk bisa berinteraksi dengan masyarakat Yogyakarta yang kental nuansa etniknya. Sehingga bisa menceriterakan kepada masyarakat di Negara masing-masing, agar masyarakatnya tertarik berkunjung menikmati berbagai obyek wisata di Yogyakarta," katanya.
Hari pertama, peserta diajak mengunjungi kawasan yang kaya dengan peninggalan bersejarah, candi hindu Ratu Boko yang berasal dari Mataram kuno, dan malamnya menyaksikan sendratari Ramayana di Candi Prambanan.
Hari kedua, setelah makan siang di rumah makan Bale Raos, Magangan Kraton Yogyakarta, malamnya peserta ke Candi Borobudur menyaksikan perayaan hari suci umat Buddha, Waisak 2552/2008. Di pelataran candi Borobudur rombongan bisa menyaksikan panorama eksotis salah satu dari tujuh bangunan keajaiban dunia itu dimalam hari yang diterangi Bulan Purnama.
Hadi Yasin, Ketua Panitia Puja Bakti Waisak 2552 dari Konferensi Agung Sangha Indonesia, untuk pertama kalinya dalam sejarah, dilaksanakan pembacaan doa, puja-puja selama 24 jam nonstop yang dimulai dari pukul 14.00 (Senin, 19 Mei) sampai keesokan harinya.
Selanjutnya mulai pukul 5 pagi (Selasa,20/5) para biksu beserta sekitar 30 ribu umat Buddha melakukan puja paradaksina atau berjalan tiga langkah diikuti sujud satu kali kepada Buddha, Dhamma dan Sangha mengelilingi candi terbesar di dunia yang dibangun abad ke delapan dari arah sisi timur.
"Bisa bersembahyang bersama-sama puluhan ribu umat Buddha dari berbagai daerah dan luar negeri di Candi Borobudur selama 24 jam nonstop itu satu kebahagiaan tersendiri ," ujar Hadi Yasin.
Berwisata ke Yogya belumlah lengkap bila belum melihat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, komplek Raja Sri Sultan Hamengku Buwono ke X. Kraton telah menjadi ikon salah satu obyek wisata penting di Yogyakarta, selain Malioboro, Prambanan, Kaliurang, dan Parangtritis.
Disebut Kasultanan karena raja yang memerintah di kraton tersebut bergelar Sultan, sebagai bentuk pengaruh masuknya Kerajaan Mataram sebagai Kerajaan Islam sejak zaman Panembahan Senopati yang menurunkan raja-raja Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran Solo, dan Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta.
Selain sebagai cagar budaya, kraton Yogya yang berdiri tahun 1755 Masehi juga menjadi pusat pelestarian budaya Jawa. Di saat dunia luar semakin toleran dengan perubahan, kraton menjadi satu-satunya tempat di mana budaya Jawa mencoba bertahan semampunya.
Sebagai tempat wisata, kraton terbuka untuk umum. Namun tentu saja masoih ada bagian-bagian di dalam kompleks kraton yang tidak boleh dikunjungi, antara lain tempat penyimpanan pusaka, Gedong Jene yang dulunya menjadi tempat kerja alm Sri Sultan Hamengkubowono IX.
Pada saat gempa dua tahun lalu, menurut Kurator Museum Kraton,. Raden Rio Budyopustoko, beberapa bangunan di kraton roboh, antara lain gedung museum Trajumas tempat menyimpan pusaka-pusaka Kraton. "Saat itu koleksinya banyak yang hancur, termasuk Tandu Lawah peninggalan Sri Sultan HB I, tapi alhamdulillah sebagian sudah bisa diperbaiki kembali," ujar R Rio.
Wisata ke kraton dimulai dari arah utyara melalui pintu gerbang belakang Pagelaran. Saat rombongan Fam Trip memasuki pintu gerbang, terdengar suara klenengan gamelan ditabuh oleh para pengrawit mengalun mengiringi tiga sinden dari arah bangunan berbentuk joglo di sisi barat. Nada suaranya ngelangut menerbitkan romantisme, terbang ke tengah kehidupan masa lalu yang tentram dan ayem.
Di dalam komplek, pengunjung akan disuguhi berbagai benda warisan sejarah milik kraton Mataram. Selain itu juga bisa melihat kehidupan sehari-hari di kraton dengan seluruh abdi dalam, prajurit dan embannya yang sangat bersahaja.
Ngarso dalem
Mereka mengabdi sepenuh hati kepada Rajanya, Sri Sultan yang mereka sebut sebagai Ngarso Dalem, bukan karena mengharap imbalan materi, tetapi lebih karena ingin mendapatkan berkah, dan ketentraman hidup.dari pengabdiannya.
Bayangkan! Para abdi dalem itu rata-rata mendapatkan uang gaji dari Kraton hanya berkisar Rp 5000 sampai Rp 10.000 sebulan. Seperti Mbah Maridjan yang kini namanya kondang di tanah air setelah dikontrak menjadi bintang iklan produk jamu Sido Muncul. Mbah Maridjan sebagai abdi dalem kraton Yogya yang menjadi juru kunci Gunung Merapi, ia tidak pernah mempersoalkan gaji yang diterima dari Kraton yang hanya Rp 5600 sebulan.
Abdi dalem Kraton, Ki Lurah Mangkuprayitno (50) yang tengah bertugas jaga duduk bersila beralas pasir di depan museum kraton mengaku dapat gaji Rp 7000 setiap bulan. Para abdi dalem kraton itu mengistilahkan upah tiap bulan yang mereka terima bukan gaji, tapi kekocah, yakni sebagian uang Sultan untuk para abdi dalem atas jasanya mengabdi.
"Sebetulnya saya mendapat kekocah dari Ngarso Dalem setiap bulan Rp 9.000, tapi yang Rp 2.000 untuk rukunan abdi dalem," ucap Ki Lurah Mangkuprayitno yang mengaku sebagai abdi dalem ia merasakan perasaan senang, dan tentram.
Mendapat penjelasan soal besaran gaji abdi dalem tersebut, rombongan wartawan dari luar negeri hanya terheran-heran sambil menggeleng-gelengkan kepala seperti tidak percaya.
Bagaimana mereka bisa hidup hanya dengan gaji Rp 7.000. Ternyata untuk menghidupi istri dan seorang anaknya, Ki Lurah mengaku di rumahnya punya usaha ternak 1 ekor sapi dan 7 ekor kambing. Di Kraton para abdi dalem tidak perlu lagi mikir jajan untuk makan, karena untuk makan sehari sudah disediakan kraton.
Hal senada disampaikan Ki Jajar Mangkutiyanto (45) yang duduk berjaga di sebelah Ki Lurah. Sebulan ia mendapat uang gaji Rp 6.000 atau setara dengan harga satu liter bensin sekarang.
"Alhamdulillah, meskipun kekocah saya cuma Rp 6.000 sebulan cukup untuk hidup. Kalau ada kebutuhan mendesak ada saja rezeki. Saya sekeluarga juga merasa mendapat berkah Pangeran dari pengabdian saya di kraton," ungkap penduduk Kecamatan Minggir Sleman yang setiap hari harus naik sepeda ontel dari rumahnya menempuh jarak sekitar 25 km untuk sampai ke Kraton Yogya. Ia biasa masuk kerja jam 8 pagi dan pulang jam 8 pagi hari berikutnya..(ahmad suroso)
Dimuat Tribun Batam edisi Senin, 26 Mei 2008

Minggu, 18 Mei 2008

Derita Yuan Hedrocephalus Mengetuk Nurani



TUBUH ringkih Yuan Riski Abdillah (2,5 bulan) yang berbalut kain tipis tergeletak di lantai beralas tikar di ruang tamu rumah kontrakan orangtuanya, Perumahan Taman Lestari blok C12 No 23 Batuaji, Kota Batam, Sabtu (17/5) siang, saat aku bersama Manager Iklan Tribun Gentur Herat bertandang ke rumahnya.

Bayi pengidap Hydrocepalus ini sedang tidur pulas, dengan ompeng di mulutnya. Kepalanya yang lebih besar dari ukuran kepala bayi normal lainnya, dibalut dengan handuk kecil. Kulit tipis yang membalut tubuh kurus Yuan, sehingga terlihat hampir semua persendian tulang tubuhnya, terlihat berkerut seperti simbah2 berusia di atas 90-an tahun. Demikian kurusnya sampai pergelangan tangannya hanya seukuran jempol orang dewasa.
Terlihat selang berukuran mini bagaikan membentuk sebuah peta mulai dari kepala hingga ke perut yang berfungsi untuk mengalirkan cairan dari dalam kepalanya. Yuan juga mengalami kelainan bibir sumbing hingga membelah mendekati hidung, dan kelainan pada kelaminnya.
"Anak saya ini burungnya agak beda, bijinya yang satu diatas dan yang satu dibawah. Kata dokter harus dibawa ke dokter kelamin, tapi mana saya ada uang. Dokter bilang, kalau bisa buang air saja sudah bagus," ujar Yusnita sambil mengusap kepala buah hatinya saat aku selaku Korlip Tribun menyerahkan bantuan uang dari para pembaca Tribun, yang telah terkumpul sebanyak 10 juta melalui Dompet Peduli selama sepekan terakhir.

Kecemasan Yusnita, ibu kandung Yuan akan kondisi anaknya terus terbayang, setiap kali memandang tubuhYuan tidak terasa airmatanya menetes. Saat Tribun menyerahkan sumbangan, wajah ibu asal Bengkulu ini terharu, matanya kembali berkaca merasa ada harapan untuk perawatan anaknya. Uang ini saya tidak akan saya ambil, ini uang untuk perawatanYuan, makan biar dari hasil ojek suami saya," tuturnya.
Memang berat badan Yuan seperti bayi prematur, hanya kepala yang membuat berat badannya sama seperti bayi normal. Meski begitu Yusnita mengaku kalau Yuan tidak pernah rewel, baik saat tidur hingga terbangun.
"Sekarang berat badannya turun," ujar Yusnita, ibu Yuan. Ketika lahir berat badan Yuan 3,3 kilogram, namun sekarang turun menjadi 2,9. Yusnita tidak tahu apa penyebab berat badan anaknya turun, "Yuan ini dirawat sama dokter saraf, karena kepalanya besar, tapi kata dokter, saya harus tanya sama dokter anak kenapa berat Yuan jadi turun," ujar Yusnita.
Yusnita dan suaminya yang hanya tukang ojek dengan penghasilan rata-rata hanya Rp 30 ribu sehari tidak sanggup membawa Yuan untuk konsultasi kepada dokter anak, mengingat biaya yang harus dikeluarkan. Saat ini saja mereka masih berhutang kepada Rumah sakit Otorita Batam, untuk biaya perawatan dan operasi pemasangan selang, dan biaya operasi persalinan, "Saya masih hutang 350 ribu biaya operasi," ujar Yusnita lirih.
Yuan sudah dua kali dibawa konsultasi kepada dokter, "Kemaren saya bawa pake motor karena nggak ada uang, malamnya Yuan langsung panas. Mungkin masuk angin," kata Yuanita.
Saat ini Yuan hanya ngedot susu formula, karena air susu Yuanita tidak keluar, karena sejak melahirkan tidak bertemu Yuan selama 21 hari, "Begitu lahir Yuan dirawat di bagian perawatan anak sampai 21 hari," kata Yuanita.

Meskipun didera penderitaan yang berat, Yuanita tetap tegar dan kuat menjalaninya. Sebelumnya telah ada pihak yang memberikan bantuan termasuk Kapolda, tapi Yuan masih tetap membutuhkan bantuan untuk biaya perawatan yang tidak sedikit. "Tolong sampaikan terima kasih saya kepada pembaca Tribun, ini sangat berarti dalam meringankan bebab kami," tutur Yuanita
Yusnita tetap berjuang untuk kedua anaknya Yuan dan Kanayah, meski kehidupan keluarganya dianggap tidak mencukupi. Ia berencana akan kerja menjadi TKI, ini dilakukan untuk sekolah kedua anaknya."Kalau tidak mana cukup untuk sekolah anak saya," ujar Yusnita dengan mata berkaca-kaca.
Nah bagi yang terketuk hatinya ingin meringankan penderitaan Yuan bisa trasnfer ke Dompet Pembaca Tribun di Bank BCA KCP Nagoya, Batam no rek 3403455560. (ahmad suroso)

Senin, 12 Mei 2008

Bunuh Diri Pikirkan Kenaikan Harga BBM

PLESETAN yang pernah dipopulerkan dalam program hiburan dan berita parodial dari panggung politik nasional dilayar kaca sebuah televisi nasional bertajuk "Republik BBM (Benar-benar Mabok)" beberapa tahun lalu tampaknya pas untuk menggambarkan situasi masyarakat sekarang, menyusul pengumuman pemerintah akan menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) awal Juni 2008.
Rencana kenaikan harga BBM yang jauh-jauh hari sudah diumumkan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu selain memunculkan keresahan, kepanikan masyarakat dan mengundang spekulan juga Benar Benar membuat masyarakat Mabok. Bahkan bukan sekadar mabok, tapi di tengah-tengah keputusasaan orang-orang kecil, sampai ada yang menyikapinya dengan cara tragis, bunuh diri.
Seperti dilansir oleh sebuah harian ibukota akhir pekan kemarin. Berita utama Pos Kota Sabtu (10 Mei 2008) berjudul “5 Warga Bunuh Diri” itu mengungkapkan, dalam waktu hampir bersamaan, di tempat terpisah, lima warga Kabupaten Serang, Banten, ditemukan mati karena bunuh diri. Dua di antaranya karena masalah kesulitan ekonomi, bahkan ada yang spesifik menyebut karena rencana kenaikan harga BBM.
Dua warga itu adalah Jamaksari (32) dan Ma’mun (59). Yang membuat hati trenyuh, pengakuan Jamaksari mengapa memutuskan bunuh diri dengan menggantung diri di dahan pohon. Sehari sebelumnya, korban sempat berkeluh kesah kepada para tetangga, bahwa ia sangat terpukul dengan rencana kenaikan harga BBM.
“Sekarang saja hidup saya susah, karena miskin. Apalagi nanti, kalau harga minyak dan bensin jadi naik, tambah susah lagi. Saya sudah tak tahan hidup, malu sama keluarga, pingin mati saja,” kata Jamaksari, seperti dituturkan para tetangganya.
Dalam surat wasiat yang ditemukan di saku korban, Jamaksari berpesan (pada istrinya), “Neng, titip anak. Kakak sudah tidak tahan lagi. Inilah yang bisa saya titipkan. Jamak minta tobat. Ibu, semuanya, jangan menyalahkan siapa-siapa. Ini murni bunuh diri, nebus dosa. Salam untuk bapak, uwak, sekalian.”
Jamaksari hanyalah segelintir contoh dari jutaan rakyat Indonesia, yang akan terpukul keras oleh kenaikan harga BBM. Sedikit gejolak ekonomi saja sudah bisa membuat kehidupan mereka dan keluarganya ambruk. Apalagi rencana kenaikan BBM sudah diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Para pemimpin bangsa harusnya sadar, setiap langkah dan kebijakan yang mereka ambil punya dampak besar, bahkan bisa sangat fatal, pada kehidupan rakyat. Jangan hanya pandai beretorika, tapi tengoklah jutaan Jamaksari lainnya beserta keluarganya yang nasibnya patut kita perhatikan.
Lihatlah, betapa kebijakan tidak populis akan menaikkan harga BBM sampai sekitar 30 persen telah memicu gelombang protes di berbagai kota. Kenaikan 30% itu artinya premium mesti dibayar dengan harga Rp 6200-an. Secara psikologis, ini harga yang sangat bisa membuat banyak orang senewen. Kenaikan setinggi ini pastinya bakal mengundang protes dan perlawanan dari banyak pihak.
Toh, begitu, pemerintah sepertinya begitu yakin. Seperti dikatakan Wapres Jusuf Kalla. Menurut dia, kenaikan BBM tak bakal menimbulkan gejolak. Itu karena pemerintah mengimbangi kenaikan harga dengan menerapkan bantuan langsung tunai (BLT) sebagai senjata pamungkas meredam kemarahan masyarakat. Apalagi, BLT kali ini lebih menggoda. Selain duit tunai, juga ada paket sembako seperti beras dan minyak goreng.
Tapi, sejumlah kalangan menganggap, kekuatan terbesar BLT justru pada kemampuannya untuk mengalihkan konflik ke tingkat horizontal. Perhatian masyarakat miskin akan tercurah kepada aparat terbawah dari mulai lurah/kades hingga ketua RT. Ini terkait dengan penetapan keluarga miskin, yang berpotensi memancing penyimpangan data. Ini yang harus diwaspadai, karena ini akan menjadi menohok balik pemerintah. (ahmad suroso)

Dimuat di Tribun Corner, 13 Mei 2008